48 Menyiapkan Kejutan

Sammy dan Angga berjoget liar diatas dance floor mengikuti alunan musik dari sang Dj bule macho dengan berewok serta kumis tipis menghiasi wajah tampannya.

Gay club langganan mereka malam ini mengadakan tema acara berjudul "Pride & Happy 4 Ever"

Untung acara diadakan malam minggu jadi para peserta bisa menikmati pesta sampai pagi tanpa khawatir besok telat kerja, atau bekerja dalam kondisi kepala masih pusing akibat banyak minum alkohol.

Banyak cowok-cowok bertubuh atletis disertai perut kotak-kotak hanya memakai high heel dengan dipadukan hot g-string.

Menonjolkan batang kejantanan mereka dari balik g-string yang memang berukuran wow layaknya bintang film dewasa bule.

Menari liar serta erotis diatas meja bar, sorakan semua penggunjung klub terdengar sepanjang pertujukan.

Tanpa malu banyak sesama pria tengah berciuman, bermesraan, bahkan melakukan 4646 disekitar klub dan di dalam toilet tanpa rasa malu sama sekali.

Seolah bagi mereka itu bukan hal tabu.

Bahkan banyak pasangan sedang melakukan 4646 diantara kerumuman pengunjung tanpa sungkan.

Waria-waria seksi bahkan bernyanyi juga menari mengikuti gaya berbagai penyanyi terkenal dalam dan luar negeri diatas panggung.

Lampu klub yang remang serta dihiasi kilauan lampu-lampu warna-warni membuat suasana makin panas dan seru.

"Sayang, balik yuk." ajak Sammy setelah menegak whisky entah keberapa kali yang  paling laris manis diminum para pengunjung dalam klub dengan kadar alkohol sebesar 45 %.

Tak mempersoalkan harganya yang mahal, 300 ribu /kelas kecil.

Pria tampan itu terlihat mabuk berat, Angga yang kondisinya masih belum semabuk pacarnya menyetujui ide pria itu.

Akhirnya keduanya meninggalkan klub pukul 2 pagi.

Tanpa Sammy sadari sepanjang perjalanan pulang cowok itu beberapa kali memanggil Evalina,Dan Angga yang sedang duduk sambil dirangkul sammy merasa cemburu.

Di tempat lain Evalina merasa galau, apakah dia mempertahankan kandungannya atau tidak?

Jujur dia belum siap mendapatkan hinaan dari keluarga besar ataupun masyarakat sekitar karena hamil diluar pernikah.

Kandungan Evalina baru berusia 3 minggu, jadi masih aman seandainya saja perempuan cantik itu menggugurkan kandungannya.

Evalina menyentuh perutnya yang masih rata lalu meneteskan airmata.

Memukul-mukul perutnya dengan emosi.

"Gue harus gimana coba?kenapa si gue harus hamil disaat kayak gini?!"

-

-

-

Kondisi Monika saat ini lebih baik, tak lagi mengamuk histeris seperti beberapa waktu lalu dimana dia mendapatkan kabar buruk setelah selama seminggu tak siuman.

Alfian memberikan sekotak cokelat lezat.

Pria tampan ini membuka kaleng penutup, lalu mengambih satu buah cokelat kemudian meminta Monika membuka mulut.

"Kata orang cokelat adalah senjata ampuh membantu menyingkirkan kesedihan dalam hati, dan aku percaya karena aku sudah membuktikannya." ungkap pria tersebut bersemangat layaknya seorang bintang iklan.

Monika pun tersenyum. "Aku juga percaya, karena itu salah satu alesan mengapa aku sangat menyukai cokelat."

Perempuan cantik ini membuka mulut, mengunyah cokelat dengan lahap.

"Oh iya, Alfando?" Tanya Monika bingung.

Melihat kesekitar kamarnya, melempar raut kepo.

Alfian menjelaskan hal sebenarnya.

"Tadi dia bilang akan pergi dulu ke suatu tempat tapi tak mau memberitahukan tujuannya, dia bilang akan kembali sebelum malam."

Monika menggangguk tanda mengerti, kemudian dia menyadari satu hal yaitu tentang kakek-nenek.

"Oh iya, Bagaimana reaksi kakek-nenek saat mengetahui aku keguguran?" Nada suara Monika agak terbata sekarang.

"Awalnya mereka sangat sedih tapi mereka akhirnya mengikhlaskan karena suatu hari nanti Tuhan akan memberikan penggantinya. Terpenting kau selamat, nanti malam kakek-nenek juga mom akan mengujungimu."

Mendengar kabar bahwa ibu mertuanya akan datang Monika merasa sangat senang bercampur terkejut.

Takut mertuanya itu tidak menyukainya atau bersikap cuek, dalam hati berdoa semoga mertuanya akan menyukainya dan menyanyanginya.

"Alfian, Hanya mendengar kabar mertuaku akan datang aku merasa gugup cambur senang apalagi sampai bertatap muka nanti.Tapi apa nanti ibumu akan menyukaiku?Menerimaku dengan tangan terbuka?"

Monika memegang dadanya, memasang raut grogi.

Alfian membelai rambut Monika.

"Kau tak perlu mecemaskan hal itu, Mom pasti akan menyukaimu dan memperlakukanmu dengan baik."

Mendengar perkataan Alfian, Monika merasa sedikit lega.

"Kenapa kau bisa seyakin itu?" Selidiknya terlihat penasaran.

Pria tampan itu mengambil sebuah cokelat, memakannya hingga habis.

Akan memberikan jawaban atas pertanyaan adik iparnya ini

"Mom bukan tipe ibu yang menyeramkan dan saat bertemu nanti kau pasti akan setuju dengan apa yang aku katakan ini."

Monika tersenyum. "Semoga saja begitu."

-

-

-

Alfando mampir dulu ke toko hewan, membeli sepasang anak kucing untuk istrinya.

Dia harap dengan adanya hewan peliharaan di apartemen mereka Monika akan merasa terlibur lalu membantu melupakan kejadian buruk yang menimpah mereka.

Kata dokter Monika diizinkan pulang besok pagi.

Karena itu Alfando berencana membuat kejutan kecil saat istrinya kembali ke apartemen mereka.

Sesampainya di apartemen Alfando menghias apartemen mereka dengan rangkaian dan taburan bunga mawar merah.

Menghiasi apartemen seromantis mungkin, melakukannya seorang diri.

"Aku harap kau menyukainya,Monika." Kata Alfando setelah selesai mendekor apartemen.

Tersenyum sambil melihat hasil karyanya.

#Rumah Sakit

"Gue tuh senang banget pas dapat kabar bahwa lo udah siuman."  Ujar Citra sambil mengupas kulit apel.

Memotong apel tersebut menjadi dadu lalu meletakan diatas piring.

Meletakan piring berisi potongan apel dimeja samping ranjang rawat Monika.

"Iya, Gue saking senengnya sampai nggak sabar mau kesini." Timpal Evelina.

"Pokoknya, Kita bersyukur lo udah siuman." Sambung Tania.

Tak lama kemudian pintu terbuka muncullah Bayu,Ardian dan Alfian.

Ketiga pria tampan dan berbody goal tersebut.

Terlihat akrab.

"Bu, saya bawakan jamu jitu agar ibu dan bapak bisa secepatnya punya momongan." Dengan sikap sopan Bayu menyerahkan dua botol jamu tradisional berukuran cukup besar.

"Kalo lagi nggak di kantor cukup panggil nama aja,nggak apa-apa kok." Monika menerima jamu itu dengan senyuman.

"Nggak enak saya,Bu.Apalagi kalo pak Alfando denger." Kata Bayu dengan wajah sungkan.

Monika meletakan jamu pemberian pria berstatus manager keuangan tersbut diatas meja.

"Its okay,Bayu. Kalo begitu saat ada Alfando kau tetap bisa memanggilku secara formal."

Beberapa saat bayu terdiam. "Baiklah, aku mengerti Monika."

Semuanya tertawa karena Bayu saat menyebutkan nama "Monika" tampak grogi.

Ardian menghampiri Monika, mengulurkan tangan.

Monika menyambut uluran sahabat Alfian sekaligus pacar Tania itu.

"Aku Ardian, sahabat Alfian dan pacar Tania. Senang berkenalan denganmu."

"Aku Monika, senang juga bertemu denganmu. Tania banyak berbicara tentangmu dan aku merasa dia beruntung karena memiliki pacar yang begitu tulus sepertimu."

"Aku juga beruntung, oh iya. Aku berdoa semoga kau dan Alfando segera mendapatkan anak lagi."

"Thanks, Ardian."

Alfian berpura-pura batuk dengan volume cukup keras.

"Aku rasa sebaiknya kita mengobrol sambil makan cemilan yang kita beli tadi,Guys." Ajak pria itu mengangkat papper bag yang digenggamnya.

Semuanyapun setuju.

-

-

-

Pintu terbuka muncullah Alfando yang tampak fresh, tak ada lagi jengkot dan kumis menghiasi wajah tampannya.

Bahkan penampilannya sudah keren seperti ciri khasnya.

Monika menghampiri pria itu lalu memeluk suaminya tersebut, ya Monika memang sudah kembali sehat.

Bahkan tak ada lagi raut kesedihan pada wajah cantiknya, perempuan itu mencium sebelah pipi suaminya.

"Kau dari mana?" Monika terlihat penasaran.

Alfando mengecup bibir Monika, adegan ini membuat semuanya bersorak gembira dan menggoda pasutri ini.

Membelai rambut istrinya."Ada urusan yang harus aku kerjakan, Sayang.Btw..Kalian sudah lama berada disini?"

Alfian menganguk. "Dua jam lebih, kau harus bergabung bersama kami."

Sikap friendly Alfando membuat Bayu sedikit merasa lega.

Bayu berdiri dari sofa dan memberikan hormat.

"Pak, Apa kabar?"sapa Bayu penuh hormat dengan gaya formal jadi terlihat kikuk.

Alfando tersenyum. "Oh,Bayu. Kau mengenal istriku rupanya?kok bisa"

Bayu segera menggelengkan kepala, menjelaskan persoalan sebenarnya

"Tidak pak, saya menemani calon istri saya Citra sekalian ikut jenguk ibu."

Mendengar kata calon istri ,Citra jadi tersipu malu.

"Oh begitu, Silakan duduk jangan sungkan ini bukan di kantor."

Bayu duduk kembali.

Alfando menoleh pada Ardian, memeluk pria yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri.

"Apa kabar lo?udah lama nggak ketemu masih jomblo lo,Bang?hehe." Goda Alfando.

Ardian melotot lalu meninju perut Alfando, hingga cowok itu kesakitan.

"Sembarang, Gue udah punya calon istri tuh orangnya." Ardian menunjuk ke arah Tania.

Dan Tania tersenyum kikuk.

"Tania, Kamu kok mau nerima abang saya nih?Padahal banyak lo pilot lebih ganteng dari dia."

Bbbuuukkk...

Satu pukulan mendarat di bokong Alfando, dengan kesal Ardian menendang bokong Alfando.

"Karena saya cintanya sama Ardian ,Pak." Balas Tania malu.

Ardian langsung menimpali. "Nanti kalo kita udah nikah , stop panggil dia pak cukup nama aja."

"Nggak mungkinlah manggil atasan nama aja, kamu ada-ada aja deh." Protes Tania cepat.

Alfando tersenyum menang. "Tuh dengerin, Apa yang Tania bilang itu benar."

Tak mau mengalah Ardian kembali berkoar.

"Yaudah kamu stop kerja, penghasilan aku cukup buat ngidupin kamu kok. Masa istri aku manggil pak sama adik suaminya sendiri." Protes Ardian berapi-api.

Baik Alfando dan Ardian memang sudah saling menganggap saudara, bahkan hubungan keduanya akrab.

Alfando bahkan sudah menganggap Arisan Kaka sendiri.

Tania jadi bingung harus bagaimana?

"Nggak perlu berhenti, Gue janji bakal panggil Tania kakak dan dia cuma panggil nama aja ke gue secara itu mang udah seharusnyakan."

Ardian tersenyum bangga. "Nah itu baru benar, kamu dengarkan sayang?"

"Ya dengar."Balas Tania malu-malu.

"Evalina, kamu udah punya pacar baru?" Tanya Alfando.

Mendapatkan pertanyakan dadakan seperti ini perempuan cantik ini jadi sedikit terkejut, tapi menjawab pertanyaan sang bos dengan tenang.

"Belum pak, masih betah ngejomblo." Jawab Evalina santun.

"Mau sama kakak saya?Alfian. Saya jamin dia jauh lebih baik dibandingkan mantan kamu itu." Padahal raut wajah pria itu santai tapi tetap saja terlihat menyeramkan dimata karyawannya tersebut,

Mendengar ocehan adiknya Alfian melempar apel, tapi Alfando berhasil menghindar.

"Al, Stop it!" Suara Alfian terdengar kesal.

Tapi Alfando tak peduli, pria itu masih menatap Evalina yang mulai terlihat tak nyaman.

"Gimana kamu mau?"  Lanjut Alfando.

Tersenyum kecut kemudian memberikan jawaban membuat semua orang terkejut.

"Saya menolaknya karena saya tidak cinta dengan kakak anda begitupun sebaliknya, Maaf pak, anda bos saya bukan orangtua saya jadi jangan mendorong saya agar menjalin hubungan dengan siapapun yang anda mau. Dan saya sedang hamil anak pria lain, apa pak Alfian mau menikahi saya?" Menoleh sekilas pada Alfian.

"Saya rasa seharusnya tidak mau kan."

Tak ada raut ketakutan apalagi tak enak saat mengatakan hal itu.

Raut muka Evalina malah terlihat stres sekarang, bahkan di sudah siap jika dia harus kena PHK.

Semua orang terdiam.

Perempuan ini pun buru-buru dengan wajah sedih tapi bercampur tegar bahkan kedua matanya berkaca-kaca kemudian berpamitan dan pergi.

Tbc

Notes:

Awalnya aku bingung mau mengupload apa gak?Tapi setelah aku pikirkan ya uploaded aja deh sekalian sebagai pengumuman.

Cerita ini bakal aktif tahun depan jadi jangan lupa dukung terus akuu..

dan kalian tahu kan cara bikin seorang author semangat????

Bukan komentar "semangat" emangnya aku lagi kompetisis lumba makan kerupuk dll hehe....tapi komentar seputar cerita nah itu baru benar dan apresiasi (Ps/Batu kuasa-Gift) juga sharing.

Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know

Thank yoo for you all support and see you later.

avataravatar
Next chapter