47 Mental Break DOWN

Dengan hati-hati Alfando meletakan Monika dijok belakang agar istrinya bisa tidur lebih nyaman, menganjalkan sebuah bandal dikepala Monika.

Menyelimuti istrinya dengan selimut miliknya yang memang tersimpan dalam mobilnya.

" I love you."

Mengecup sayang kening sang istri lalu

pandangan Alfando tertuju pada perut Monika yang mulai membuncit, rupanya jika diperhatikan seksama perut Monika sudah terlihat buncit.

Pria ini tersenyum bahagia, mencium perut Monika.

"Papa, tidak sabar menantikan kehadiranmu, anakku." Pria ini tersenyum bahagia, mencium perut Monika cukup lama.

Alfando segera menyusul masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya pergi menjauh dari salah satu kawasan apartemen elit di jakarta ini.

Ditengah perjalanan pulang, Alfando berhenti dulu di salah satu toko penjual kursi roda.

Menyadari menggedong Monika sampai ke unit apartemen mereka tinggali hanya akan menjadi bahan tontonan penghuni lain, Membuat dia merasa tak nyaman.

Lagipula ini dunia real bukan drakor atau lakorn dimana seorang pria akan terlihat begitu gentleman dan romatis saat menggendong perempunan dicintainya sampai masuk kamar.

Ini dunia real, berlama-lama menggendong Monika membuat Alfando merasa pegal.

Lagipula Monika akan merasa lebih nyaman saat memakai kursi roda hingga sampai di unit apartemen mereka nanti.

Pria itu mematikan mesin mobil lalu keluar mobil dan masuk ke dalam toko.

Semua karyawan perempuan yang melihat Alfando terlihat kagum akan ketampanan juga penampilan kerennya.

"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

Sapa salah seorang karyawan toko dengan sikap ramah tapi raut wajahnya malah terlihat jutek juga terlihat lebih dewasa dibandingkan karyawan lain sepertinya perempuan ini merupakan kepala toko.

"Saya mencari kursi roda." balas Alfando dengan gaya cool, membuka kacamata hitamnya.

"Kualitas terbaik." sambung pria ini cepat dengan sikap sombong tapi malah semakin terihat keren.

Si karyawan itu meminta Alfando untuk menunggu sebentar, Tak lama kemudian si pegawai membawa pesanan Alfando.

"Ini adalah kursi roda elektrik terbaik toko kami."

Secara penampilan kursi roda ini menarik dan terlihat nyaman.

Bahkan bentuknya seperti kursi goyang dari anyaman.

Alfando melihat dan mengecek setelah dirasa oke.

Pria itu pun membelinya.

"Saya ambil yang ini, Berapa?"

Si pegawai menyebutkan nominal angka lalu Alfando mengelurkan kartu Atm miliknya.

Meminta karyawan toko agar melipat benda itu kemudian dimasukan ke dalam bagasi mobilnya.

Tapi saat pria ini akan memasukkan kembali kartu Atm-nya ke dalam dompet.

BBBBBBBBBRRRRUUKKKKKKKK.....

Tiba-tiba ada suara hantaman keras menabrak sesuatu dari suaranya yang nyaring dipastikan yang menabrak pasti dalam kecepatan tinggi.

Alfando dan semua karyawan toko merasa sangat terkejut sehingga mereka reflek segera keluar dari toko untuk mengetahui apa yang terjadi?

"MONIKA."

Teriak pria itu saat mengetahui bahwa mobilnyalah menjadi korban dari tabrak lari oleh truk besar hingga terbalik terus mengebulkan asap.

Truk itu langsung kabur begitu saja, Alfando berhasil mengingat nomor plat truk tersebut.

Dia berlari mencoba membuka pintu mobil lalu api mulai menyalah dari area mesin, semua orang tak ada yang berani menolong karena asap sudah mengebul semakin tebal.

Alfando tak mempedulikan teriakan orang-orang yang mengatakan mobilnya akan segera meledak.

Siapa peduli dengan hal itu.

Dia hanya mau menyelamatkan Monika, itu saja.

Bahkan jika harus mengorbankan diri.

Pria itu tak patang menyerah mencoba membuka pintu mobil tapi gagal, Akhirnya tak ada pilihan lain Alfando selain menendang-nendang kaca mobil hingga pecah.

Terjadi ledakan kecil...

BBBBBBRUUUSHHHHH....BBBBBRRRUUURRTTGHHH....

Membuat semua orang sekitar semakin histeris.

Dengan susah payah akhirnya Alfando berhasil mengeluarkan Monika dari dalam mobil.

Betapa terkejutnya Alfando saat melihat banyak darah mengalir keluar mambasahi dari sela kedua paha Monika.

"SHITTTTT!!!!!" Teriak Alfando kembali.

Menyadari bahwa Monika telah mengalami keguguran karena peristiwa ini semakin meghancurkan mental Alfando, Dia terus berteriak seperti orang gila untuk mengeluarkan semua emosi, kemarahan dan kesedihannya.

Alfando mengecek nafas Monika, syukurlah istrinya ini masih hidup meski dalam kondisi cukup parah.

Setelah berhasil membawa Monika menjauh dari mobil, tak lama kemudian mobil meledak lalu terbakar.

Alfando menangis keras sambil memeluk erat istrinya.

Dia merasa bersalah karena tak langsung pulang ke apartemen.

"Monika, Kita...ki.....kkki..kita telah kehilangan anak kita."Lirih Alfando disela-sela tangisannya bahkan berbicarapun dia terbata-bata karena sesak yang dirasakanya luar biasa sakit.

Mempererat tubuh Monika yang masih belum tersadar dan kepala perempuan itu terus mengalir darah.

Seluruh tubuh Monika terdapat luka memar akibat hantaman dan benturan keras yang dialami saat mobil ditabrak sehingga berguling.

Dan diluar dugaan....

Langit menjadi kelam kelabu...

Hujanpun tiba-tiba turun deras membasahi jalan.

Seolah ikut bersedih dengan apa yang telah terjadi.

Alfando berteriak histeris menjambak rambutnya.

Mengutuk siapapun yang ada dibalik penabrakan mobilnya.

Mencium perut Monika lama dan diiringi tangisan.

Meletakan kepalanya pada perut sang istri.

Seluruh tubuh dan kedua tangan Alfando bergetar hebat.

Bahkan dinginnya air hujan tak bisa mendimginkan kemarahan pria itu.

"Maafkan papa karena gagal melindungimu, Anakku sayang."

-

-

-

#Seminggu Kemudian..

Hal pertama yang dilihat Monika saat siuman adalah seorang pria yang mengenggam kedua tangannya dan tertidur pulas.

Siapa lagi kalo bukan sang suami.

Menyadari ada pergerakan tangan istrinya Alfando terbangun.

Melihat Monika sudah tersadar Alfando memeluk Monika, mencium kening istrinya itu.

"Ada apa ini?Kenapa aku di rumah sakit?"

Alfando tak langsung menjawab malah memeluk Monika.

Mencium bibir merah istrinya, Awalnya Monika terkejut tapi akhirnya membalas ciuman pria yang terlihat bukan seperti Alfando yang dikenalnya begitu lesu.

Raut muka Alfando terlihat kusut dan frustasi.

Pakaian yang dikenakannya juga sepertinya belum diganti.

Tapi wajah tampan pria itu masih jelas terlihat meskipun penampilannya sedang tak bagus

Tak seperti Alfando yang Monika kenal selama ini.

Mereka mengakhiri ciuman lalu satu kecupan mendarat dikening Monika.

"Kau mengalami kecelakaan seminggu yang lalu dan tak sadarkan diri."

Dengan sikap tenang pria ini menjelaskan hal sebenarnya.

Monika meraba perban yang membalut kepalanya.

Bersyukur kondisi Monika sudah lebih baik tak seperti diawal kecekaaan tapi cukup membuat perempuan cantik ini syok karena mendapatkan fakta bahwa dia tak sadarkan diri selama itu.

"Seminggu." Beo Monika.

Tunggu mengapa dia tak merasakan pergerakan apapun dalam perutnya?

Monika meraba-raba perutnya.

Terlihat mulai panik, dan saat menyadari perutnya kembali rata.

Perempuan cantik ini menangis tersedu.

"Kenapa aku tidak merasakan pergerakan anak kita?kenapa!!!Mana anak kita?KEMANA DIA?!"

Tiba-tiba Monika hilang kendali dan mengamuk seperti orang gila.

Alfando berusaha menenangkan istrinya dan berhasil meski diawal Monika tak bisa menerima kenyataann ini.

Perempuan cantik itu menangis histeris sambil menunduk dan menutup wajah dengn telapak tangannya, untung meraka berada dalam kamar vvip jadi tak menganggu ketenangan pasien lain.

"Kita harus ihklas, Aku mohon tenangkan dirimu. Bukan hanya kau yang merasa hancur aku juga seandainya saja kau tak selamat aku pasti akan memilih mengakhiri hidup karena tanpa ada kau dan anak kita aku merasa hancur.

Seandainya aku langsung pulang ke rumah tidak mampir ke toko membelikanmu kursi roda pasti semua tidak akan terjadi, Maafkan aku Monika."

Sekarang Alfando menangis...

Memukul-mukul keras sisi ranjang Monika meluapkan emosi.

Monika memejamkan mata beberapa saat kemudian menghapus air matanya

Alfando kembali memeluk, bisa merasakan apa dirasakan Monika sekarang.

"Ja....jadi aku keguguran, kita telah kehilangan anak kita." kata Monika disela-sela tangisannya yang mulai mereda sambil terbata-bata.

Pria itu mengangguk lemas tanpa mampu berkata apapun saking merasa kacau diakibatkan rasa kesedihan sekaligus bersalah luar biasa.

Faktanya ini sukses membuat mental Monika DOWN seakan terkena serangan tembakan secara tiba-tiba.

Tubuhnya bergetar hebat.

Dan....

Panglihatan Monika menjadi berputar-putar dan kepalanya terasa sangat pusing, semakin lama pandangannya menjadi pudar dan gelap.

Tbc

avataravatar
Next chapter