Masih berselisih sejak lama semenjak pernikahannya dengan Aimee. Sampai detik ini, Zack tidak pernah mengerti mengapa ayahnya, Robert, begitu tidak menyukai Aimee.
Tidak pernah setuju Aimee menjadi istrinya dan terus berusaha memisahkan mereka.
Kini setelah mereka sudah resmi bercerai dan menjalani kehidupan masing-masing. Zack dan Robert tidak pernah memperbaiki kerenggangan hubungan mereka.
Seolah keluarga Aimee yang menjadi titik permasalahan. Dan Aimee bukan wanita yang baik bagi putranya.
Zack setidaknya beruntung.
Karena perdebatan dan sikap dingin mereka. Zack tidak perlu lagi mendengarkan permintaan gila Robert untuk menikah lagi.
Cukup satu kali Zack menjalani kegagalan pernikahan dan dia tidak ingin mengulangnya lagi dengan alasan apapun.
Karena pernikahannya dengan Aimee menyisakan tragedi dan kenangan buruk.
Harapan tinggi Zack untuk bisa mendapatkan pernikahan yang indah sirna.
Lalu, beberapa hari lalu ketika utusan dari perusahaan Theodore tiba di kantornya. Zack awalnya tidak ingin meladeni wanita itu. Tapi, karena Zack sudah terlanjur menyuruh Lisa untuk pergi ke perusahaan lain menawarkan proposal kerja sama.
Lisa tidak bisa mewakili Zack menemui Debora Enggoro. Wanita dengan tinggi sekitar 160n dan memiliki bentuk tubuh pas. Tidak terlalu gemuk dan tidak kurus.
Penampilannya yang menjanjikan tidak menurunkan kepercayaan Zack untuk bertemu dan menyambutnya baik. Lalu bicara empat mata di ruangan kerja.
Debora Enggoro memperkenalkan dirinya dengan ramah.
"Saya Debora Enggoro. Biasa disapa Doren. Dan Anda juga bisa memanggil saya seperti itu. Saya datang untuk mewakili perusahaan Theodore mengatur janji rapat dan memberikan sedikit data penting yang berhubungan dengan rapat nanti."
Zack menyambut perkenalan itu dengan baik.
Selalu mengagumi cara kerja perusahaan Theodore yang tidak pernah memandang perusahaan lain sebelah mata.
Meski mereka adalah perusahaan yang jauh lebih besar dari perusahaan milik Zack. Sama sekali tidak ditutup kemungkinan bagi para karyawan mereka untuk datang sendiri ke kantor rekan bisnis mereka tanpa pandang bulu. Demi sekedar untuk memberikan etika baik dan penghargaan.
Zack mempersilahkan Debora duduk dan memperkenalkan diri.
"Saya, Zavierro Kistan Cadmael. Biasa dipanggil Zack. Dan Anda juga boleh memanggil saya dengan sebutan itu."
Zack menunjuk salah satu sisi ruang tamunya.
"Silahkan duduk dan buat dirimu senyaman mungkin," perintah Zack sopan.
Zack menekan tombol tertentu di telepon interlokalnya.
Tut tut.
"Siapkan minuman untuk tamuku dan antarkan ke ruangan."
Suara dari seberang telepon terdengar.
"Baik, Pak."
Klik.
Mengakhiri perintah dan mematikan teleponnya. Zack berjalan menuju ke kursi tamu tepat di seberang tempat duduk Doren.
Membuat wanita itu berdegup kencang karena terkejut dan tidak menyangka, bos Empire masih sangat muda dan tampan melebihi ekspetasinya.
Pernah mendengar beberapa desas-desus yang memuji kepintaran Zack dalam membangun sebuah teknologi canggih dan memulai segala usahanya dari titik nol tanpa bantuan orang lain atau keluarganya.
Zavierro Kistan Cadmael, tampil dengan sosok yang menghipnotis siapapun wanita yang akan dia temui.
Mungkin terkesan berlebihan karena wajah tampan Zack mudah Doren temui dalam dunia bisnis yang sering menuntunnya bertemu banyak pebisnis tampan.
Tapi, kharismanya.
Sikap cool dan langkah kakinya yang begitu tenang. Kenapa sanggup menentramkan sanubari Doren?
Bermimpikah dia sekarang? Atau karena terlalu lelah bekerja dan haus, Doren mengaburkan pandangannya sendiri pada imajinasi liar yang dia nanti-nantikan?
"Suatu kehormatan bagi saya. Bertemu dengan Anda. Tuan Zack. Dan terima kasih atas sambutan hangat yang Anda berikan."
Zack tersenyum tipis.
"Kau pandai melobi ternyata, Nona Doren. Dan sebagai perwakilan dari Theo Group. Bukankah aku memang harus bersikap ramah tamah padamu?"
Menyadari status dan posisinya dengan tepat.
Doren mengagumi kerendahan hati Zack.
Em.. dia tipeku. Dan sangat menyayangkan aku terlambat bertemu dengannya.
Sudah menikah dan saat ini punya suami yang tidak kalah luar biasa. Aku harus menetapkan keteguhan hatiku lebih kuat lagi!
Tidak boleh terlalu terpesona dan menghilangkan pikiran burukku jauh-jauh.
Doren terus menatap Zack tanpa berkedip.
Berdeham satu kali dan mengendalikan diri.
Doren mengesampingkan sejenak kemeja biru laut yang Zack kenakan saat ini. Begitu cocok di tubuhnya yang sempurna dan menciptakan desir kekaguman tersendiri muncul dalam hati Doren.
"Saya datang untuk mewakili sekretaris Tuan Alfin yang berhalangan hadir. Karena dia harus menghadiri pertemuan orang tua murid."
Zack mengangguk paham.
"Bukan masalah dan terima kasih atas penjelasannya," papar Zack tidak keberatan.
Doren kembali menjelaskan beberapa prospek.
"Ini adalah laporan yang akan Anda dan Tuan Alfin diskusikan selama rapat. Sudah melalui seleksi dan hanya akan membicarakan soal langkah pertama dan menengah yang akan Anda berdua lakukan lebih dulu."
Doren menyerahkan berkas penting pada Zack.
Mengamati Zack membuka laporan itu dengan style biasa. Tapi entah bagaimana menjelaskannya, sikap sederhana Zack membius Doren.
Seorang office girl masuk dan membawakan dua cangkir teh untuk mereka.
Tersenyum dan mengajukan diri. Doren tidak perduli jika Zack nanti menganggapnya lancang.
"Boleh saya diizinkan untuk minum lebih dulu karena perjalanan menuju kemari sedikit melelahkan."
Zack mempersilahkan.
"Ya. Silakan. Dan tidak perlu sungkan karena minuman itu memang disediakan untukmu."
Doren langsung mengambil cangkirnya.
Meneguk habis dan bernapas lega. Surga ternyata berada terlalu dekat dengannya.
Zack melirik pada officegirlnya.
"Sediakan satu cangkir lagi untuknya,"
Sang officegirl mengangguk dan pergi.
Meninggalkan perasaan malu dalam hati Doren. Tapi tidak berusaha dia tunjukkan karena rasa haus dan manusiawi lebih Doren depankan.
Doren tersenyum ramah.
"Anda sangat baik dan pengertian," papar Doren tanpa bermaksud menggoda.
Namun mengatakan hal yang sebenarnya karena Zack peka terhadap keadaan sekitar.
Doren meletakkan kembali cangkir kosong miliknya ke atas meja.
***