30 Bab 30

HAI HULA HULA… APA KABAR GUYS… MASIH SEHATKAN UNTUK BACA CERITA INI… MAAF BANGET YA GUYS,,, AKU LAMA ENGGAK MENAMPAKKAN DIRI DI CERITA INI. WKWKWKW…

HARAP MAKLUM YA… IDE KU SEDANG TERSUMBAT JADI BUTUH WAKTU YANG LAMA UNTUK BISA UP LAGI.

HAPPY READING GUYS…

KASIH HADIAH AKU DONG SIAPA TAHU DAPAT BEBERAPA HADIAH DARI KALIANNYA AKU BISA SEMANGAT. HEHEHE… PIS SAYANG" KU…

Kini Alvi asyik menggambar dengan Angel dan juga Aldebaran. Senyuman di wajah Alvi tidak luntur sama sekali menatap Angel ketika ia sedang mengajari Angel ataupun Angel menunjukkan gambarannya. Elang dari sofa yang ia duduki terus memicingkan matanya menatap Alvi.

"Hush, Lang!" tegur Nenek seraya menggerakkan satu tangannya di depan wajah Elang.

"Apaan si, Nek?" tanya Elang kesal.

"Enggak sopan kamu natap orang seperti itu," ucap Nenek.

"Hum," hanya gumaman yang Elang lakukan. Nenek pun menatap malas Elang.

Di tempat tidur, Alvi sedang tersenyum memperhatikan Angel menggambar dengan senyum manisnya. Aldebaran pun ikut tersenyum memperhatikan Angel dan juga ia ikut menggambar bersama Angel.

Alvi kini menatap intens Aldebaran, ia memperhatikan setiap gerakan Aldebaran. Senyuman yang di tampilkan Aldebaran, caranya berkomunikasi dengan Angel. Entah mengapa ia menyukai hal itu. Dirinya yang menolak kehadiran Aldebaran, tetapi melihat interaksi Aldebaran ia senang.

Karena ada Angel di ruang rawat dan juga ada Elang di sana, membuat Alvi menjadi tidak bisa mendekati Aldebaran. Padahal ia ingin mendekati Aldebaran supaya ia bisa mengendalikan Elita dan membuat Elang hancur.

Elang dan Alvi bukanlah orang yang akrab. Semenjak SMA mereka sudah menjadi musuh dan Alvi begitu membenci Elang. Pertama karena SMA Elang yang sering memenangkan turnamen basket dan kedua di area balapan liar Elang juga yang menjadi raja jalanan dan beberapa hal lainnya yang membuat dirinya tidak menyukai Elang terutama sikap Elang yang sering mempermainkan seorang wanita.

Dirinya yang breng*** tidak pernah mempermainkan seorang wanita. Ia selalu bersikap baik dan menyayangi yang namanya seorang wanita karena ibunya adalah seorang wanita dan ia pun memiliki adik wanita sehingga ia begitu menjaga dengan baik seoarang wanita.

Elang yang terlihat seperti anak baik-baik dengan prestasinya yang bukan hanya di bidang olah raga tetapi juga di bidang akademik. Hal yang terlihat dari luar tentang Elang ternyata ia hanyalah seorang pria yang begitu breng*** membuat Alvi sangat-sangat membencinya bahkan sampai detik ini sejak beberapa tahun silam yang membuat Alvi tidak bisa menghapus rasa bencinya pada Elang. Padahal itu jaman SMA dan semua pasti sudah berubah jauh lebih baik. Namun, Alvi tidak bisa melupakan apa yang pernah terjadi di masa SMA dulu.

Sekitar pukul 11 siang Alvi pamit pulang, Angel pun ikut pulang bersama Alvi. "Kakak ganteng, Angel pulang ya," pamit Angel seraya tersenyum menatap Aldebaran.

"Iya," jawab Aldebaran singkat seraya tersenyum.

"Nek, saya dan Angel pamit pulang ya," pamit Alvi.

"Oh, iya. Hati-hati ya nak Alvi," ucap Nenek seraya tersenyum.

"Al, om pulang dulu ya," ucap Alvi seraya tersenyum kemudian ia mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut kepala Aldebaran kemudian ia mengecup singkat puncak kepala Aldebaran.

Elang membulatkan matanya melihat sikap Alvi. Entah kenapa ia menjadi waspada dengan sikap Alvi seperti itu. Aldebaran pun juga ikut terkejut dengan matanya yang membualat sempurna sedangkan Nenek hanya menatapnya senang dengan sikap Alvi yang menurutnya manis tanpa berpiki buruk pada Alvi.

"Gua pulang ya, bro," pamit Alvi seraya menepuk lengan Elang.

"Hum," jawab Elang singkat seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Nenek menatap kesal dengan sikap Elang yang menurutnya tidak baik. Alvi dan Angel pun pamit pulang. Setelah mereka ke luar dan menutup pintu ruang perawatan Aldebaran Nenek menatap sengit Elang. "Kamu nih, apa-apaan sih, Lang?" tanya Nenek tidak habis pikir dengan kelakuan cucunya ini.

"Kenapa deh, Nek?" tanya elang malas.

"Kenapa sikap kamu tadi seperti itu pada Alvi. Itu sikap yang enggak baik Lang!" nasehat Nenek.

"Memangnya ada yang salah sama sikap Elang?" tanya Elang yang sok tidak merasa bahwa sikapnya pada Alvi itu tidak baik.

Nenek memutar malas bola matanya menatap Elang. Ia pun berjalan ke arah tempat tidur Aldebaran dan duduk di samping Aldebaran. "Udah siang, Al mau makan enggak?" tanya Nenek seraya mengusap lembut kepala Aldebaran.

Aldebaran pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Lang belikan makan untuk anakmu, sekalian Nenek juga belikan makan!" perintah Nenek seraya menolehkan kepalanya untuk menatap Elang.

"Al nanti ada makanan dari rumah sakit. Nenek mau makan apa?" tanya Elang dengan wajah malasnya.

"Kamu belikan saja makanan untuk anakmu, Al pasti bosan makan makanan rumah sakit," ucap Nenek tanpa menjawab pertanyaan Elang.

Elang menghembuskan napasnya mendengar ucapan Neneknya. "Al, mau makan apa?" tanya Elang menatap Aldebaran.

"Enggak usah pa, Al makan makanan rumah sakit aja," jawab Aldebaran seraya tersenyum.

"Tuh, Nek. Al aja enggak apa-apa makan, makanan rumah sakit. Makanan rumah sakit itu—"

"Belikan saja makanan untuk Al. Dia pasti takut karena tadi kamu mengatakan jika ada makanan dari rumah sakit untuk Aldebaran. Jadi, kamu harus belikan makanan untuk Al. Sudah sana, kamu berangkat. Al harus makan teratur supaya ia cepat pulih," ucap nenek panjang lebar.

"Oke Nenekku cantik…" ucap Elang seraya tersenyum paksa. Susah untuknya melawan perkataan Neneknya ini.

Elang yang tadi sedang duduk di sofa kini berdiri dari duduknya dan bersiap untuk mencari makan siang untuk Aldebaran, Nenek dan juga dirinya. Ia pun pamit pada Nenek dan juga Aldebaran. Ia baru saja ke luar dari lift dan tidak sengaja ia menyenggol bahu seseorang.

"Kamu," ucap Elang menatap seorang wanita yang tidak sengaja ia tabrak.

Wanita itu hanya tersenyum simpul menatap Elang. "Permisi," ucap wanita itu seraya masuk ke dalam lift.

Elang mengerjap-ngerjapkan matanya karena wanita yang beberapa hari lalu bertemu kini terlihat enggan melihatnya. Pintu lift tertutup dan Elang masih terdiam di depan lift seraya menatap lift yang sudah tertutup. Wanita yang tadi tidak sengaja ia tabrak adalah wanita yang sebelumnya pernah ia tabrak ketika ia mengantarkan Nenek sampai di lobi rumah sakit.

"Apa dia tidak menyukaiku lagi?" tanya Elang bergumam kecil.

Elang menggelengkan kepalanya untuk mengusir berbagai pertanyaan di benaknya tentang wanita yang tadi tidak sengaja ia tabrak lagi. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan segera melangkah ke luar dari rumah sakit.

Elang berjalan ke arah parkiran rumah sakit dan mulai melajukan mobilnya untuk membeli makanan. Elang menelphone Elita dengan handsfree untuk bertanya makanan apa yang biasanya Aldebaran inginkan ketika sedang sakit.

"Hallo Cantik," ucap Elang ketika sambungan telpone sudah tersambung seraya tersenyum.

["Ada apa bang, apa ada masalah?"] tanya Elita di sebrang telphone.

"Udah makan?" tanya Elang membuat Elita sedikit menghentikan aktifitasnya di sebrang telphone sana.

["Ada apa pak? To the point saja jangan pakai basa basi,"] ucap Elita karena merasa ada yang aneh pada bosnya karena pertanyaan Elang itu bukan pertanyaan biasa menurutnya.

Bosnya itu tidak pernah bertanya ia sudah makan siang apa belum ketika bertelphone. Seringnya bosnya itu berkata, "Cepat makan, jangan sampai karena tidak makan siang kamu sakit dan pekerjaan akan menumpuk. Aku tidak suka pekerjaan yang menumpuk," ucap Elang padanya jika sudah waktunya makan siang.

"Hahaha,, kamu tahu saja," ucap Elang seraya tertawa karena Elita bisa menebak apa mau dirinya. Ah, betapa menyenangkan memiliki istri seperti Elita yang tahu tentangnya.

TBC….

YO YO YO…. BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENNYA NAIKKIN YOK GUYS… BISA GAK POWER STONENYA TEMBUS KE ANGKA 500 PS DALAM SEMINGGU. KALAU BISA AKU USAHAIN RAJIN UP WALAU ENGGAK SETIAP HARI YA…

avataravatar
Next chapter