25 Bab 25

šŸ„³šŸ„³šŸ„³ Yey, Elang dan Elita balik lagi guys....

Happy Reading....

Elang mengantarkan nenek sampai di lobi rumah sakit. "Nek, Elang minta tolong sama Nenek ya. Untuk enggak kasih tahu tentang Aldebaran ke Mama dan Papa. Elang bakalan kenalin Al kalau dia udah sembuh."

"Kamu tenang saja, Nenek enggak akan memberitahukan siapa-siapa," ucap Nenek seraya tangannya bergerak seperti mengunci mulutnya dan tersenyum pada cucunya.

"Makasih, Nek," jawab Elang seraya tersenyum hangat.

Nenek pun masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya di depan lobi rumah sakit. Mobil pun mulai melaju meninggalkan rumah sakit. Elang kemudian membalikkan tubuhnya dan tanpa sengaja ia menabrak seorang wanita.

Wanita itu pun jatuh terduduk sedangkan Elang hanya mundur selangkah karena terkejut. Wanita itu mendongak dan menatap kesal orang yang menabraknya. Elang pun menatap ke arah wanita yang terjatuh, ia kemudidan mengulurkan tangannya untuk membantu wanita yang terdiam ketika melihat wajah Elang.

Ia terpesona dengan wajah Elang yang sangat tampan dan rupawan bagaikan Dewa. Sumpah serapah wanita berparas cantik, bodynya yang langsing tingginya sekitar 165 sentimeter, kulit sawo matang dan rambut panjang sepinggang itu tertelan begitu saja karena terpesona dengan Elang. Ia pun menerima uluran tangan Elang dan masih menatap kagum keindahan ciptaan Sang pencipta. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Elang ketika wanita itu sudah berdiri dengan wajah khawatir.

Ia benar-benara tidak tahu jika di belakangnya ada orang. Wanita cantik yang terjatuh, tentu saja membuat harga dirinya sebagai seorang lelaki merasa tercoreng karena sudah membuat seorang wanita cantik jatuh terjengkang. "Tidak apa-apa," jawab wanita itu singkat membuat Elang sedikit merasa lega.

"Kamu yakin?" tanya Elang memastikan.

Ia rasanya ingin sekali mengajak wanita di hadapannya ini berkenalan dan meminta nomor handphonennya, tetapi sayangnya itu tidak bisa ia lakukan.

Semua karena ia berada di lingkungan rumah sakit. Apalagi rumah sakit swasta ini sudah sangat mengenal ELang dengan predikat pria baik-baik dan polos yang belum terkontaminasi dengan polutan-polutan kotor ataupun virus-virus berbahaya.

"Iya, saya tidak apa-apa," jawab wanita itu yakin.

"Ya sudah kalau begitu, saya permisi ya," ucap Elang berpamitan.

Dengan berat hati Elang pun melangkahkan kakinya meninggalkan wanita cantik yang mungkin saja bisa menjadi kekasihnya untuk yang ke nomor sekian.

"Aa!" teriak wanita itu membuat Elang membalikkan tubuhnya.

Melihat si wanita yang tadi sempat ia tabrak itu terjatuh ia pun segara berjalan mengahampiri wanita itu dan ia langsung berjongkok dengan satu lutut yang menyentuh lantai. "Kamu kenapa?" tanya Elang dengan wajah sok khawatirnya.

Padahal dalam hati ia sudah mengerti modus wanita di depannya ini. Ia yang tadinya khawatir jika memang terjadi apa-apa dengan wanita itu, tetapi ketika ia melihat wanita itu memijit kakinya ia bisa melihat kaki wanita itu baik-baik saja. Lagipula setelah di pikirkan, jatuh terduduk seperti tadi tidak akan membuat kaki terkilir. Mungkin lecet di telapak tangan karena menahan tubuh ketika terjatuh masih masuk akal.

Namun, Elang pura-pura khawatir dan tidak tahu jika wanita di hadapannya ini hanya berpura-pura saja. "Apa kakimu terkilir?"

"Mungkin saja, ini rasanya sangat sakit ketika aku tadi berjalan," jawab wanita itu sambil mengurut bagian kakinya dengan wajah yang dibuay sedih.

"Biar aku meminta suster untuk menolongmu, ya," ucap Elang kemudian ia memanggil suster.

"Eh, enggak perlu!" ucap wanita itu cepat memegang lengan Elang.

"Ada apa yang, pak?" tanya seorang suster yang menghampiri Elang dan wanita itu.

"Suster tolong mbak ini, kakinya terkilir," ucap Elang tanpa mendengarkan perkataan wanita itu yang tadi mengatakan tidak perlu.

"Oh, baik, pak," jawab suster itu kemudian membantu si wanita itu berdiri.

Elang mengambil dompetnya kemudian memberikan kartu namanya. "Jika kenapa-kenapa kamu bisa menghubungi saya ke nomor ini." Wanita itu menerima kartu nama Elang.

"Suster, tolong ya, biaya perawatan kirim ke saya saja," ucap Elang.

"Baik, pak," jawab si suster.

Elang pun berpamitan pergi dan ia berjalan untuk kembali keruangan Aldebaran. Ketika ia berada di lift menuju ruangan VVIP di mana Aldebaran di rawat Elang terus bergumam sendiri. "Ah, kenapa harus bertemu wanita cantik seperti itu di rumah sakit?"

"Ah, sial-sial. Kenapa sih, kenapa?" tanyanya entah pada siapa.

Keluar dari lift ia pun menghentikan omelan dan makiannya karena tidak bisa berinteraksi langsung dengan si wanita dalam artian ia tidak bisa tebar pesona dan berkenalan langsung. Semoga saja perkiraannya tidak salah, jika wanita tadi menyukainya.

Ia tadi memberikan kartu namanya ketika ia berkenalan dengan seorang wanita. Ia memakai nama Elang Erlangga seorang Arsitek. Bukan Erlangga Elang Pradipa CEO Elang Jaya, yang menguasai beberapa perusahaan properti, perusahaan textil, dan juga memiliki usaha batubara dan minyak di daerah Kalimantan yang bekerjasama dengan perusahaan luar negri.

Ia sengaja memberikan kartu nama yang berbeda, karena ia tidak mau membuay citra perusahaan buruk. Apalagi dia yang akan meneruskan kepemimpinan, sudah pasti itu bisa mencoreng nama baik perusahaan jika iq terjerat skandal dengan seorang wanita.

Elang masuk ke ruangan Aldebaran seraya tersenyum membuat Elita mengernyitkan dahinya melihat senyuman di wajah Elang yang seperti sedang menadapatkan hadiah menarik. "Kenapa, bang?" tanya Elita.

"Ketemu mangsa," jawabnya kemudian ia mendudukkan dirinya di sofa.

Aldebaran sudah tertidur setelah meminum obatnya, itu sebabnya Elang menjawab pertanyaan Elita dengan santainya. "Oh," jawab Elita yang hanya ber oh saja.

"Kamu tidak penasaran?"

"Penasaran apa?" tanya Elita heran.

"Wanita seperti apa yang aku temui?"

"Untuk apa penasaran, pak. Selera bapak suda pasti yang cantik,"

"Kalau itu sudah pasti, masa pria tampan sepertiku dapat wanita yang tidak cantik," ucapnya begitu sombong.

"Hum," ucap Elita yang hanya bergumam karena ia malas meladeni ucapan Elang.

"Wanita kali ini beda banget. Aku tidak perlu merayu dia sudah berinisiatif berkenalan dengan cara kakinya pura-pura terkilir karena tadi aku dan dia bertabrakan."

"Bukannya sudah biasa, pak?"

"Yang kali ini beda," jawab Elang semangat.

"Bedanya apa, pak. Biasanya juga wanita-wanita yang pernah dekat dengan bapak juga sering melakukannya."

"Kali in aku sama sekali tidak menggodanya. Ya, kalau tidak karena di rumah sakit. Sudah pasti saat ini aku bisa tahu namanya dan bertukaran nomor langsung. Ah, sial banget! Kenapa sih, harus bertemu di rumah sakit?" tanyanya entah pada siapa.

Elita memutar bola matanya malas kemudian ia pun berjalan ke arah tempat tidur putranya. Padahal awalnya ia ingin duduk di sofa sambil memainkan handphonennya. Ia pun merebahkan dirinya di samping putranya yang tertidur lelap. "Cantik, kok kamu malah tidur, sih?" tanya Elang kesal karena Elita malah tidur.

"Ngantuk, bang," jawab Elita singkat.

"Ngantuk apa cemburu?" tanya Elang dengan nada menggoda.

Elita tidak menjawab ia malah memeluk tubuh anaknya dan memejamkan matanya. Jika ia membalas pertanyaan Elang, maka urusan akan semakin panjang. "Ah, enggak asyik kamu. Suami lagi cerita di tinggal tidur," gerutunya menatap punggung Elita yang tidur miring.

Dalam hati Elita mengumpat kesal dengan perkataan Elang. Bisa-bisanya ia berkata seperti itu dengan mudahnya. Memangnya dia istri macam apa, yang mau mendengarkan tentang wanita gebetan suaminya. Memang bos sekaligus suaminya ini harus di latih supaya lebih peka. Walau dirinya menikah bukan karena cinta, tetapi tidak seharusnya menceritakan gebetan pada dirinya, kan?

TBC...

Apa kalian mencium aroma-aroma hati yang terbakar, atau aku yang salam mencium baunya? wkwkwkwk...

Yukslah ramaikan Koment, Lovenya yuks naikkan sama jangan lupa Power Stonenya. Biar aku lebih semangat guys... udah sampai episode segini tapi love masih sedikit dan Powers Stonenya ngelus dada. Haduch....

avataravatar
Next chapter