36 REKAMAN PERCAKAPAN

"Ah, itu…" Hailee bergumam dan baru setelah Ian mengatakan hal ini dia menyadari kalau apa yang dikatakan oleh sahabatnya adalah benar. Bagaimana mungkin dia bisa sebodoh ini hingga tidak memikirkan kemungkinan tersebut? Hailee ingin merutuki dirinya sendiri. "Jadi menurutmu dia sudah tahu?" tanya Hailee dengan suara yang rendah, kali ini ada rasa khawatir di dalam suaranya.

Terdengar helaan nafas Ian yang berat sebelum akhirnya dia menjawab. "Aku tidak tahu pastinya Hailee… tapi, kemungkinan besarnya seperti itu…"

Hailee mengertakkan giginya dan menggerutu dengan kesal. "Katakan yang benar, iya atau tidak, jawabanmu itu justru membuatku bingung." Hailee mendesis dengan jengkel.

"Mana aku tahu, kan dirimu yang berada di sana…" gerutu Ian. Namun, sesaat kemudian dia merubah kembali pernyataannya. "Tapi, delapan puluh lima persen aku yakin dia sudah melakukan background check terhadap dirimu."

Hailee menumpukkan keningnya ke atas meja. Ucapan Ian hanya membuatnya bertambah bingung saja. "Lalu kenapa menurutmu dia tidak mengatakan apapun dan malah ingin menikah denganku?"

"Aku tidak tahu," jawaban Ian sama sekali tidak membantu Hailee. "Ah, mungkin karena itu!"

"Apa?" suara seruan Ian membuat Hailee mengangkat kepalanya dan mendengarkan dengan lebih seksama.

"Aku tidak tahu kalau rumor ini benar atau tidak, tapi ada yang mengatakan kalau Ramon Tordoff itu sebenarnya tidak menyukai wanita," suara Ian menjadi pelan dan rendah.

"Tidak suka wanita bagaimana?" Hailee tampaknya mengetahui kemana arah pembicaraan ini, dia hanya ingin memastikan saja kalau apa yang dia duga benar.

"Kau tahu, selama ini Ramon Tordoff tidak pernah terlihat bersama wanita manapun ataupun memiliki hubungan dengan wanita, padahal dengan kekayaan yang dia miliki dan wajah yang memadai, dia bisa mendapatkan wanita mana saja yang dia mau," ucap Ian dengan nada yang lebih bersemangat.

Seandainya Ian berada tepat di hadapannya, sudah pasti Hailee akan menendang tulang keringnya agar dia bisa berpikir dengan lebih lurus lagi.

dia membuat seolah- olah ini adalah stereotype yang harus dimiliki oleh orang- orang seperti Ramon, walaupun tidak memungkiri kalau kebanyakan bachelor seperti Ramon memiliki wanita di sana dan di sini.

Tapi, bukan berarti semuanya seperti itu, bukan?

Ugh! Hailee merasa dia sedang membela Ramon.

"…Hailee! Kau mendengarkanku tidak?" panggil Ian karena dia tidak mendengarkan tanggapan Hailee setelah kalimat- kalimat panjangnya.

"Itu tidak mungkin Ian," ucap Hailee dengan nada lelah.

"Apanya yang tidak mungkin? Mungkin saja dia menikahimu untuk menutupi kalau dirinya sebenarnya memiliki ketertarikan pada pria," jawab Ian, tetap dengan teorinya sendiri.

"Tidak mungkin." Kata Hailee lagi, kali ini lebih tegas.

Tentu saja tidak mungkin kalau Ramon Tordoff tertarik dengan pria, dia memiliki kekasih dan hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun, hanya saja tidak ada yang mengetahui akan hal ini.

"Bagaimana mungkin kau bisa tahu dengan pasti?" tanya Ian dengan nada menantang.

"Karena dia memiliki kekasih sungguhan dan hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun," ucap Hailee dengan dengusan keras.

"Apa?!" jerit Ian dan Hailee harus menjauhkan telepon yang berdenging itu dari telinganya. "Kau benar- benar berada dalam masalah! Bagaimana kalau kekasih aslinya datang?!"

"Itu dia…" Hailee menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan mimijit keningnya yang berdenyut. "Tapi, anehnya setelah hampir satu bulan sejak kecelakaan tersebut, tidak ada wanita yang datang untuk mencarinya." Kenyataan ini juga mengganggu Hailee.

"Kau tahu siapa kekasihnya?"

"Tidak."

"Bagaimana kalau dia tiba- tiba datang?"

"Tidak tahu."

"Kau harus pergi dari sana segera."

"Itu rencanaku."

Setelah itu keduanya menghela nafas dengan berat dan terdiam untuk beberapa saat. Sibuk memikirkan kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi.

"Tapi, kalau memang Ramon Tordoff telah mengetahui identitas aslimu, maka sudah bisa dipastikan dia tahu kau telah berbohong dengan mengatakan kalau kau kekasihnya, kalau begitu kenapa dia masih memaksakan pernikahan kalian?"

Hailee memejamkan matanya. "Aku meneleponmu untuk mendapatkan solusi, tapi kenapa aku merasa kau malah menunjukkan padaku lebih banyak masalah yang sebelumnya tidak kusadari?"

Ian tertawa kecil. "Bukankah kau seharusnya berterimakasih?"

"Entahlah," jawab Hailee. "Daripada berterimakasih, aku lebih merasa ingin menendangmu."

Kali ini Ian tertawa terbahak- bahak. Dia hapal betul ekspresi seperti apa yang Hailee tunjukkan saat dia mengatakan hal tersebut.

"Pokoknya, apapun itu, kau harus lebih berhati- hati padanya. Aku merasa dia memiliki rencana lain padamu," ucap Ian.

"Hm," gumam Hailee mengiyakan.

Saat mereka berdua terdiam, Hailee menelengkan kepalanya ke arah jendela ruang baca yang mengarah ke lampu jalan di taman samping dan merenung, membiarkan pikirannya mengembara untuk beberapa saat.

"Hailee?" panggil Ian lagi.

"Ya?"

"Seandainya benar kalian berdua menikah dan keadaannya tidak seperti ini dan dia memperlakukanmu dengan baik, kedua orang tuamu pasti akan sangat bahagia," Ian berkata dengan nada seperti orang yang tengah merenung.

"Aku harap mereka bahagia, apapun yang terjadi padaku saat ini ataupun nanti," Hailee menjawab sambil menggigit bibirnya. Dia dapat merasakan perasaan sedih yang mulai menderanya.

Bukannya Hailee tidak pernah memikirkan mereka, hanya saja dengan banyaknya hal yang terjadi padanya dalam waktu singkat, hal ini Hailee manfaatkan untuk tidak tenggelam dalam kesedihan.

"Dan lagipula," tambah Ian, kali ini suaranya terdengar lebih ringan. "Aku ingin melihat wajah Aileen dan Theo saat mereka mengetahui kalau kau menikah dengan Ramon Tordoff," Ian tertawa sembari tersenyum licik.

Mendengar hal itu, Hailee pun ikut tertawa pelan.

"Aileen pasti akan menggigit seluruh kuku tangan dan kakinya karena kesal," ucap Ian dengan tawa di sela- sela kalimatnya.

***

Ramon baru saja menyelesaikan sebuah meeting penting dengan beberapa dewan direksi dan saat dia akan kembali ke ruangannya, Danny menghampiri Ramon.

"Dugaanmu benar," ucap Danny sambil membukakan pintu untuk Ramon dan menahannya saat dia memasuki ruangan. "Hailee menggunakan telepon di rumahmu untuk menelepon seseorang di kota R distrik 18. Seorang pemuda bernama Ian Schamber."

"Pria?" Ramon menaikkan alisnya. Calon isterinya menelepon seorang pria di tengah malam?

Melihat reaksi yang diberikan Ramon, Danny segera mengerti dan buru- buru menjelaskan. "Sepertinya hubungan mereka tidak seperti yang kau pikirkan." Danny kemudian menyalakan laptopnya dan membuka beberapa file di dalamnya. "Mereka adalah teman dekat."

"Wanita dan pria tidak berteman," ucap Ramon dengan nada suara yang kaku.

Mendengar hal tersebut, Danny cukup bijak untuk tidak membantah ataupun mengkoreksi Ramon. Dia lalu menyibukkan diri untuk mencari file yang akan dia tunjukkan pada bosnya ini.

"Ini adalah percakapan di antara mereka berdua semalam," ucap Danny lalu menekan tombol 'start' pada layar.

Dan seketika itu juga, terdengar suara seorang pria di susul dengan suara Hailee yang terdengar lega.

avataravatar
Next chapter