37 PONSEL BARU

Ramon lalu melirik durasi percakapan tersebut dan itu menunjukkan kalau Hailee dan pria bernama Ian ini telah melakukan percakapan paling tidak selama tiga jam dua puluh menit.

Pantas saja, Hailee masih tidur ketika Ramon pergi dan tidak mengganggunya dengan meminta pernikahan mereka untuk ditunda.

Ternyata gadis itu semalaman menelepon seorang pria.

Memiliki perasaan atau tidak terhadap Hailee, tapi mendapati calon isterimu melakukan hal ini, tentu saja membuat Ramon sedikit gusar.

"Siapa pria ini?" Tanya Ramon dengan nada yang dingin, sambil mendengarkan isi dari percakapan mereka berdua.

"Ian Schamber," jawab Danny segera, yang sudah memiliki jawaban atas pertanyaan Ramon yang telah diduganya ini. "Dia adalah petarung di Arena, kota R. Nama julukannya adalah; the executioner."

"Arena?" Ramon menoleh, menatap Danny.

"Ya, ternyata dia adalah salah satu petarung dari Sandgun 45 di sana," jawab Danny.

Mendengar jawaban itu, Ramon memicingkan matanya. Kenapa Hailee bisa mengenal orang dari Sandgun 45? Apakah Hailee tahu akan hal ini? Seberapa jauh gadis itu mengenal sang executioner?"

"Cari tahu lebih jauh lagi mengenai pria ini," perintah Ramon.

Kemudian dia menghabiskan empat jam berikutnya untuk mendengarkan percakapan di antara Hailee dan Ian, tanpa melewatkan sepenggal kalimatpun.

***

Hailee terbangun ketika sorot sinar matahari begitu menyengat dan tubuhnya terasa berkeringat karena tergulung di balik selimut yang hangat.

Tapi, begitu Hailee melihat jam, matanya segera membelalak terbuka karena terkejut.

Dengan tergesa, dia duduk dengan kepala yang berdenyut sakit dan menatap tidak percaya pada jarum- jarum jam yang menunjukkan kalau hari sudah sangat siang.

Bagaimana mungkin dia bisa terbangun di jam ini?!

Tapi, kalau dipikirkan lagi, hal itu sangatlah mungkin terjadi mengingat Hailee menghabiskan pagi harinya kemarin dengan mencari berita mengenai Roland Dimatrio, lalu dilanjutkan dengan shopping spree bersama lis dan malam harinya dia habiskan mengobrol dengan Ian.

Bukan hanya kurang tidur, tapi Hailee merasakan kelelahan yang sangat menyiksa, baik fisik maupun psikis.

Apalagi ditambah dengan apa yang Ian katakan padanya semalam. Bagaimana bisa pria itu justru menambah beban pikirannya sementara tujuan Hailee untuk meneleponnya adalah untuk mencari solusi.

Ugh!

Dan barulah saat itu Hailee sadar kalau hari ini diapun harus pergi dengan Lexus. Semalam Ramon telah memberitahukannya mengenai hal ini.

"Aku tidak mau pergi kemana- mana…" gerutu Hailee yang lalu menghempaskan kembali tubuhnya ke atas kasur dan mencoba memejamkan matanya kembali.

Lagipula, Ramon juga tidak memberitahunya kapan Lexus akan datang. Dan kalau hingga di saat ini Lexus masih belum datang juga, maka mungkin dia memang tidak akan datang, kan? Pikir Hailee, berharap kalau itu memang benar.

Tepat pada saat itu, Hailee melihat sesuatu di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Sebuah kotak persegi panjang berwarna putih.

Hailee yakin kotak tersebut tidak ada di sana semalam dan itu juga bukan sesuatu yang Lis belikan untuknya kemarin.

Dengan rasa penasaran, enggan dan mengantuk, Hailee mengulurkan tangannya untuk meraih kotak tersebut dan segera mengenali benda apa itu.

Itu adalah sebuah handphone dengan merk terkenal, keluaran terbaru yang masih belum terlalu banyak di jual dipasaran.

Hailee terkejut.

Bukan karena itu adalah ponsel keluaran terbaru, tapi karena kenyataan bahwa ada ponsel baru di samping tempat tidurnyalah yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Apa ini… ini hanya kebetulan saja, kan?" Hailee terkesiap menatap benda di tangannya dan menggigit bibirnya dengan cemas.

Tapi, kalau hanya dibilang suatu kebetulan saja, rasanya sangat janggal. Karena baru semalam dirinya menghubungi Ian dan berjanji padanya kalau dia akan memberitahukan nomor teleponnya pada saat dia sudah mendapatkan sebuah ponsel.

Lalu, ketika bangun pagi ini, Hailee mendapati ponsel baru di samping tempat tidurnya. Ugh!

Tidak mungkin kan kalau Ramon mengetahui Hailee telah menyelinap keluar untuk menelepon dari ruang baca semalam.

Lagi- lagi kata- kata Ian kembali terngiang di telinga Hailee. Dia yang mengatakan kalau Hailee harus waspada pada Ramon, karena pria itu sulit untuk ditebak.

Dan memang, sangat sulit bagi Hailee untuk memahami pria itu.

Setelah memeriksa ponsel tersebut, Hailee juga mendapati sim card baru, butuh waktu sekitar tiga puluh menit bagi Hailee untuk mengurus itu semua hingga ponselnya benar- benar bisa digunakan, dan itu semua dia lakukan dengan pikiran yang melayang entah kemana.

Setelah menyelesaikan itu, Hailee segera mandi dan berganti pakaian, menunggu kedatangan Lexus sambil makan siang di ruang makan.

Di sana, suasana begitu sepi karena bisa dikatakan penghuni rumah ini hanyalah dirinya dan Ramon, jadi kalau pria itu pergi, maka bisa dipastikan hanya ada Hailee saja disana.

Sementara para pelayan akan pergi dan hanya akan datang kalau Hailee butuh sesuatu, sepertinya mereka telah di perintahkan untuk tidak berada di satu ruangan dengan sang pemilik rumah.

Mengetahui sifat Ramon yang penyendiri, Hailee dapat memahami kenapa dia ingin keadaan rumah seperti itu.

Hailee tidak habis pikir bagaimana pria itu bisa hidup seperti ini hingga bertahun- tahun.

"Apakah Lexus datang ke rumah ini?" tanya Hailee pada salah satu pelayan saat dia meletakkan sepiring makan siang untuk Hailee, lengkap dengan sebuah jus buah.

"Tuan Lexus?" pelayan muda itu balik bertanya dengan dahi sedikit berkerut. "Ya, dua jam lalu Tuan Lexus datang untuk mengambil dokumen."

"Lalu, apa dia menanyakanku?" tanya Hailee, dua jam yang lalu bisa dipastikan kalau dirinya masih tertidur pulas.

"Tidak nona," pelayan itu menggeleng. "Tuan Lexus sepertinya terburu- buru untuk mengambil sebuah dokumen setelah itu pergi lagi," ucapnya.

"Hha? Aneh…" gumam Hailee. Bukankah semalam Ramon bilang kalau Lexus akan mengajaknya pergi? Bukannya Hailee mengharapkan hal itu, tapi… "Kupikir Lexus ke sini untuk mengajakku pergi…" ucap Hailee pada dirinya sendiri.

"Mengajak pergi?" pelayan wanita itu pun ikut bingung. "Sepertinya hal itu tidak mungkin."

Hailee mengangkat kepaanya dan menatap pelayan tersebut, meminta penjelasan. "Kenapa?"

"Karena Tuan Lexus sepertinya ada perjalanan bisnis untuk dua hari ke depan," jawabnya.

"Darimana kau tahu?" Hailee menjadi semakin bingung.

"Karena saya tahu hal ini dari supir yang akan mengantarkan Tuan Lexus ke bandara," jawab pelayan tersebut dengan hati- hati.

Tepat pada saat itu, ponsel putih yang Hailee letakkan di sisinya berbunyi, menandakan panggilan masuk dengan nomor yang tidak dikenalnya.

Namun, Hailee dapat menebak siapa penelepon pertamanya itu.

"Ramon?" panggil Hailee langsung.

"Akhirnya kau bangun juga," terdengar suara Ramon Tordoff, yang seolah mengejeknya.

Tapi, Hailee tidak menggubris itu. "Kau bilang Lexus akan mengajakku pergi."

"Oh, itu. Sepertinya aku lupa mengatakan kalau dia membatalkannya," jawabnya dengan ringan.

Ugh.

==============

Selamat tahun baru semuanya... ((^o^))

Semoga tahun ini lebih baik dari tahun yang sebelumnya.

Salam dari Hailee dan Ramon xoxoxo

avataravatar
Next chapter