2 SEBUAH RENCANA

David menghela nafas dengan kedua mata yang terpejam memikirkan yang terjadi saat ini. Suara ketukan pintu membuat pria itu langsung menolehkan kepalanya ke samping di mana sumbernya berasal.

"Maaf Tuan muda, sepertinya anda harus segera mengetahuinya."

"Masuklah!" ujarnya.

Tidak lama kemudian pintu pun terbuka dengan David yang melihat seseorang yang baru saja memasuki ruangannya.

"Tuan, media baru saja mengeluarkan sebuah berita tentang anda."

"Aku sudah tahu," ujar David dengan wajah datarnya. "Aku tidak peduli jika mereka berpikir tentangku seperti itu."

"Tetapi kali ini berbeda, Tuan. Sepertinya akhir-akhir ini wartawan semakin gencar mengawasi anda."

Mendengar itu membuat kening David langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bawahannya tersebut sehingga kini pria itu menatap sepenuhnya ke arahnya.

"Apa maksudmu?" tanyanya.

Setelah itu seorang pria yang berada di hadapannya langsung memberikan sebuah koran kepada David yang membuatnya langsung terdiam mematung di tempat.

Hot news! David Ryan, selaku CEO Perusahaan tertinggi yang selama ini disebut-sebut sebagai penyuka sesama jenis ternyata ditemukan sedang tertidur bersama seorang wanita!

Kedua matanya membelalak serta nafas yang memburu karena mengingat bahwa sepertinya memang ada yang sengaja melakukan semua ini.

"Kau boleh pergi sekarang. PERGI!"

"B-baiklah, kalau begitu saya permisi."

David langsung berdiri dari duduknya, kemudian merobek koran tersebut di mana sebuah berita tentangnya yang tertidur bersama seorang wanita membuat pria itu murka.

"David, bagaimana bisa kau lengah seperti ini di saat musuh-musuhmu semakin gencar membuatmu hancur?!"

Bertepatan dengan itu telepon kantor pun berdering membuat David langsung mengangkatnya.

"Tuan muda, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda."

"Katakan saja aku sedang sibuk!"

Ketika hendak memutuskan sambungan panggilannya itu, tiba-tiba saja suara seseorang sedikit berteriak membuat David menghentikan pergerakannya.

"David, kesibukan apa yang kau miliki, hah?! Kau sibuk untuk mempermalukanku, kan?!"

Ternyata sang Ayah datang yang membuat pria tersebut dengan terpaksa harus menemuinya.

"Ayah, tenanglah, ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Sudahlah, aku ingin bertemu denganmu sekarang!"

"T-tapi Ayah," jeda David dengan kening yang berkerut. "Halo, Ayah!"

Ternyata panggilannya sudah dimatikan sepihak oleh pria tua itu sehingga kini David mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Kemudian menundukkan kepala dengan kedua tangan yang menopang ke meja sembari menghela nafas.

"Aarrgghh!!!"

Tidak lama kemudian suara ketukan pintu pun kembali terdengar membuat David langsung diam berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"David, cepat jelaskan padaku, apa maksud dari semua ini, hah?!"

"Aku ... tidak tahu, Ayah. Bukankah kau yang melakukan semua itu?"

Pria yang berdiri di hadapannya saat ini langsung mengepalkan kedua tangan serta mata yang menatap tajam ke arahnya.

"Tcih, berani sekali kau menuduhku, apa buktinya jika aku yang melakukannya?! Ayo cepat katakan!"

"Aku sedang malas berdebat denganmu, Ayah. Sebaiknya kau pulang saja dan beristirahat."

"Tidak, aku tak akan pergi kemana pun sebelum kau mengatakannya."

David memijit pangkal hidungnya sejenak sebelum akhirnya pria itu menghela nafas setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seorang pria tua di hadapannya.

"Aku tidak mengingat apapun pada malam itu, Ayah."

Kedua mata pria tua tersebut langsung menatapnya penuh intimidasi.

"Jika memang kau tidak mengingatnya, lalu bagaimana kau akan menangani beritamu sendiri? Apalagi seluruh dunia sudah tahu bahwa kau telah tidur bersama seorang wanita. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

David langsung terdiam mematung di tempatnya memikirkan yang terjadi padanya saat ini adalah benar-benar kejadian yang sulit untuk dipercaya.

"Bagaimanapun kau harus tetap menikahinya, David."

"Tidak! Aku tak ingin menikahinya, bahkan aku tak mengenalnya Ayah."

"Jika kau tidak ingin menikahinya, lantas apa yang akan kau lakukan, hah?! Kau tak mungkin hanya diam saja bukan?"

"Lihat saja, aku akan membuat berita palsu bahwa dia adalah seorang mata-mata yang masuk ke Mansionku!"

Terlihat dari raut wajah David, bahwa pria itu tidak akan membiarkan siapapun memercayainya. Apalagi sampai ia harus menikah dengan wanita tersebut yang bahkan tidak dirinya kenali membuatnya benar-benar kesal.

***

Malam pun tiba, saat ini David baru saja pulang dari Perusahaan. Dengan rasa lelahnya yang begitu luar biasa, pria itu berjalan memasuki Mansion yang sudah disambut dengan cukup baik oleh seorang maid yang bekerja di sana.

"Aku tidak akan membiarkan wanita itu berkeliaran begitu saja dengan mudah. Lihat saja dan tunggu, apa yang akan aku lakukan!"

Ketika hendak berjalan menuju ke lantai atas, dari ekor matanya David seperti melihat seseorang sehingga membuatnya langsung menolehkan kepalanya ke samping.

Kedua matanya langsung terbelalak saat mengetahui bahwa wanita itu masih berada di sini sedang duduk di sofa sembari menonton televisi membuatnya menggelengkan kepala seketika.

"Oh, kau sudah kembali?"

Kedua alisnya berkerut ketika melihat wanita itu yang baru saja mengajaknya berbicara. David menghela nafas lalu menutup kedua matanya sejenak untuk meredakan emosinya yang hampir meluap.

"Aku sudah memberimu cek untuk kau pergi jauh dari sini, tetapi kenapa kau belum pergi, hah?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Wanita tersebut yang mendengarnya langsung menggigit bibir bawahnya yang membuat David langsung membelalak.

"Shit!!!" ujar David dalam hati. "Bukannya menjawab, kenapa dia malah memberi reaksi yang seperti itu?!"

Hingga akhirnya wanita itu pun berbicara sehingga David yang mendengarnya langsung melipat kedua tangannya di dada.

"Aku diputuskan oleh pacarku, dan ... aku tidak tahu harus tinggal di mana, uang darimu tak cukup untuk aku membeli rumah."

Kedua alis David langsung terangkat, "Keluargamu? orang tuamu? Saudara-saudaramu?" ujarnya.

Wanita itu kembali menundukkan kepala sehingga kini membuat David benar-benar kesal.

"Aku ... tidak memiliki keluarga, hanya sebatang kara."

David menghela nafas, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, aku akan memberimu cek lagi agar kau bisa membeli rumah untuk ditinggali, tetapi kau harus ingat, setelah ini jangan pernah kembali, bahkan menunjukkan wajahmu di hadapanku, mengerti?"

Mendengar apa yang dikatakan oleh seorang pria yang berada di hadapannya membuat wanita tersebut tidak bisa berkutik.

Pria itu melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan lalu kembali dengan sebuah kertas yang dibawanya.

"Ini, sebaiknya kau segera pergi. Tidak ada lagi alasan untukmu tetap berada di sini, pergilah!"

Sebuah cek yang diberikan kepada seorang wanita yang berada di hadapannya itu, saat ini entah kenapa David merasa ada sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya.

Seperti ... rasa kasihan? Entahlah, pria itu pun tidak tahu. David sering menemui orang yang menyamar seperti ini hanya untuk melakukan tujuan tertentu.

Tetapi sayangnya yang ditemui oleh seseorang seperti wanita yang satu ini adalah David Ryan, pria yang tidak akan bisa ditipu hanya dengan kisah singkat yang menyedihkannya saja.

Good bye!

avataravatar
Next chapter