webnovel

Rumah Sakit Milik Wasiat Ayah

"Hooh ... ooh? Ada cahaya di depan hadapan ku,"

Cahaya di pandangan ku hitam, tentu aku masih tak sadarkan diri.

Di tengahnya itu terdapat cahaya yang mulai membesar dan membesar hingga,

... Ba!

"Uwoh ...!"

Aku terkejut melihat muka seorang di pandangan ku.

"Hai..."

Dia menjawab dengan santai.

Namun begitu menjawab dengan santai, dia begitu terlihat kelelahan dan banyak keringat keluar.

"Huuh ... hehehe kamu tak apa tuan muda?"

Dia menghela nafas dengan pelan. Dan perlahan menatap jelas ke hadapan aku.

***

("Tunggu!! Siapa yah ... ...! Aku baru ingat!

Ayah adalah orang yang hebat dan bisa menjadi kaya di kehidupannya. Tentu saja, dia ini adalah..) ... Profesor Tero!"

Aku menjawab dengan ekspresi 'ah aku lupa dan ingat lebih cepat' begitu.

"Kau lebih bodoh yang kuduga, tuan muda,

Ucap Profesor Tero. Dia masih melanjutkan bicara,

"Kalau kau ingin melukai diri sendiri! Harus pakai otak! *suara mengecil setelah ini* Masa bunuh diri dengan begitu, tak ada otak! Mending langsung ajah bunuh diri lompat dari lantai gedung milik ibumu saja! Dengan begitu kamu tak akan tersiksa!!!"

Dia menceramahi aku, 'dia seperti ibu saja!'

"Haa..?? ...?! Hee?!! ...!! ..kau!! Apa yang kamu bicarakan Prof. Tero?!! Kamu ingin menghibur diriku ini!!?"

Ucap aku. Terus mendengar dia bicara membuat suara ku terdengar lebih keras darinya.

Prof. Tero tadi bicara cukup cepat.

("Dengan begitu, kamu tak akan tersiksa!!")

Aku dengan raut wajah tak biasa. Wajah terkejut.

Setelah mendengar ucapan Prof. Tero tadi, ada kemungkinan.. bahwa, ...

"Katakan apa yang terjadi denganku!!"

Ucap aku dengan suara keras. Aku marah dengan penuh rasa ingin tahu.

"Hoo.. jadi tuan muda sudah menyadarinya,

... kau adalah separuh setengah manusia dan setengah robot yang ku rancang begitu lama,"

Aku begitu paham sudah mendengar ucapan Prof. Tero dan sekarang lebih tenang.

"Tujuan utama aku adalah--

MENJADIKAN SELURUH DUNIA AKAN PENUH ROBOT DAN MANUSIA!!!"

Prof. Tero meperlaga seperti orang sombong akan kreasi yang dimiliki dalam bakatnya.

Itu yang ku lihat, arogan Prof. Tero.

"Maaf aku belum memperjelas tentang dampak dan keuntungan soal ini, ... pertama,

Cara buat dan kerja alat robot ini dari layar,

seperti layar komputer dan joystick seperti game playstasion yang kuambil idenya hanya analog saja. Dan cara yang paling utama...

Lewat otak!!!"

Aku terkejut dengan tak percaya diri yang begitu amat besar. Tak bisa percaya bahwa ... bawahan ayah begitu cerdas!

Prof. Tero masih memperjelas lagi,

"Keuntungan memiliki robot buatan adalah kau dapat memaksimalkan organ dan tubuh milikmu, alatnya tak ada cacat ataupun lecet. Tak ada alasan seperti itu! ...

Robot yang aku bikin bisa bertahan dari rasa nafsu makan, minum. Dan paling yang aku banggakan! ... pergerakan mereka akan lebih cepat dari manusia normal."

("Woo..! Keuntungan yang masih bisa diterima!")

Ucap ku dalam hati.

"Kerugian dari alat robot yang ku buat adalah--

("Ini yang aku tunggu! Akan menjadi masalah di hidup ku kedepannya!")

"Aku minta maaf terlebih dahulu tuan muda, bahwa ... robot yang ku buat, terdapat virus dan masih aku atasi tetapi itu sulit."

Ucap Prof. Tero dengan nada serius.

"..."

Aku terdiam seperti semua disekitar hilang seketika.

"Haha ... itu bisa aku atasi-"

Ucap aku untuk menenangkan diri tetapi Prof. Tero memotong ucapannya.

"Bahwa sebulan jika tidak dapat mengisi makanan atau minuman, akan menjadi masalah. Dan jika itu terjadi, virus yang tadinya tertidur akan bangun seperti singa liar yang baru bangun."

Ucap Prof. Tero yang menjelaskan lebih lanjut.

Prof. Tero benar-benar mengubah hidup aku. Tapi pertanyaannya yang ada di kepala aku sekarang adalah ...

"Apakah aku bisa mengatasi ini semua, menurut kamu Prof. Tero??"

Ucap aku. Dan setelah itu aku terdiam dan mendengar ucapan Prof. Tero.

"Mungkin bisa dan mungkin tidak, karena kamu sudah tidak makan selama segitu. Dan juga kau kadang makan dan kadang tidak. Aku takut kamu akan lupa hal kegiatan sehari-hari manusia, yaitu makan dan minum,"

"Robot yang ku buat memang bisa menahan makan dan minum. Tetapi jika kamu ..."

...!

("Aku sadar! Ini semua tidak sedikit pun menguntungkan diri aku!!")

"Aku yakin kamu akan kalah dan memasuki serangan virus tersebut."

Aku terdiam sekali lagi. Ini penuh resiko, kenapa aku melakukan itu?

Sial... sebaiknya aku mengikuti perintah mamah dan papah supaya makan dan minum setiap saat!

Dan sekarang aku dalam masalah.

***

Aku disuruh Prof. Tero untuk tidur karena aku belum siap untuk bergerak banyak.

Muka aku pucat, mata seperti tidak tidur selama 3 hari lebih dan pusing yang sangat sakit.

***

Keesokan harinya.

Que menjenguk aku di rumah sakit. Dia membawa buah-buahan dan juga beberapa buku.

Untuk apa buku tersebut?

Aku jelaskan disini,

Setiap hari aku menulis semacam diary sehari-hari. walaupun terkadang.

Itu menyenangkan! Dua buku sebelumnya sudah dipenuhi oleh tulisan diary.

Dan Que membawa satu buku cukup besar untukku.

'Hari ini, Aku telah berisiko di dalam hidup ku sendiri. Aku terkena anti makan dan minum dan organ ku diganti oleh alat robot buatan Prof. Tero, dia seperti orang baik tetapi. Untuk diriku tak dapat keuntungan apapun dari alat buatannya.'

'Hari 25 Januari hingga 1 Februari adalah hari dimulai akannya rintangan baru di hidupku.'

***

"Dan orang yang mendapatkan alat robot itu disebut ... manusia yang aneh."

Ucapan akhir dari ku. Yang sedang mengobrol tentang apa yang terjadi setelah Que membawa ku kerumah sakit, tidak ke laboratorium Profesor.

"Itu mengerikan. Aku akan terus berdoa keberuntungan mu!"

Ucap Que mendukung diriku.

"Que... terimakasih, ... atas segalanya."

Ucapan yang membuat terharu?

"Hum.. tak apa!"

Que menjawab dengan singkat dan perasaan jujur.

***

Aku tidak masuk sekolah selama sebulan lebih. Dari pertengahan Desember hingga akhir Januari.

Semua teman sekelas mendukung apa yang terjadi dengan ku dan menyemangati diriku juga. Mereka semua berharap juga untukku supaya masuk sekolah lagi.

***

Suara laki melangkah..

...

Suara itu menghilang.

Dan saat hadapan penuh, aku orang itu. Masuk sekolah dihari senin!

Membuka pintu masuk kelas dengan diri yang sudah siap.

Suara pintu terbuka terdengar.

***

Aku terkejut saat semua temen sekelas sudah menunggu persis di depan pintu masuk.

Aku berhenti melangkah dan terdiam. Dan mengucapkan"...Hai!"

Kalimat pertama kali yang ku ucapkan disekolah setelah tak masuk sekolah sekian lamanya.

***

Suara teman kelas juga mulai mengeluarkan ucapan yang sama persis hal aku masuk sekolah.

"Muase kamu tahu? Yang kasih tahu kabar kalau kamu akan kesekolah lagi adalah-"

Ucapan suara dari salah satu gerombolan. Dia adalah Fusei.

"Sstt..! Kau akan menganggu rencana tahu!"

Ucapan pembalasan untuk Fusei. Mereka berdua menatap, untuk Jero terlihat kesal.

Fusei terlihat malu-malu.

Semua tertawa seakan-akan untuk menghibur aku.

Dan suasana tidak canggung lagi.

***

"Syukurlah kamu masuk sekolah mas Muase!"

Ucap Que. Dia tampak senang juga.

Que masuk sekolah yang sama denganku.

"Hm.. semua tampak menyenangkan yah,"

Jawab untuk Que dari aku. Aku menatap semua teman dengan lega.

Dan. Pertanyaan dari teman perempuan,

"Katanya kamu adalah manusia robot, bener 'kan?"

Ucap salah satu siswi yang berkumpul di sisi kursi kanan aku duduk.

Semua langsung terdiam. Langsung hening.

Di dalam diriku, melotot tak percaya diri. Dan mengingat tidak ada keuntungan dari alat robotnya.

"Hei.. jangan bicara di depan dia langsung."

Ucap orang terakhir yang berkumpul disisi kiri bangku aku. Dia sedikit membawa alur suasana yang berbeda.

"Ah! ... maaf!!"

Ucap perempuan sebelah kanan. Dia meminta maaf kepada aku.

Perempuan disebelah kiri melangkah dengan cepat.

Tangannya cepat menangkap tangan teman tadi. Menariknya untuk dibawa pergi dari hadapan aku dan Que.

"Kami permisi dulu ya..."

"I..iya dadah..."

Ucapan terakhir mereka dihari ini.

Aku dan Que menatap mereka menjauh melangkahi. Dan ternyata mereka berdua ingin bicara empat mata di bangku mereka sendiri.

***

...dan akhirnya, aku dan Que bicara lagi.

"Mas Muase ganteng hari ini yah,"

Ucap Que. Dia tersenyum girang. Aku terasa salah tingkah. Yaitu berpaling dari tatapan Que.

Aku tersipu yang sampai kedua pipiku merah malu.

"Aahh... sudah basa basi nya, sayang!"

Ucap aku. Yang... cukup kencang.

Dan suasana hening lagi. Sekarang aku membawa semua orang untuk,

...Kabar tentang aku dan Que berpacaran.

Semua teman langsung beranjak dari kursi bangkunya dan berdiri ke tempat kursi bangku aku.

("Apa ini bangsat..!")

Semua murid sekelas langsung mengelilingi aku di tempat kursi bangku aku. Seperti anak baru masuk dari pertama sekolahnya.

***

Dari ramainya kerumunan, hanya lima tersisa yang diam untuk tidak meladeni aku dan Que.

Dan salah satu dari mereka,

Perempuan itu tersenyum kecil. Tetapi seakan senang dan licik di dalam dirinya berhasil.

Chapter 2 Selesai.