1 Prolog

Aku benci makanan! Muak sudah...!

; Aku sudah tak kuat ini ... semua yah..

... Siala-an!! A..akankah hidupku benar-benar sampai disini?

***

Remaja itu terus bernangis dengan sangat sedih dan emosional. Tak ada satupun diantara isi rumah yang membantunya.

Kecuali, orang tua dia. Mereka, telah meninggal karena kejadian salah paham seorang ilmuan. Selain itu, rahasia.

Di rumah, hanya pembantu dan penjaga rumah. Tak ada yang dekat dengannya. Jadi, saat bernangis seperti itu. Mereka tidak bisa membantu apapun.

Ada...

Ada salah satu orang yang bisa..

***

Ada sesosok wanita yang sangat panik, mukanya sudah tak bisa berbuat apa-apa. Disaat kamar remajanya.

***

Aku... sudah pasti mati ya 'kan?

***

Melihat anak remaja itu terkapar ke lantai.

Suasana berhenti sejenak. Tubuh wanita tadi, terjatuh dan tak bisa berbuat apa-apa. Karena dia sudah telanjur..

"Tidak! Pasti mas Muase masih bisa selamat!!" Wanita itu yang tadi sudah penuh batasnya,

Bangkit kembali dan menyentuh dan goyangkan tubuh aku yang terkapar pingsan.

"Mas Muase, kamu akan aku tolong,"

Suara yang masih menyambung ke selanjutnya.

"Karena kamulah.. yang menolong hidupku saat itu."

Dia menetes air mata dan menampar air mata tersebut. Suara nangis terdengar sampai dibawa kerumah sakit.

"Aku akan membawa kamu ke rumah sakit sekarang..! Tunggu kami semua okey?!"

Dia segera menyambungkan telfon ke dokter. Dan pendaftaran pasien telah selesai.

Wanita itu segera mengangkat tubuh Muase. Segera, membawanya, untuk tetap hidup. Demi dunia ini.

Aku melihat semua... ternyata,

Kamu masih bersedia menolong ku ya.. terimakasih untuk semuanya, Que.. tetapi aku harus pergi.

Tak bisa ... kamu tidak boleh menyelamatkan hidup ku ini. Tak berguna tahu!!

***

Aku setengah sadar telah menetes air mata penuh terharu.

Dan semua, telah selesai. Mobil ambulans dan tentu pasukannya telah datang ke rumah ku.

Que yang telah, membantu Muase saat itu.

***

Acara meja hangat. Semua isi rumah berkumpul. Hanya orang-orang terhormat bisa merasakan nikmat acara pesta ini.

Karena orang terpenting cuma Muase. Dia dipenuhi rasa bosan dan raut wajah kosong. Tetapi ada seseorang yang bisa menghibur Muase. Yaitu Que.

Que adalah teman lama Muase sejak dulu. Saat itu,

Orang tua Que diterima bekerja dirumah Muase. Saat itu mereka berdua bertemu hingga saling dekat.

Sangat dekat, hingga mereka berpacaran saat berumur 10 tahun.

Kejadian itu mungkin kejadian tak terlupakan untuk Que. Muaselah yang telah menyelamatkan hidup Que.

Saat itu, acara pesta seisi rumah diadakan.

Di bangku orang penting ada terdapat:

Ayah dan Ibu Muase dan orang tua Que dan juga Que.

Awalnya Ayah dan Ibu sempat menolak ajukan ku untuk Que duduk di bangku pada acara pesta hari itu.

Aku paksa dengan nyawa ku. Kalau tidak mau maka, aku sebagai sahabat akan pergi dari sini!

Saat itu ucapku. Entah mengapa aku peduli dengan Que saat itu. Mungkin ... aku telah jatuh cinta pada Que.

Makan malam telah tiba, semua makanan dan minuman terlihat enak dimakan dan diminum.

Aku memakan makanan yang aku sukai dengan tanpa sadar aku membawa alur ku sendiri.

Dari tadi Ayah dan Ibu sudah cemas. Dan berharap pergi kecemasan itu.

Namun, benar saja. Pembantu usil yang meracuni makanan milik Que.

Que terbatuk-batuk tanpa henti. Mata juga terlihat perih hingga paksa keluar air mata.

Orang tua Que begitu panik dan sangat panik; Begitu juga dengan Ayah dan Ibu.

Orang tua Que mengecek dahi dan Que mengalami panas luar biasa.

Dan situasi makin kacau. Orang tua Que menyalahkan Ayah dan Ibu.

Tetapi Ayah dan Ibu menangani dengan tenang dan tenang.

Terus dituduh yang membuat alur ini. Ayah dan Ibu tetap sabar. Dan meladeni dengan baik dan jujur.

Aku.. yang bodoh dulu, tidak tahu apa yang terjadi!!! Coba saja, orang itu ... orang itu...!!

...telah tiada pasti, pasti ... pasti hidup ku hari ini akan tiada.

Pada saat situasinya makin kacau, aku akhirnya menyadari dengan langsung panik dan penuh cemas.

Tidak, tidak, tidak aku biarkan dia mati disitu! Ya lakukan sesuatu!!

Tubuh ku bergerak menuju hadapannya.

Hangat.. pada saat itu, tubuh kami hangat. Aku... mencium bibir Que.

Orang tua kami berdua.. melihat kami berciuman.

Aku pingsan karena terjatuh saat berciuman. Itu kejadian konyol, karena aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh yang hingga membuat kami berdua jatuh pingsan.

Besok hari tiba. Aku merasakan sesuatu hangat di bibir. Ya, saat diingat lagi hari sebelumnya.

Aku mempesona dan pipiku termerah. Ya ampun.

Itu adalah dimana hari Que tidak jadi meninggal. Dan dimana hari kami berpacaran...

Setelah hari kemarin, apakah Que membenci aku?

Aku sedang membawa buku yang banyak ditangan. Sambil berjalan tanpa memandang depan jalan.

Buk.

Suara jatuh buku-buku yang ku bawa. Aku pasti akan dimarahi Bunda lagi ini mah...

Tubuhku langsung bergerak berjongkok dan mengambil buku yang terjatuh. Sambil mengumpulkan beberapa buku lagi hingga selesai..

Aku menatapnya.. menatap orang itu!

Dia mempesona, rambut yang digerakkan ke samping miliknya. Membuat hati ku meleleh. Dan cahaya yang membuat dia sempurna di depan mata ku.

Sial... aku beruntung hari ini Tuhan!

"S-siapa tadi yang menabrak aku yah..?"

Begonya ku berpura-pura bodoh. Tentu dia kesal.

Aku berpaling sekejap kemudian bergeser lagi ke hadapan mukanya. Dia sudah memasang raut wajah kesal!!

Aku sudah berbuat salah!

"Hhmp!"

Suara ke kesalan Que!

Imutnya...! Ada karung gak ya? Muka ku bergeser kebelakang dan melihat dengan mata ke kanan dan ke kiri. Itu tidak disadari oleh Que kok.

"Maaf tetadi aku tak sengaja."

Ucap ku penuh salah keluar dari mulut ku.

Aku memang salah tingkah. Telah pegang pundak miliknya!! Bahaya dah..!

... Aah! Mantap ini.

"Eh?"

Suara bingung dan raut wajah kebingungan Que terlihat.

Ya ampun, salah tingkah tak apa wahai diriku tetapi, jangan sampai lebih parahhhh!!!

"Hehehe.. bisa kita duduk santai dulu, kita bicarakan dengan baik-baik okey?"

Ucap ku penuh rasa salah dan sedikit gemetar.

"Iya."

Balas Que. Raut wajah ditutupi bayang-bayang.

Santai saat itu hari sekarang. Aku harus membawa ke tempat yang cocok untuk,

...! Apakah ini adalah kencan?!!

Huft.. diriku, aku tahu ini hanyalah teman dan teman saling bertemu!

Que mengikuti aku dari belakang.

Duduk berdampingan. Aku duduk bersampingan juga dengan Que.

Tetapi mengapa dadaku berdebar sangat kencang dari biasanya!!!

Suara dalam hati yang begitu dengan nada tenggorokan hingga hampir batuk.

Aku menatap wajahnya yang sedang malu-malu.

Que menatap ke wajah ku. Tapi dia berpaling saat ku membalas tatap.

"Anu..."

Ucap ku. Suasana begitu hening dari tadi.

"A-aku sebenarnya--"

Ucapan ku terpotong oleh suara pelayan lain.

"Awas!"

Teriak pelayan wanita. Wanita itu terlihat panik karena sesuatu datang dan menuju ke arah aku.

*Duk*

Aku terkena bola sepak dari jauh dan tadi menuju ke arah ku. Yang membuat kepala ku pusing hingga tak sadarkan diri.

Que langsung ke tubuh ku dan gestur orang mencemaskan.

Aku adalah orang yang lemah oleh kejutan. Mau apapun itu, yang membuat ku kaget akan pingsan. Dan jantung punyaku berdetak sangat kencang.

Hingga, membuat ku tidak sadar diri hingga empat hari lebih.

Aku cuman kelelahan empat hari lalu, dan beristirahat penuh.

Que menemani aku saat aku terbangun dari tidur. Dia juga yang mengirim makanan ke kamar untuk ku. Dia jugalah yang membuatku tidak terasa bosan saat itu.

Aku dan Que, tanggal 7 adalah hari dimana kita resmi pacaran.

Setelah aku sakit hingga empat hari istirahat, Que yang membantu ku apapun.

Aku sembuh dan bisa melakukan hal-hal orang normal lagi.

Di hari pertama saat setelah sembuh, aku menghabiskan waktu berjalan mengelilingi kota bersama Que. Makan siang, malam diluar dan bersama.

Di hari kedua aku mengajak Que ke taman bermain. Menaiki bianglala, memasuki rumah horor, dan bermain tembak-tembakan. Aku mentraktir dia ice cream.

Di hari ketiga aku mengajak ke taman. Aku ajak bicara, bercanda dan membuat dia senang.

Di hari keempat. Que tampak lebih cantik hari ini. Dan juga seperti lebih dekat denganku. Dia sekarang lebih banyak omong dari sebelumnya.

Di hari kelima, ternyata dia tidak suka tonton film bergenre science fiction (sci-fi)

Di hari keenam, Que mengajak aku untuk berbelanja. Dia lebih terbuka dan sering tersenyum.

Seminggu saat setelah ku sehat. Hari dimana aku harus melindungi Que lebih ketat. Aku membuat rencana menembak Que. Aku menyewa rumah besar yang ada pemandangan pantainya, atau aku lebih suka yang tepat berhadapan dengan pantai.

Aku berhasil mengambil hati Que hingga berpacaran.

Aku harus, harus, harus lebih menyayangi Que lagi sampai kami menikah. Hingga menjadi orang tua.

Aku harus bahagia bersama Que, selamanya.

Rencana yang dibuat oleh ku berhasil. Di tepi pantai aku menembak Que. Dia menerimanya!!

Aku berhasil!!!

***

Hari itu dimana perjuangan aku mendapatkan Que, aku senang ada momen indah di hidupku. Jadi, aku tidak perlu takut lagi akan kematian.

avataravatar
Next chapter