2 Serigala Raja

Kami berdua keluar dari Kamar Kecil.

Ya, aku dan Kak Jeffry kembali ke pantai. Aku bisa melihat efek balik dari Klimaks yang terjadi pada kak Jeffry seperti cowok kebanyakan, rasa bersalah yang kuat.

Pandangannya merunduk, tidak tegar dan percaya diri seperti biasa : "Vigro, tentang kejadian barusan...", Kak Jeffry bergegas menghampiriku dan merendahkan suaranya.

Aku mengangguk tenang menyadari apa yang ingin dikatakannya : "Siap kak, rahasiamu terjamin!"

Tak pernah terlihat wajah iba Kak Jeffry saat memohon seperti ini. Ia terkenal sebagai sosok yang tegas dan tangguh di Asrama Olahraga.

Di Perguruan kami ada 5 Asrama besar, Seni dan Budaya, Olahraga, Administrasi, Pertahanan, dan Tehnologi.

Tingkat 3, pelajar dengan tingkat tertinggi di Asrama Olahraga adalah kak Jeffry.

"Kamu adalah salah satu dari 3 Junior yang diincar oleh para Pelajar tingkat 3 sepertiku, Vigro!"

Arah bahasan yang berubah drastis tiba-tiba meluncur dari lisan kak Jeffry.

"Diincar?"

Aku tak lagi menggunakan Kemampuanku. Repot juga jika harus sering-sering menggunakannya.

"Ya! Jujur saja, alasanku membawamu kesini adalah untuk mencari informasi tentangmu!"

Raut wajahnya berubah menjadi lebih tenang dan serius. Sepertinya efek balik dari klimaksnya saat Onani tadi mulai surut.

"Informasi apa kak..."

Aku tak terlalu berminat dengan ucapannya. Hanya sebagai basa-basi untuk berbaur.

Siapapun pasti akan tertarik denganku. Cowok usia 17 tahun dengan psikologis dan pola pikir yang tak biasa.

Aku tidak bisa menutupi hal ini.

Bayangkan saja, disaat teman-teman yang lain sangat antusias dengan liburan, hiburan, pacaran, aku satu-satunya yang tak tertarik dengan itu semua. Dengan perbedaan mencolok itu, tak mungkin mereka tidak melihatku.

"Informasi yang kudapat untukku sendiri adalah... Kau memiliki 'Hasrat Seksual' yang sangat kuat!"

Kak Jeffry membisikkan kata-kata itu persis dibelakang daun telingaku.

Sial! Apa yang akan direncanakannya setelah mengetahui hal itu? Bukankah tadi ia sendiri mengatakan supaya kejadian barusan...

"Oh iya Vigro, tentang kejadian barusan, kau memotong ucapanku sebelum aku menyelesaikannya..."

Benar juga, aku teringat bahwa aku mendahuluinya sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya.

"Apa yang ingin kau katakan, kak Jeffry?"

Aku sedikit lebih berhati-hati sekarang.

Ternyata dia mengajakku dengan alasan, dan aku terlambat menyadarinya.

Seandainya '100% Sense' ku tidak segera aktif perlahan diawal tadi, sekarang mungkin aku masih menganggapnya Kakak Tingkat yang ramah.

'Eye sense, Ear sense, Skin Receptor sense up to 10%!'

Sekarang aku bisa membaca gerakan bibir, warna suara, getaran udara, ekspresi wajah, dan dengan pengalaman yang kudapat, aku sudah memiliki gambaran mengenai kata demi kata yang akan tersusun, setidaknya 7 millidetik lebih cepat dari yang seharusnya. Itu artinya aku melihat gerakan dan merasakan getaran dengan kecepatan 30% lebih lambat dari hitungan detik.

'Ka-mi, da-ri, a-so-si-a-si, pem-bu-ru...'

Ya, aku masih bisa menambah daya tangkapku lebih tinggi, dan tak kusangka akhirnya aku menggunakan kekuatanku sedikit demi sedikit.

"Kak Jeffry... Sepertinya kita lupakan obrolan ini dan seharusnya menikmati liburan ini dengan santai."

Aku menghentikannya sekarang. Takkan kubiarkan aku jatuh kedua kalinya.

Cukup Vigro, aku tetap manusia biasa, dan takkan pernah membiarkan diriku yang dulu muncul dan menimbulkan kekacauan lagi.

Kak Jeffry terlihat canggung, tapi aku berhasil memberi tekanan yang lembut agar kami meninggalkan obrolan yang terlalu serius.

Kami berjalan menuju kelompok kami. Teman-teman satu Asramaku, Asrama Seni dan Budaya.

Kami bersenang-senang, berenang, bermain bola ditepi pantai, membentuk istana pasir. Walaupun kurang tepat disebut kami. Mereka melakukan itu, aku tak begitu tertarik dengan itu.

Aku berusaha berbaur senormal mungkin. Kini aku menyadari bahwa beberapa orang melihat keganjilanku dalam bersosialiasi. Terlebih kejadian dengan Kak Jeffry barusan. Jika aku tidak berhati-hati kecurigaan orang-orang akan semakin besar.

"Kau jadi terlihat sedikit supel sekarang, Vigro..."

Suara Kak Jeffry menggema di pantai yang mulai lengang ini.

Warna langit mulai berubah jingga, cahaya mentari yang hangat perlahan meredup.

Aku tersenyum menanggapi ucapan Kak Jeffry. Ini permainan Psikologis tingkat rendah, ah, maksudku tingkat Mahasiswa. Tanggapan ringan tidak akan menimbulkan kecurigaan, justru jika aku bereaksi berlebihan maka mereka akan semakin mencurigaiku.

Hari sudah cukup larut. Beberapa temanku terlihat kelelahan. Untungnya kami berangkat menggunakan mobil. Kak Jeffry akan mengemudikannya disaat teman-temanku beristirahat karena kelelahan.

"Karena coli tadi, aku ngerasa lebih capek sekarang, Vigro."

Kak Jeffry berani membahas masalah itu terang-terangan sekarang : "Kalau kak Jeffry mau istirahat pulas malam nanti, kita bisa mengulanginya sebelum tidur."

Aku tak mau kalah dalam permainan Psikologis ini. Kita lihat apa yang akan terjadi setelah ini.

Kak Jeffry tertawa, jarak kami dengan teman yang lain cukup jauh sehingga obrolan kami takkan terdengar dari posisi mereka.

Parkiran Mobil dikerumuni pemuda-pemuda malam yang biasanya nongkrong di pinggir destinasi wisata Internasional ini.

Pemuda-pemuda lokal yang terbawa arus pergaulan luar yang lemah dalam menyaring peradaban.

Mereka membawa dan menenggak sebotol miras yang dibagi bersama-sama.

Sebelum kami sempat mendekat kearah mobil, pandangan mereka menusuk kuat kearah kami.

"Oy bro! Bagi Uang dong! Huahahaha!"

Salah seorang dari mereka mendekat perlahan dan berteriak kearah kami.

Teman-temanku berhenti kecuali Kak Jeffry.

Ia mengacuhkan mereka dan tetap berjalan kearah mobil.

Merasa diacuhkan, pemuda tadi menarik pundak Kak Jeffry dari belakang : "Oy!! Denger Omonganku nggak?!!"

Kak Jeffry membuka pintu mobil dan melepaskan tangan pemuda tadi dengan tegas : "Ayo dek, masuk mobil, kita langsung pulang!"

Teman-temanku terlihat ragu, salah tingkah. Ada sekitar 15 orang pemuda yang menatap kami dengan pandangan tajam.

Tiba-tiba saja pemuda tadi mengayunkan tinjunya kearah Kak Jeffry. Kakak Asramaku mengelaknya dengan cepat, pukulan tadi sedikit menyentuh pipinya. Kak Jeffry menahan tangan pemuda tadi dan melayangkan pukulan kearah ulu hatinya.

"UAGH!!!"

Darah mengalir dari mulut pemuda tadi. Teman-temannya berdiri dan menyoraki Kak Jeffry.

"Jangan sampai Serigala Melolong dan mencabik kalian!" Kalimat itu keluar dari lisan Kak Jeffry seketika setelah tangannya terangkat tenang.

Wajah pemuda-pemuda itu berubah, mereka tampak pucat.

"Kau... Jeffry? Sang Serigala Raja?"

Mereka mundur dari posisi tadi dan menjauh perlahan : "Maaf... Kami benar-benar minta maaf..."

Pemuda yang dipukul oleh Kak Jeffry tadi ikut mundur dan menunduk menghindari konflik.

Serigala Raja?

Itu pasti gelar Jalanan yang tak diketahui dari sosok Kak Jeffry.

Nah, dengan ini kedokmu terbuka, Kak Jeffry!

avataravatar