1 Awal Dari Akhir

Ini merupakan kisah hidup seorang Gadis kecil bernama Jeajangna. Di kisahkan, sebuah Kerajaan di Negara Jepang, setiap 2 tahun sekali, mencari penari-penari berbakat. Kerajaan ini susah sekali ditembus hingga hanya pilihan terbaik dari yang berbakatlah, yang mampu memasuki Istana.

Tiap 2 tahun sekali, setiap orang tua yang memiliki anak Gadis berusia 13 tahun, harus merelakan anaknya dibawa oleh pengawal Istana, untuk dilatih menari. Jeajangna saat itu baru menginjak usia tepat 13 tahun saat semua anak-anak seusianya diciduk para Prajurit Istana. Seluruh orang tua tidak dapat berbuat apa pun karena ketika anaknya kelak mendapat gelar tertinggi sebagai seorang Penari Istana, mereka pun dapat hidup bergelimangan harta.

Sebuah kebanggaan terbesar, bagi kedua orang tua Jeajangna apabila Putrinya Jangna, mendapatkan gelar tersebut. Maka dengan bangga kedua orang tuanya mau menyerahkan anak Gadisnya ini. Jeajangna bersama para Gadis remaja lainnya di bawa ke sebuah altar yang terletak di bagian paling depan kerajaan.

Selama 3 bulan, Jeajangna dan anak lainnya dilatih dengan tegas sekaligus profesional di sana. Dan tibalah ujian pertama. Ujian pertama adalah tes pemeriksaan bagian anggota tubuh. Seorang penari, tidak boleh terlihat gemuk maka bagi yang perutnya buncit, sudah pasti dianggap gugur. Bagi yang memiliki tanda lahir, dia dianggap gugur. Bagi yang berkulit kasar, dianggap gugur. Bagi yang tak berjemari lentik dianggap produk gagal, bagi yang tak bisa menyanyikan lagu dengan merdu, dianggap cacat.

Bagi yang berbadan bungkuk dianggap gugur. Bagi yang punya luka dianggap gugur. tahukah kalian hal yang paling penting dari yang terpenting bagi seorang penari Kerajaan? Yaitu, sang penari harus masih Gadis atau haruslah seorang perawan. Kenapa? Karena...setiap tarian yang akan ditarikan didepan seluruh anggota Kerajaan, memiliki makna khusus, mempunyai misi khusus. Maka tiap jengkal gerakan dalam tariannya dianggap sangatlah suci.

Jadi, Penarinya juga haruslah suci. Tapi tes itu hanya akan dilakukan diakhir. Disaat akan ditentukannya generasi penari Istana selanjutnya.

 

Banyak anak Gadis menangis kecewa, mereka telah gugur karena tak dianggap sempurna. Tes pun harus di jalani Jeajangna.

"Buka bajumu" kata Xiajaucha selaku pelatih. Jeajangna yang gugup mencoba untuk setenang mungkin menghadapi tes ini. Xiajaucha dan juri lainnya tentu saja semua Perempuan, memeriksa dengan teliti setiap jengkal tubuh Jeajangna.

"Gadis ke 134 lolos" kata para juri membuat Jeajangna dapat bernafas lega. Tapi kerinduan pada keluarganyalah yang membuat ia miris. Ujian kedua, Jeajangna menemukan sahabat kilat bernama Lianjha. Lianjha anak yang ceria, sangat periang membuat Jeajangna terhibur. Tapi saat tes menyanyi dilakukan, Lianjha berubah menjadi rival dan musuh terbesarnya. Berulang kali, Lianjha memasukkan sebuah bubuk di minumannya tetapi selalu dapat digagalkan hingga tiba saat Lianjha harus melakukan ujian.

Lianjha merasakan apa itu yang dinamakan senjata makan tuan, awalnya Lianjha ingin memberi minum itu pada Jeajangna namun Gadis itu hanya mengangguk tanpa minum seteguk pun. Pada akhirnya, tanpa sengaja, teman Jeajangna lainnya menukar minuman itu hingga justru Lianjhalah, yang minum minuman racikannya sendiri!!

Ia menjalani tes dengan susah payah. Berulang kali ia terbatuk hingga suaranya serak. Pada percobaan ke 3, Lianjha kehabisan suara ia tak sanggup mengeluarkan suara sedikit pun. Kini, giliran Jeajangna dengan percaya diri, dan penuh penghayatan menyanyi dengan sangat merdunya, membuat semua juri terpukau.

"Jeajangna, kau...lulus" kata dewan juri membuat Gadis kecil itu terlonjak bahagia. Bayangkan, dari 3.968 orang yang dibawa ke sana, hanya ada...6 Gadis tersisa termasuk Jeajangna. Ya, keenam Gadis inilah yang terpilih menjadi generasi Penari Istana selanjutnya.

Suatu hari yang cerah, diusia nya yang menginjak 17 tahun latihan menari maraton diadakan karena akan ada penobatan Putra Mahkota menjadi Raja yang baru. Semakin sedikit waktu luang bagi Jeajangna. Ia menari dengan gemulai. Ia ingin memiliki posisi sebagai Penari terbaik sehingga ia pun dapat menari di luar Istana, mewakili Kerajaan di Negerinya itulah ambisi Jeajangna.

Tanpa Jeajangna sadari, sang Putra Mahkota sedang memperhatikan Gadis itu. Ia terpesona oleh kecantikan dan gerakan tarian Jeajangna.

 

"Siapa nama Penari itu? Yang sedang menari bersama Xiajaucha?!" tanya Putra Mahkota.

"Dia salah satu Penari terbaik Istana ini Pangeran. Jeajangna" kata salah satu Ajudan Istana yang berjalan-jalan bersama Putra Mahkota.

Hmm, Jeajangna...nama yang cantik. Batin sang Putra Mahkota sambil tersenyum kecil. Sorotan matanya tak mampu menyembunyikan hasrat terpendam.

"Atur pertemuanku dengannya" kata Putra Mahkota membuat Ajudannya terkejut.

"Baiklah Pangeran. Ehm, tapi ingat satu hal Pangeran. Penari hanya boleh menjadi Penari. Bukan untuk menjadi Ratu, atau pun Selir" kata sang Ajudan sambil berlalu begitu saja.

Entah kenapa, hati Putra Mahkota menjadi membeku saat Ajudannya mengatakan hal itu. Bagaimana bisa, Ajudannya berkata demikian saat Putra Mahkota untuk yang pertama kalinya jatuh cinta. Apa salahnya jatuh cinta pada seorang Penari Istana? Aturan dari mana seorang Penari tetap harus menjadi Penari? Ia mulai menyusun rencana untuk mematahkan peraturan itu.

Jeajangna menatap Pria paruh baya sedang berbisik pada Guru menarinya. Ia hanya dapat memperhatikan sambil berlatih menari. Gurunya hanya mengangguk dan membungkuk sebagai penghormatan lalu beliau berjalan menuju kearahnya.

"Jeajangna, latihanmu selesai. Seseorang ingin menemuimu. Ingatlah baik-baik. Jaga sikapmu terhadap Putra Mahkota nanti. Mengerti?" pesan Xiajaucha pada Jeajangna yang tercekat kaget. Untuk apa, seorang Pangeran menemui Penari seperti dirinya? Ada...urusan apa? Ah, atau ia akan direkomendasikan menjadi Penari kelas atas nantinya? Pemikiran ini membuat Jeajangna sangat bersemangat.

Ia berjalan menemui Ajudan Kerajaan. Ia membungkuk memberi penghormatan. Ia dipersilahkan mengikuti sang Ajudan yang membawanya ke sebuah ruangan besar. Di sana telah menunggu para Pelayan Istana.

"Zixhea..., ganti pakaiannya dengan yang terbaik" perintah sang Ajudan lalu meninggalkan Jeajangna bersama para Pelayan. Ah, ia tak terbiasa diperlakukan bak seorang Putri. Ia dimandikan, dan diberi baju yang indah sangat-sangat indah. Pakaian ini...dari sutra.

Jeajangna menunggu dan menunggu. Kenapa sang Putra Mahkota lama sekali? Berbagai spekulasi tentang kenapa dirinya diminta bertemu langsung terus berkutat dalam kepala. Jantungnya berdetak begitu kencang, ketika seorang Prajurit berteriak mengabarkan sang Putra Mahkota telah datang. Jeajangna mengatur ritme detak jantung sekaligus ritme nafasnya jangan sampai, dia terlihat bodoh dihadapan sang calon pewaris Kerajaan itu kalau ia tak ingin didepak dari Istana ini pikirnya.

Ia segera berdiri bersiap menyambut kedatangan Putra Mahkota bersama para Dayang. Nafas Jeajangna terhenti ketika ia melihat sosok tampan dan gagah itu muncul setelah menggeser pintu ke samping. Sangat-sangat tampan, hingga Jeajangna diam terpaku. Tapi ia langsung dapat menguasai dirinya saat seorang Dayang berdehem memberi kode agar Jeajangna menghormat.

"Hormat saya Putra Mahkota" kata Jeajangna gugup memberi hormat menangkupkan kedua lengannya keatas hingga membentuk persegi sambil duduk bersila lalu membungkuk takzim.

Hati keduanya berdesir menandakan, sebenarnya kedua belah pihak telah saling jatuh cinta. Tapi siapa Jeajangna? Bahkan Gadis cantik ini bermimpi pun tak berani. Bagaimana pun, Laki-laki di depannya adalah Raja dimasa depan mana mungkin ia...ah, lupakan tentang angan-angan ini. Putra Mahkota mengangguk sambil terkagum-kagum dengan kecantikan Jeajangna.

Ia memberi isyarat agar para Dayang keluar dari ruangannya. Mereka pun menghormat dan keluar sesuai perintah.

"Jeajangna,"

"Iya, Putra Mahkota" balas Jeajangna tak berani menatap wajah Putra Mahkota karena menatap calon Rajanya sama dengan menunjukkan penghinaan jadi, ia hanya menunduk menunggu kalimat selanjutnya dari sang Putra Mahkota. Hmmm, tapi bukankah tadi dirinya sudah mencuri pandang?

"Nama yang cantik" puji sang Putra Mahkota membuat pipi Gadis itu merona seketika.

avataravatar
Next chapter