89 Malam Pertama

Ivanka tiba di mess baru nya jelang tengah malam. Ivanka dengan sengaja berjalan pelan-pelan karena dia berpikir Ryan sudah tertidur dan dia tidak ingin membangunkan nya.

Saat dia hendak membuka pintu, pintu terbuka dari dalam.

Ryan yang membuka pintu itu dari dalam.

"Hai..."

"Masuklah, kamu pasti lelah. Aku akan menyalakan air panas untuk mu mandi."

Ryan mengetahui kebiasaan Ivanka saat dia sering memperhatikan Ivanka dari bawah mess nya dulu. Ivanka setiap pulang kerja entah jam berapa pun itu, Ivanka pasti akan menyempatkan diri mandi agar bisa tertidur nyenyak.

"Terima kasih."

Selesai Ivanka mandi, Ryan memberinya segelas susu hangat.

"Minum lah ini agar badan mu tetap hangat"

"Ryan ternyata kamu baik banget yah, tahu gini aku akan minta nikah nya lebih cepat."

"Apakah selama ini aku kurang baik padamu ?."

"Ha..ha..

tentu saja tidak, tapi aku merasa kamu saat ini lebih baik lagi. Ryan, aku minta maaf tentang pekerjaan ku..."

"Menurut mu apakah ucapan maaf saja cukup?" Ucap Ryan dengan nada serius.

"Lalu apa yang harus ku lakukan? Cuti ku tidak bisa panjang, dan besok aku pun harus tetap bekerja."

"Jika seseorang terbukti bersalah maka ia akan di jebloskan dalam penjara dan dikenakan denda sebagai hukuman dari perbuatan nya yang melanggar hukum. Untuk kamu, aku akan menuntut dua hal yang harus kamu lakukan. Pertama aku ingin kamu merubah panggilan mu pada ku."

"Merubah panggilan?

Baiklah apa yang kamu suka untuk ku memanggil mu?"

"Yank...panggil aku seperti aku memanggilmu. Tidak peduli dimana kamu berada panggil aku dengan "Yank". Aku ingin semua orang mengetahui bahwa kamu mencintai ku."

"Tentu tidak masalah, lalu apa hukuman yang ke dua?"

"Yank, aku tahu kamu tentu sangat lelah. Tapi aku sudah menahan nya cukup lama. Aku mengetahui kalau tamu tak di undang mu sudah berhenti. Bisa kah kita melakukan nya?"

Wajah Ivanka mendadak merona. Dia tersipu malu.

Melihat reaksi Ivanka, Ryan dengan cepat mengambil gelas kosong yang di tangan Ivanka lalu menaruhnya di meja.

Ryan menggendong Ivanka dan membawa nya ke dalam kamar.

Di atas tempat tidur baru Ryan membaringkan Ivanka.

Lalu mulai dari ciuman manis di kening, mata, pipi, hidung lalu ke bibir.

Bibir mereka bersatu. Ryan semakin bergairah. Ciuman panas nya tidak berhenti di bibir mulai turun ke leher lalu tangan nya mulai bergerak nakal. Tangan Ryan mulai menjelajahi tubuh Ivanka. Setiap sudut dari tubuh Ivanka tidak ada yang terlewatkan oleh sentuhan tangan nakal Ryan.

Tangan Ryan semakin nakal, kali ini tangan nya mulai membuka baju tidur Ivanka.

Ivanka pun merasa panas. Wajah nya makin memerah. Dan saat Ryan mulai menyentuh bagian sensitif dari tubuh Ivanka, Ivanka akan mengerang. Menahan nikmat dan malu.

Saat tubuh Ivanka tanpa sehelai benang pun, mata Ryan terlihat lebih nakal dan dan napsu.

Selama ini Ryan tidak pernah melihat tubuh Ivanka sepolos ini. Ivanka selalu menjaga hubungan yang bersih.

Melihat Ryan menatap nya, Ivanka merasa semakin malu.

"Ryan, bisa kah kamu matikan lampu kamar ini."

"Panggil aku Yank..."

"Yank..."

"Bagus, tapi aku ingin melihat wajah mu dengan jelas di malam pertama kita."

"Tapi aku malu..."

"Kita sudah menjadi suami-istri yang sah, tidak perlu malu. Dan bagaimana jika ku mulai memasukan ?" Ucap Ryan dengan desahan nakal.

"Aku takut..."

"Ku dengar awalnya akan sedikit sakit tapi saat sudah masuk akan menjadi nikmat dan sakitnya hilang. Aku akan pelan-pelan."

Ryan kembali mendaratkan ciuman-ciuman penuh gairah. Lalu pelan-pelan sang adik kecil Ryan mulai mencoba masuk.

"Ahhh...sakit.." rintihan suara Ivanka

Ryan menghentikan nya dan mencium kening Ivanka seolah ingin menyakinkan Ivanka kalau dia akan melakukan nya dengan hati-hati.

Ryan melihat ada bercak darah.

Ivanka memang masih perawan. Ryan pun sempat mengalami kesulitan karena bagi Ryan pun ini adalah yang pertama.

"Yank.. aku akan mulai memasukan nya lagi, ini seharusnya sudah berkurang sakit nya."

"hmm.."

Lalu mereka sudah mulai lebih intim lagi dan semakin intim.

"Yank ... aku akan membuang sperma ku ke dalam. Kita tidak perlu menjaga nya. Kita mendapatkan anak cepat atau lambat, tidak masalah."

"hmm.."

Malam pertama itu terlewatkan dengan indah.

Penantian Ryan mendapatkan Ivanka seutuhnya tidak sia-sia. Dan Ivanka pun menepati janji nya, dia hanya memberikan perawan nya untuk suami nya. Dan Ryan lah yang mendapatkan nya.

avataravatar
Next chapter