63 Aku suka Riqky

"Ryan, lepas. Ini sakit"

Ryan tidak melepaskan bahkan semakin kuat dia mencengkram tangan Ivanka.

"Kenapa kamu selalu bersama dia?

Apa kamu sangat suka berada di dekat nya?

Masih tidak cukup kalian bersama saat jam kerja?"

Wajah Ryan menjadi merah dan matanya menyala penuh amarah.

"Bukan begitu, tadi aku berencana meminjam motor ke Santo. Tapi Kebetulan Riqky yang ada di tempat. Melihat ku panik dia hanya kuatir dan menawarkan bantuan untuk mengantar ku."

"Ia betul, dia selalu peduli bahkan terlalu peduli padamu. Dia mungkin cukup pintar tapi dia tidak cukup pintar untuk menempatkan diri. Terlalu peduli pada yang bukan miliknya, kalau bukan bodoh apa ?.

Baiklah jawab pertanyaan ku dengan jujur. Apa kamu suka dengan Riqky ? Jawab ya atau tidak!"

"Ryan sekarang kita masih di RS dan kamu sedang terluka seperti ini, lebih baik kita pulang dulu yang lain nya kita bahas nanti."

"Kita tidak akan beranjak dari sini sebelum kamu menjawab ku.

Jawab aku dengan jujur!."

"Lepas dulu tangan ku, sakit !"

"Baik"

Ryan tidak melepaskan tangan nya dia hanya melonggarkan cengkraman nya.

"Sekarang jawab !"

"Ia, aku menyukai nya. Puas sekarang ayo kita pulang dulu."

"Kamu telepon Riqky, pulang lah lebih dulu bersamanya. Aku ada urusan."

Ryan melepaskan tangan Ivanka dan memutarkan badan nya beranjak pergi.

Ivanka langsung mengejarnya dan meraih tangan Ryan.

"Tidak, jangan seperti ini. Kamu sedang terluka. Berikan kunci motor nya, aku yang akan membawa nya. Kamu duduk saja di belakang. Kita pulang bersama."

"Lepaskan tangan ku. Pergilah dulu!.

Ryan berkata tanpa memalingkan wajah nya.

Ivanka tidak mau mengalah.

Dia berjalan mendului Ryan. Dan berbalik. Kini mereka saling berhadapan.

"Kamu meminta ku berkata jujur, dan aku sudah menjawab nya dengan jujur. Betul aku menyukai Riqky tapi aku memilih mu.

Aku lebih menyukai mu. Dan aku akan menepati janji ku. Aku akan mengajukan cuti selama empat hari. Kita akan pulang ke rumah ku. Aku akan mengenalkan kamu sebagai kekasih ku di depan orang tua ku. Sekarang ikut lah aku pulang."

Ivanka menarik tangan satu Ryan ke bahu nya. Dia membantu Ryan berjalan lebih mudah. Ryan pun jadi seperti anak kecil. Dia berjalan mengikuti Ivanka tanpa banyak bertanya lagi.

Saat ini hati Ryan berbunga - bunga. Rasa sakit akibat jatuh nya tidak lagi di rasakan. Dia merasa senang. Kata-kata Ivanka bak obat mujarab yang bekerja langsung. Sudah jelas sekarang. Ivanka memilih dirinya, bukan Riqky.

Tapi tiba-tiba terlintas lagi di pikiran nya, apa karena aku terluka mangkanya Ivanka berkata seperti itu, hanya untuk menyenangkan nya.

"Yank, tunggu."

"Ia, apa ada yang tertinggal?. Kamu katakan saja, apa dan dimana? .

Kamu tunggu saja di sini biar kan aku yang mengambil nya."

"Bukan itu, satu pertanyaan lagi.

Kamu memilih ku apa karena kamu kasihan padaku ?".

"Tidak, bukan karena itu. Saat tadi aku berpikir kamu telah pergi, aku tidak bisa menerimanya. Aku merasa tidak bisa hidup tanpa mu. Kamu selama ini sudah melakukan banyak hal untuk ku. Dan aku sudah sangat tergantung pada mu, jadi jangan pernah meninggalkan ku."

"Sekarang kita pulang. Kamu istirahat beberapa hari di mess. Biar besok aku yang mengurus ijin mu. Aku juga yang akan mengantar kan makanan untukmu."

"Hmm.."

"Yank, terima kasih sudah memilihku"

"Hmm.."

avataravatar
Next chapter