14 Hari pertama

Upacara pembukaan tahun ajaran baru telah selesai setelah 3 jam lamanya. Para siswa dipersilahkan untuk beristirahat setengah jam sebelum memulai kelas pertama mereka.

Ada yang memanfaatkan waktu senggang itu untuk duduk rileks di pojokan-pojokan koridor dan duduk-duduk santai di taman. Sebagian ada yang berjalan berkeliling seisi ruangan demi ruangan kastil megah itu dengan dipandu para senior tiap Dorm masing-masing

Seifer nampak bingung memanfaatkan waktu kosong tersebut, dia mencoba mencari senior Zack untuk diajaknya berkeliling sekolah tersebut namun tak terlihat batang hidungnya

Ditengah kebingungan tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Seifer dari belakang

"Tersesat ?" Seifer langsung menoleh kesumber suara dan menyadari orang itu adalah Onyx sang kakak kelas dari Whiteveil. Seifer hanya mengangguk. Dalam benakknya ia nampak penasaran dengan kejadian saat pertarungan melawan Werewolf di hutan Espoir beberapa hari yang lalu. Sebelum Seifer mengucapkan pertanyaan, Onyx langsung mengajak Seifer untuk berangkat menuju suatu tempat

Dari kejauhan seseorang  bertubuh jangkung berambut spikey, mengenakan seragam putih, bercorak burung berselimut  api di bagian punggungnya nampak sedang memperhatikan gerak gerik Seifer dan Onyx. Ia lalu berjalan mengikuti mereka berdua.

Setelah berjalan cukup lama dan menyusuri beberapa anak tangga, kini akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang cukup sepi dari kerumunan para siswa

Onyx dan Seifer berada dilantai 3 kastil itu dan sebuah pemandangan yang cukup indah terlihat dari koridor lantai 3, view itu mengarah langsung kesebuah Istana berukuran sedang berwarna hitam. Mungkin jaraknya hanya sekitar 200 meter saja dari Kastil

"Itu adalah Istana BlackSword. Dorm yang terlalu besar untuk diisi hanya 8 orang saja bukan?" Onyx sedikit mendengus kesal, sepertinya ia ingin sekali masuk Dorm tersebut, siapun siswa yang berhasil menempati Dorm tersebut pasti akan diakui siswa terhebat.

"Awalnya aku ingin masuk Dorm BlackSword, namun aku berubah pikiran" Jawab Seifer enteng. Onyx sedikit terkejut mendengar ucapan adik kelasnya itu

"Kau tau, sebenarnya aku dulunya seorang Espoir, namun setelah berusaha keras di 6 bulan pertama akhirnya aku bisa pindah Dorm menuju Crimson Sunbird, namun 6 bulan kemudian aku memutuskan untuk pindah Dorm WhiteVeil"

"Untuk apa berpindah-pindah kelas seperti itu?"

"Menemukan jati diri"

Seperti diketahui saat pidato panjang Orlandu saat upacara pembukaan, siswa yang berprestasi bisa mengajukan perpindahan Dorm sesuai keinginan mereka setiap 6 bulan sekali. Namun untuk pindah ke Dorm BlackSword merupakan pengecualian, hanya rekomendasi para guru dan kepala sekolah yang bisa menentukan.

Seifer nampak tidak peduli dengan jawaban Onyx, sepertinya sudah tidak penting lagi dimana ia ditempatkan. Ia hanya ingin menjadi lebih kuat untuk bisa mencapai tujuannya. Lalu Seifer berusaha mencari kalimat yang pas untuk memulai pembicaraan tentang kejadian saat bertarung melawan Werewolf

"Aku sudah menjadi seorang Werewolf" belum Seifer membuka mulutnya, Onyx berbicara begitu saja seolah tidak ada masalah apapun.

"oleh karena itulah saat semua orang yang menemukan kita saat tergeletak di hutan, luka-luka ku sudah sembuh dengan total"

"lalu para guru apakah sudah mengetahuinya ?" Onyx menggelengkan kepalanya, "aku tidak cukup yakin; maksudku kepala sekolah ataupun para guru pasti menyadarinya. tapi mungkin mereka hanya berpura-pura tidak tau saja"

"lalu siapa dalang dibalik semua ini ?" Kedua siswa itu sama-sama terdiam mencoba berpikir namun untuk saat ini mungkin belum ada petunjuk sama sekali. Apalagi Seifer baru beberapa hari berada di Pulau akademi ini, hanya sedikit orang yang ia kenal dan itupun belum terlalu akrab dengannya, mungkin bisa disebutkan beberapa hitungan jari saja

"Seifer aku tau kau bukan orang biasa ketika pertama kali bertemu dengan mu, begitupun dengan gadis itu" Seifer nampak terkejut dengan ucapan Onyx, namun ia mencoba tenang agar tidak dicurigai sama sekali

"untuk apa Demon sepertimu masuk Akademi ini ?" Onyx menatap Seifer dengan tajam membuat Pemuda berambut pirang itu bergidik merinding

"apa yang kau bicarakan?, aku tidak mengerti sama sekali"

"kau itu naif dan tidak pandai berbohong. Demon adalah abdi CHAOS yang populasinya hanya tinggal sedikit lagi. mungkin" Onyx nampak ragu

"kau berada dipihak mana ? kami para manusia dan para Angel atau Demon yang mengabdi pada  CHAOS?" sebenarnya Onyx bisa saja langsung melaporkan Seifer kepada pihak sekolah namun ia lebih penasaran dengan motif Demon yang dengan nekadnya masuk kesarang musuh.menurutnya Seifer terlalu meremehkan para guru yang sebenarnya bisa saja telah mengetahui kebenarannya. Seifer mencoba tenang meskipun keberadaanya sudah terbongkar secepat ini

"percaya atau tidak, aku tidak berada dipihak siapapun"

"ya aku adalah seorang Demon, namun bukan berarti aku harus mengabdi kepada CHAOS. Semua orang tidak bisa memilih untuk menjadi seorang apa ia dilahirkan" Onyx setuju dengan penjelasan Seifer yang cukup masuk akal, ia juga sadar betul dengan instingnya, bahwa pria didepannya itu tidaklah berbahaya seperti para DEMON  lain yang pernah ia jumpai ketika masih kecil.

"tapi jika kau masih tetap akan melapor pada para petinggi Aeros, tidak masalah untukku. mungkin aku akan bertarung habis-habisan untuk membela diri. meskipun aku akan mati dengan mudah"

"selama itu tidak merugikanku, aku tidak akan melapor pada siapapun, tapi aku akan mengawasimu untuk berjaga-jaga. lagi pula aku sama dengan mu, aku bukanlah seorang manusia biasa lagi"

"kau serius ?" Onxy mengangguk "tentu saja, tapi kau harus berhati-hati kepada orang yang daritadi menguping pembicaraan kita" Seifer terkejut langsung mencari seseorang yang sedang bersembunyi dan berusaha menguping pembicaraan

tiba-tiba suara langkah terdengar dari belokan koridor yang berada sekitar 7 meter dari Seifer dan Onyx berdiri

Pemuda Crimson sunbird keluar dari persembunyian, ia nampak tenang meskipun keberadaannya sudah terbongkar

"siapa kau ?"

"Gaiki Vortex" Onyx menjawab pertanyaan Seifer, Gaiki hanya tersenyum senang namanya diketahui seniornya

"sungguh kehormatan namaku bisa diketahui Senior sepertimu, senior Onyx underwood" Gaiki membungkuk hormat kearah Onyx meskipun suaranya terdengar nyaring membuat siapa saja bisa mendengar meskipun dari jarak 10 meter pun

"darimana kau tau namaku ?"

"semua orang khususnya di Crimson Sunbird membicarakan tentang mu" Onyx nampak mengernyitkan dahinya penasaran apa yang dibicarakan para Crimson Sunbird mengenai dirinya. Tentu saja Onyx sedikit menebak itu karena perpindahan  dorm dirinya di akhir tahun ajaran yang berhasil membuat semua orang terkejut dan kecewa, khususnya para Crimson Sunbird.  Mungkin Onyx adalah pria paling dibenci oleh mereka semua.

"pemuda ceria yang mencolok saat acara seleksi Dorm. Tentu mudah dikenali" jawab Onyx ringan

"lalu untuk apa kau menguping pembicaraan kami"

"tadinya aku hendak menyapamu kakak senior, namun ketika mendengar bahwa orang berambut pirang ini adalah seorang Demon dan kau seorang Werewolf, aku memutuskan untuk bertindak tidak sopan"

"lalu?"

"bertarunglah denganku kalian berdua; jika kalian menang, aku tidak akan melapor pada siapapun. Jika aku menang, maka kalian pasti akan tau akibatnya" pemuda jangkung itu menyeringai meskipun bagi Seifer dan Onyx tatapan itu tidak menakutkan sama sekali, yang ada mereka terlihat gemas dengan wajah lucu Gaiki

"kelas akan dimulai beberapa menit lagi"

"jangan khawatir, aku menantang kalian bukan sekarang, tapi nanti sore setelah jam pelajaran selesai" Seifer  mengangguk setuju dengan tantangan Gaiki

"aku tidak akan meladenimu" Onyx nampak tidak tertarik dengan tantangan Gaiki, ucapannya berhasil membuat geram "kau takut ?" Gaiki berkacak pinggang dengan sombong

"kalahkan Seifer dulu, setelah itu aku akan mempertimbangkan tantanganmu"

"hmm, baiklah aku setuju"

*TENG.... TENG.... TENG.... !!!

Suara lonceng yang terletak di menara Kastil Aeros terdengar nyaring begitu saja. membuat ketiga siswa itu sedikit terkejut

"tanda kelas akan dimulai" akhirnya ketiga orang itu memutuskan untuk pergi ke kelas mereka masing-masing

Onyx berjalan berlawanan arah dengan Seifer dan Gaiki, sementara siswa kelas satu itu berjalan kearah yang sama

mereka menuruni tangga lalu berbelok dengan langkah yang hampir bersamaan, kelihatannya kedua orang itu nampak tidak nyaman satu sama lain

"kenapa kau mengikutiku !!" teriak Gaiki protes "kau yang mengikutiku, bodoh !" Seifer nampak tidak mau kalah ia bergegas berjalan mencoba mendahului Gaiki, namun pemuda Spikey itu nampak tidak mau kalah, ia pun mempercepat langkahnya. hingga akhirnya mereka berdua berlari menuju kelas mereka

***

Seifer dan Gaiki akhirnya tiba didepan pintu kelas terbuat dari kayu berwarna cokelat, pintu itu memiliki ukiran pahatan yang melambangkan sebuah pentagram sihir dan tulisan kuno, pintu itu dibuka bersamaan oleh kedua orang itu. nampak beberapa siswa tepatnya yang berjumlah 14 orang itu  langsung menoleh kesumber suara

Gaiki dan Seifer nampak kikuk ketika semua mata tertuju pada mereka

"apa yang kalian lakukan, cepat masuk dan isi kursi yang kosong" ucap seorang guru yang sedang berdiri didepan para murid. Kedua orang yang terlambat itu langsung bergegas memasuki kelas dan menoleh mencari bangku kosong

namun sayang yang tersisa hanyalah 2 kursi kosong yang letaknya paling belakang dan saling berdampingan satu meja

"sial kenapa aku harus sebangku denganmu" Gaiki nampak kesal begitu pula dengan Seifer

"kalian nampak cocok" ucap Aknadin yang ternyata satu kelas dengan Seifer dan duduk di kursi meja sebelahnya

"diam kau Aknadin" balas Seifer kesal karena ia pun enggan untuk sebangku dengan pemuda berisik yang baru saja ia temui

melihat Seifer dan Gaiki yang daritadi tidak bisa diam membuat guru didepan itu nampak kesal "bisakah kalian diam!" seketika suasana menjadi hening

"perkenalkan namaku  Lucius Vermillion, guru yang akan mengajari kalian tentang dasar ilmu sihir penyerangan ataupun pertahanan" Seifer nampak familiar dengan nama belakang guru itu, apalagi melihat rambut silver yang menyala terang itu. 

Vermillion, nama belakang yang sama dengan orang itu 

avataravatar
Next chapter