9 Alvo yang Lelah

Alvo nampak duduk sendiri di sebuah balkon besar yang ada di luar Althea. Pemandangannya memang mengagumkan, gemerlap lampu yang ada di bumi sedikit samar karena awan yang menutupi. Angin sepoi-sepoi dengan semerbak wangi bunga. Nampak sesekali phoenix yang menjaga Malghavan beterbangan kesana kemari bahkan kadang hinggap di balkon itu. Alvo kadang mengulurkan tangannya untuk mengelus sayap sang phoenix. Sebuah buku berada di tangan Alvo, entah buku apa lagi yang di baca kali ini. Dia bilang buku adalah caranya meningkatkan kemampuannya untuk membuat orang lain bahagia juga cara untuk dirinya sendiri agar tak terlalu tertekan.

"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" Tanya Vaz yang baru saja datang.

"Seperti yang kau lihat." Alvo hanya menunjukkan buku yang dia pegang saja dan Vaz mengerti.

Mengikuti langkah Alvo, Vaz mengambil sebuah buku dan ikut duduk di sampingnya. Tapi alih-alih membacanya, Vaz justru mengajak Alvo bicara.

"Kau terlalu banyak bekerja Alvo." Ucap Vaz.

"Siapa? Aku? Semua orang bekerja keras disini." Ucap Alvo tentu saja mengelak.

"Ya kau memang selalu begitu. Kau merasa bahwa ini semua adalah tanggungjawabmu. Malghavan, xanders, manusia. Sudah ada Basta disini. Aku dan lainnya juga bisa membantu, tapi kau berakting seolah-olah kau yang bertanggungjawab disini. Owh tentu dalam cara yang positif tentu saja." Ucap Vaz lagi.

"Lalu apa sebenarnya maksudmu?" Tanya Alvo.

"Berisitirahatlah, bersenang-senanglah." Ucap Vaz.

"Aku sedang melakukannya." Tentu saja Alvo merajuk pada buku yang sedang dia baca.

"Ah, kau tahu bukan itu maksudku." Ucap Vaz sulit untuk bicara lagi.

"Hehehe. Aku tahu maksudmu. Kau tenang saja. Aku tidak akan gila karena ini." Ucap Alvo.

"Ya tapi menurutku kamu akan segera gila. Ah, hanya gali saja hobimu yang lain, yang benar-benar akan membuatmu gembira." Ucap Vaz.

Karena Vaz tidak akan berhenti bicara hingga dia menutup bukunya, Alvo memilih menyerah dan mengatakan pada Vaz akan coba turun ke Bumi dan menuruti keinginannya. Walau tentu saja entah apa yang akan terjadi di bawah sana. Alvo melewati Orion, membayangkan sebuah tempat yang indah dan entah bagaimana dia berada di Seoul - Korea tepatnya di sebuah galeri seni yang entah milik siapa ini. Alvo menatap saja pada barisan-barisan lukisan ini, tapi entah mengapa pikirannya melayang pada Juno.

Alvo tahu Juno suka melukis walau memang dia tak begitu sering menunjukkan hasil karyanya. Bahkan diantara para Xanders, hanya dia dan Vaz yang mengetahui tentang bakat melukis Juno. Bahkan Basta kakak kandungnya pun juga tidak mengetahuinya karena dia selalu sibuk atau mungkin menghindar. Alvo ingin sekali membenahi hubungan keduanya. Dan begitulah Alvo, selalu memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri.

Alvo menyukainya, hasil lukisan yang ada disini. Bahkan membelinya satu untuk dibawa kembali ke Althea. Sebuah lukisan abstra saja sebenarnya dengan dominasi warna pink dan abu. Mungkin akan dipasang di salah satu sudut rumah mereka. Toh selama ini rumah itu memang terlalu sepi. Semoga saja Juno tak tersinggung karena dia membawa pulang hasil karya pelukis lain alih-alih karyanya. Bahkan karena terlalu menyukainya, Alvo berjanji akan datang lagi ke galeri-galeri seni lainnya suatu saat nanti.

Alvo keluar dan berjalan menyusuri jalanan padat Kota Seoul, hingga tiba di sebuah sungai yang sangat teramat besar bernama Sungai Han. Mendapati sebuah persewaan sepeda yang membuatnya kembali ke masa lalu saat ibu nya mengajarinya naik sepeda dan pergi ke manapun yang dia mau dengan sepeda. Tentu saja sebelum ibunya meninggal dan dia diundang ke Malghavan oleh seseorang yang tak dia kenal.

"Anda ingin menyewa sepeda?" Tawar seorang penjaga.

"Ah iya iya boleh. Sebenarnya aku sudah cukup lama tidak naik sepeda. Semoga aku tidak merusakkan sepedamu." Ucap Alvo ramah.

"Hahaha. Tenang saja. Aku sudah mengansurasikan semuanya." Ucap bapak penjaga itu tentu saja bercanda.

Alvo mencoba lagi mengayuh sepedanya dan walau sedikit tertatih pada awalnya, akhirnya dia mampu menguasainya. Dia menikmati cahaya lampu juga bulan yang kali ini terlihat lebih jauh dari biasanya. Dia juga menikmati pantulan cahaya di Sungai Han juga cuacanya yang sedikit dingin malam ini menyapu tubuhnya. Dia menikmati pemandangan segala umat manusia yang nampak bahagia dengan berbincang satu sama lain. Hingga dia melihat seorang pria sedang duduk sendiri di kejauhan.

Alvo berhenti dan memutuskan sedikit berbasa-basi pada pria yang nampak kalut itu.

"Apa yang terjadi padamu tuan? Kau nampak kacau?" Tanya Alvo.

"Aku hanya sedang lelah saja. Aku harus bekerja hingga malam dan nanti masih harus bekerja paruh waktu di minimarket hingga pagi. Istriku di rumah sedang hamil besar membutuhkan banyak biaya yang aku tidak tahu harus bagaimana mendapatkannya. Belum lagi orangtuaku sedang sakit dan mengharapkan juga bantuan dariku. Adikku yang juga sedang kuliah menelpon dan mengatakan dia membutuhkan uang untuk membayar biaya semester." Entah kenapa pria itu membicarakannya semua dengan Alvo lalu menoleh sekilas.

"Dan bahkan sekarang entah kenapa saya membicarakan semua masalahku dengan orang asing." Ucap pria itu lagi.

"Sejujurnya saya juga hampir merasakan hal yang sama denganmu tapi aku rasa masalah anda jauh lebih berat dan rumit. Tapi saya menyadari satu hal bahwa kita memang harus berdamai dengan keadaan. Anda sangat bisa sedikit berisitirahat dan mengambil nafas sejenak. Coba pikirkan lagi apa yang bisa anda lakukan untuk sedikit meringankan semuanya. Lalu baru melangkah sesuai kemampuan anda tanpa harus melihat langkah orang lain." Ucap Alvo lagi yang entah mengapa sebenarnya bicara untuk dirinya sendiri.

"Pulang dan istirahatlah pak." Saran Alvo akhirnya dan sang pria hanya mengangguk saja.

"Terima kasih untuk semua kata-kata manismu. Tapi siapa kamu anak muda?" Tanya sang pria.

"Ah aku Alvo, aku bekerja di sebuah magic shop sekitar sini." Ucap Alvo segera beralih.

Alvo melihat bagaimana pria itu nampak sedikit riang. Tubuhnya yang terlihat lesu pada awalnya kini nampak lebih bersemangat dengan tubuh dan langkah tegap. Senyum juga sempat pria itu tunjukkan pada Alvo saat dia pamit dan kembali mengayuh sepedanya kearah yang berlawanan. Memikirkan kembali kata-katanya sendiri yang seharusnya untuk orang lain itu. Alvo sedikit tersenyum memandang lagi Sungai Han malam itu, sepetinya bersepeda akan menjadi satu aktifitas yang akan dia lakukan mulai kini. Sudah sekian lama Alvo memang tidak turun ke Bumi kecuali kalau memang dia harus menjalankan misi. Ternyata keinginannya untuk menghindari omelan Vaz di Malghavan tadi merupakan keputusan yang tepat.

"Tugasku membuat orang lain bahagia dan bagaimana aku bisa membuat orang lain bahagia dengan kata-kata yang keluar dari mulutku kalau aku sendiri tidak mempercayainya? Aku rasa aku harus mulai memikirkan diriku sendiri sejak saat ini." Batin Alvo dalam hatinya.

avataravatar
Next chapter