1 Bab 1: Malaikat Kecil Mama

Pagi yang cerah ini aku mengenakan rok plisket hitam dengan kemeja putih polos serta dibalut rompi hitam dengan panjang selutut dan kerudung hitam yang senada.

Dengan menggendong tas ransel kecil di punggung ku. Aku berjalan dari lorong ke lorong menuju tempat kerjaku.

Ohh iyaa.... Perkenalkan aku Alisya Danin, umur 23 tahun, aku maha siswa semester akhir disalah satu universitas swasta yang ada di jakarta. Sebenarnya aku sudah melakukan sidang akhir, tinggal menunggu hari wisuda.

Selama ini Aku bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Pekerjaan ini sudah aku tekuni dari awal aku memasuki bangku perkuliahan.

Kalau untuk biaya kuliah sih aku tidak bingung karena aku mendapat beasiswa full dari Universitas. Namun untuk kebutuhan sehari-hari ku siapa yang akan menanggungnya kalau bukan aku sendiri?... Iya kan?...

Makanya aku harus kerja. Orang tua ku sudah tiada 7 tahun lalu saat aku masih kelas tiga SMP, karena kecelakaan.

Lalu aku tinggal bersama pamanku yang berada di semarang dan mau merawat ku sampai lulus SMA.

Empat tahun terakhir ini aku memutuskan untuk belajar hidup mandiri. Aku tidak mau membebani keluarga paman lagi.

Aku pindah ke Jakarta untuk berkuliah. Bisa dibilang saat ini aku sebatang kara. Yang hidup untuk diri ku sendiri.

Rencananya sih setelah wisuda dan mendapat ijazah aku akan pergi mencari pekerjaan tetap. Yah supaya kehidupanku lebih baik lagi ya kan?...

***

Hari ini cuaca sangat cerah. Hari ini aku bagian masuk shift pagi. Biasanya aku akan mengambil kelas pada pagi hari dan bekerja pada siang hari.

Dan malam harinya aku gunakan untuk mengajar di sebuah panti asuhan. Panti yang memberiku tempat tinggal selama kurang lebih 2 bukan ketika pertama kali menginjakan kaki di Jakarta, sebelum bisa menyewa rumah.

Dengan hati riang aku berjalan melewati lorong lorong perumahan tempat sewa ku untuk mencari tukang ojek yang biasa mangkal di perempatan.

Tempat ku bekerja tidak terlalu jauh sih, hanya sekitar 15 menit pakai motor.

"Tumben sepi" Gumam Ku sambil menoleh kanan kiri mencari tukang ojek yang biasanya jam segini sudah mangkal. Ku lirik jam tangan milikku. "07:15"

"Owaaaa.... Owaaaa.... Owaaaaa.... "

Terdengar suara tangis bayi yang tak jauh dari tempat ku berdiri. Keningku berkerut memikirkan segala kemungkinan.

"Bayi...?" "Bayi siapa?"

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari asal suara itu..

"Owaaaa.... Owaaaa.... Owaaaaa.... "

"Suaranya makin jelas" Sambil mendekati asal suara tersebut.

"Astaghfirullahalazim... Ini bayi siapa?" Ucapku seraya menutup mulutku karena kaget.

Yah siapa juga yang tidak kaget melihat bayi yang menangis didalam kardus, dan tidak ada siapapun disekitar nya.

Bayi itu mengenakan sepasang baju wol lengan dan celana panjang berwarna biru langit. Air matanya yang mengalir pada matanya yang cerah.

Wajahnya sungguh rupawan. Kulit seputih salju, mata bulat bersinar, hidung mancung, dan juga bibirnya yang tipis dan merah muda.

Manis sekali.

Tangis bayi itu sungguh memilukan dan menyayat hati. Karena tak tega melihat nya yang menangis ku putuskan untuk menggendongnya dalam pelukanku.

"Sayang,,, Dimana orang tuamu sayang?"

Ku timang timang bayi itu dengan penuh cinta. Entah mengapa aku seperti memiliki ikatan dengan bayi ini.

"Cup cup cup, tenang ya. Aku akan menolong mu".

Setelah beberapa saat berada dalam pelukanku tangisnya mulai reda.

" Apa yang harus aku lakukan"

Gumam Ku seraya mencari seseorang yang mungkin bisa ku mintai bantuan.

Sungguh aku tak tau apa yang harus dilakukan saat ini.

Tiba tiba terdengar suara motor yang berhenti tepat didepan ku.

"Alisya" Sapa seseorang yang turun dari motornya.

Penampilannya seperti tukang ojek, memakai celana jeans hitam dan jaket kulit yang menempel ketat pada tubuh tegapnya.

"Bang Edo..!!! "

"Untung bang Edo ada disini"

Pekik ku bersemangat saat melihatnya. Sungguh aku bisa minta tolong padanya tentang bayi ini.

"Bayi siapa Sya..? Anak kamu..? Kapan lahirannya...? Anak sama siapa? Kok aku ga tahu..?"

"Aduh bang satu satu dong tanyanya. Ini bukan anaknya Alisya. Alisya nemuin bayi ini di situ"

Jawabku seraya menoleh ketempat dimana aku menemukan bayi yang sekarang berada dalam pelukanku.

Ku lirik bayi dalam pelukan ku, Garis wajahnya terlihat sangat nyaman berada dalam pelukanku.

"Alisya ga tau ini bayi siapa, tadi bayi ini nangis. Alisya ga tega liatnya jadi Alisya gendong. Alisya ga tau harus gimana. Kasihan bayi ini bang. Bantuin Alisya ya bang. Kita kerumah pak lurah. Ya.... Anterin Alisya ya bang"

"Ayo bang"

Kataku sambil menarik tangannya menuju motor yang di parkir kan nya di tepi jalan.

"Ahh.. Iya iya, ayooo!!".

***

Dirumah pak lurah.

" Jadi kamu nemuin bayi ini di pangkalan ojek depan? " Tanya pak lurah mencari penjelasan dari apa yang aku dan bang Edo ceritakan.

"Iya Pak" Jawab kami serentak.

"Kami tidak tau harus gimana. Dan juga tidak tau siapa yang ninggalin bayi ini disana,. Jadi kami bawa kesini, siapa tau pak lurah bisa bantuin kita nemuin orang tua dari bayi ini" Lanjut edo dengan argumennya.

"Kalaupun kita bisa nemuin orang tuanya, apa iya mereka bakal nerima bayi ini lagi. Kalau mereka menginginkan bayi ini tidak mungkin mereka tinggalkan begitu saja di sana". Sanggah pak lurah, yang kurasa itu benar.

Kalau orang tua dari bayi ini menginginkan bayinya, menyayangi bayinya. Tidak mungkin ditinggalkannya begitu saja.

Kulirik bayi yang masih dalam pelukanku. Wajahnya yang teduh sungguh damai. Wajah polosnya sungguh menyejukkan hati apabila dipandang. Dia tertidur.

"Jadi bagaimana pak?". Tanya ku pada pak lurah, agar beliau segera mengambil keputusan akan bayi ini.

" Kita bawa ke panti asuhan KASIH BUNDA saja. Bayi ini pasti akan mendapat hidup yang lebih kayak jika dirawat oleh pihak panti. Lagian nak Alisya juga kerja di sana juga kan? ".

Ucap pak lurah memberikan keputusannya.

"Mari kita ke sana" Lanjutnya seraya menuntun kami menuju panti asuhan kasih bunda.

Aku, bang Edo, dan pak lurah berangkat menuju rumah panti asuhan kasih bunda.

***

avataravatar
Next chapter