1 Prolog

Aku bertemu dengan Tuhan.

Berdiri diruangan serba putih, didepanku adalah eksistensi tertinggi di alam semesta.

"Aku akan memberimu satu kesempatan..."

Tuhan mengatakan itu kepadaku, kenapa aku bisa berhadapan dengan Tuhan secara langsung. Itu sebenarnya sangat sederhana, aku sudah mati, ya itu benar. Aku mati sekitar  lima belas menit yang lalu, dan saat aku sadar aku sudah dibawa ditempat serba putih seperti ini. Tanpa ujung, dan tanpa akhir, hanya berisi warna putih hampa, aku ragu jika ini adalah surga. Karena yang kurasakan ini bukanlah kegembiraan, melainkan rasa sakit.

Sebelum mati, aku adalah orang yang putus asa, gagal dalam karir membuatku depresi, selain itu tidak banyak hal yang bisa kulakukan jadi aku berakhir dengan menjadi pengangguran. Keluargaku juga hancur, ayah dan ibuku bercerai, dan ibuku mengambil hak asuhku.

Namun karena aku tidak ingin menyusahkannya, aku memutuskan untuk mencoba hidup mandiri sejak SMP. Tapi apa yang kudapat, saat aku menginjak SMA, aku mendapat kabar bahwa ibuku meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Sejak itu aku mulai kehilangan cahaya hidupku, aku mulai pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam hidupku kedepannya.

Aku menyerah dalam segala hal, dan sejak waktu itu aku sudah berhenti untuk berdoa kepada Tuhan. Lagipula aku sudah tidak memiliki apa-apa, sekarang aku hanyalah sebuah cangkang kosong yang terlihat rapuh hingga dapat hancur hanya karena diterpa oleh hembusan angin biasa.

Aku tidak tahan lagi dengan semua ini, dan tanpa kusadari aku telah kehilangan segalanya. Sahabat, teman, pekerjaan, harapan, dan nyawa. Aku bunuh diri, sambil meninggalkan kegelapan didalam hatiku.

"Apa yang dimaksud dengan satu kesempatan?" Aku bertanya.

"Aku akan memberimu satu kesempatan untuk menjadi seorang Malaikat hitam."

"Malaikat hitam?"

"Malaikat yang bertugas untuk mencabut nyawa manusia, karena suatu alasan, aku akan menjadikanmu malaikat hitam untuk mencabut nyawa manusia sesuai dengan daftar kematiannya."

Aku terdiam dengan jawaban eksitensi tinggi tersebut. Setelah mati aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan diutus untuk menjadi seorang malaikat pencabut nyawa, satu-satunya yang kupikirkan adalah masuk surga atau neraka.

Lagipula, mencabut nyawa seseorang terdengar mengerikan. Sejujurnya aku tidak mau melakukan sesuatu yang merepotkan setelah aku mati. Selain itu, bukankah orang mati seharusnya mendapatkan ketenangan dan kedamaian? Sepertinya itu tidak berlaku padaku.

Tanpa kusadari, tangan kiriku mengeluarkan asap hitam. Dan terdapat gambar dua sayap hitam yang menempel pada punggung tanganku, aku sempat berpikir bahwa itu hanyalah tempelean biasa, tapi saat aku mencoba mengusapnya, gambar tersebut tidak menghilang.

"Kageyama Kaito, dengan ini aku telah melantikmu menjadi malaikat hitam. Kau tidak bisa membangkang dari perintahku, dan tugasmu adalah mencabut nyawa manusia sesuai dengan daftar yang tertera dalam buku kematian."

Sebuah buku muncul didepanku, buku dengan warna sampul hitam pekat. Aku menerimanya lalu membukanya, didalamnya terdapat banyak sekali nama manusia dari atas ke bawah, dan disetiap nama terdapat tanggal dan hari, yang sepertinya adalah waktu kematian mereka.

"Izinkan aku bertanya, bagaimana jika aku melakukan kesalahan saat mencabut nyawa, misalkan aku mencabutnya sebelum waktu kematiannya?" Aku bertanya.

"Maka kau akan mendapat hukuman, hukuman bersifat rahasia. Dan setiap malaikat hitam memiliki hukuman yang berbeda-beda."

Baiklah, itu sudah cukup untuk membuatku takut untuk membuat kesalahan. Lalu aku bertanya lagi mengenai cara mencabut nyawa manusia, dan katanya aku hanya harus menyentuh manusia itu langsung untuk membuat roh nya keluar dari tubuhnya.

Para Malaikat hitam tidak akan terlihat oleh manusia, jadi mereka dapat menjalankan tugas dengan lebih leluasa.

Aku termenung sejenak untuk berpikir, "Berapa lama aku akan menjadi Malaikat hitam?"

"Hingga semua daftar manusia yang harus kau cabut nyawanya habis. Kau bisa beristirahat dengan tenang di surga."

Jujur saja ini tawaran yang menggiurkan, aku  mendapat jaminan bahwa aku akan masuk surga dan beristirahat dengan tenang setelah menyelesaikan tugasku. Jadi kupikir ini tidak terlalu buruk.

"Dengan segala hormat dan terimakasih, aku menerima tawaran ini. Tolong jadikan aku seorang Malaikat Hitam."

Hidupku yang hampa dan kosong ini, aku sudah menyerah dan mati. Lalu sosok Tuhan melantikku menjadi salah satu dari Malaikatnya, yaitu seorang Malaikat hitam.

Aku berharap, aku bisa menemukan jawaban yang berbeda setelah menjadi seorang Malaikat.

"Namamu sekarang adalah Lucifer, aku memberimu hak untuk turun ke dunia sekali lagi dan menjalankan tugasmu sebagai seorang utusan Tuhan!"

Dengan begini, kehidupanku sebagai sosok dari tangan kanan Tuhan telah dimulai.

avataravatar
Next chapter