1 Bab 1 Mendung

Nit... Nit... Nit...

Tanda pintu gerbang depan terbuka dengan perlahan. Pintu gerbang yang dilengkapi dengan sensor wajah. Yang hanya terbuka jika sang pemilik wajah sudah terdaftar dalam list security sistem yang ada.

Dengan mengendarai Motor matic kesayangannya Vio melaju ke garasi mobil di samping rumahnya. Motor matic ini sudah dimodifikasi dengan tambahan beberapa benda yang bisa dibilang lebih mahal dari harga asli motor itu sendiri.

Motor terus melaju hingga berhenti tepat di sebelah Aston Martin Vulcan dengan warna merahnya yang menantang dengan hiasan api di dinding mobil kesayangannya itu. Seakan-akan memperlihatkan kobaran api yang membara dengan kombinasikan warna merah, orange dan biru membuat siapapun yang melihat mobil keren itu tidak akan mampu berkedip.

Sambil terus berbicara tanpa henti dengan santainya Vio turun dari motor, tanpa memperhatikan sekelilingnya, menarik kacamata nya hingga bertengger di atas kepalanya membuat rambutnya yang kecoklatan tertarik ke belakang dengan indahnya.

"Kedai Guwe jam 7 malam. Ingat!! Jangan lupa... jam 7 malam!!" Dengan tegas Vio mengulang kembali kata-katanya.

"Oke." Jawaban dari lawan bicaranya yang terdengar dari ponselnya.

"Aku nggak akan mau lagi memaafkanmu apalagi berbicara denganmu kalau kamu sampai terlambat lagi." Dengan nada mengancam Vio kembali mengatakan balasan kalimatnya.

"Hmmm." diikuti dengan bunyi Tut... Tut... Tut... tanda bahwa pihak lain sudah menutup sambungan telepon.

Wah... Dia benar-benar irit... Bahkan ngomong saja iritnya bukan main. Berapa kata bahkan kalimat-kalimat yang kukatakan hanya dijawab dengan satu kata. Benar-benar luar biasa.

Dia benar-benar tidak pernah berubah. Kalau orang lain yang bicara denganku seperti ini sudah kuhajar sampai babak belur.

Sembari melepaskan headset bluetooth dari telinganya Vio berbalik. Vio baru menyadari ada mobil Mercedes Benz coklat metalic masuk dan berhenti tepat di depannya.

Ada seorang laki-laki yang keluar dari belakang tempat kemudi sopir lalu segera membuka pintu penumpang di depannya. Keluarlah seorang wanita paruh baya yang anggun dengan penampilan yang sederhana dan elegan. Dari penampilannya memancarkan aura kehangatan seorang ibu yang lembut, ramah dan berkelas, tetapi tetap low profile.

"Mam... dari mana?? Kukira Mama ada di rumah. Tumben, ga biasanya Mama keluar rumah sendirian ga sama Papa." Baru saja turun dari mobil sudah ditanya sama anak gadis kesayangannya.

"Dari tempat nenekmu. Mama lagi kangen sama suasana di perkebunan sekalian mengantarkan titipan Xaxa yang belum sempat mama berikan terakhir kali kesana. Kamu sendiri dari mana? Kenapa jam segini kamu baru pulang? Ga biasanya kamu melewatkan makan siang di rumah seperti ini. " jawab Mamanya dengan santainya.

"Aku tadi habis dari rumah Ardi mah... Ngambil motor kesayangan aku ini... Kelamaan kalo nunggu tuh anak balikin motorku. Bisa jamuran aku mah. Jadi tadi siang sekalian makan di rumahnya. Aku kesana naik taksi. Kan tadi pagi aku diantar sama Pak Burhan. Hehehe..." jawab Vio sambil gelendotan di lengan Mamanya dan menoleh ke arah sopirnya, Pak Burhan sambil tersenyum.

Pak Burhan pun membalas senyuman Vio dengan sopan sambil mengangguk.

Sambil berjalan menuju ke arah pintu utama Vio melepaskan pegangan tangannya dan mulai berjalan di samping Mamanya sambil berkata,

"Maaf ga bilang dulu mah... Besok-besok aku pasti bilang dulu ke mama. Ga bakalan lupa dech. Vio janji." mamanya diam saja.

"Oh ya mah... Ntar malem aku mau keluar... Mau ketemuan sama Xaxa di Kedai Guwe. Ntar malem jam 7. Jadi aku ga makan malam di rumah." Sambil memperlihatkan wajah memohonnya dan mengedipkan kedua matanya yang sipit sambil bersikap manja dengan Mamanya.

"Baiklah." Mamanya kembali menjawab dan memenuhi permintaan anak gadis kesayangannya itu dengan santainya.

"Thanks Mom. You are the best mom ever!" Vio mencium pipi mamanya sambil berlari... Berlalu menuju kamarnya.

Mamanya yang melihat tingkah anak gadisnya yang seperti itu hanya menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum. Kemudian ia tidak segera ke kamar tapi menuju ke dapur.

"Bi Umi... Tolong potongkan beberapa buah dan bawakan nanti ke kamar Vio ya Bi... Sepertinya Vio tadi belum makan dessert." perintah mama Vio dengan sopan kepada Bu Umi, pelayan di rumah yang sangat setia, yang sudah bekerja sejak sebelum Vio lahir.

"Baik Nyonya." jawab Bu Umi dengan langsung membuka kulkas 2 pintu seukuran lemari pakaian. Begitu dibuka, terlihat ada berbagai macam buah segar di dalamnya. Apel, anggur, cerry, duku, melon, mangga, jambu, buah naga, kiwi. Benar-benar seperti sebuah etalase buah yang mewah.

Dengan cekatan Bi Umi mengupas, memotong dan mencuci buah-buahan yang ada. Tidak lupa juga membuat Jus buah kesukaan Vio, buah naga dengan madu dan susu.

Begitu Vio membuka kamarnya. Ia merasakan kenyamanan. Vio melempar headset bluetooth nya dan juga ponselnya dengan sembarangan ke tempat tidur, lalu melemparka dirinya sendiri ke atas kasur empuk itu. Vio memejamkan mata sebentar dan mengatur nafasnya. Tidak lama kemudian ia membuka kedua matanya lalu duduk dan berdiri, melangkah menuju kursi kayu panjang berwarna hitam dengan ukiran-ukiran unik pada sandaran dan kedua bahu kursi panjang tersebut yang berada di bawah jendela kamarnya. Ia duduk di atas kursi beralaskan karpet tebal yang lembut kemudian menatap keluar jendela kamarnya. Melipat tangan kirinya di ambang jendela dan menyandarkan kepalanya. Menatap keluar dan mengamati cuaca. Langit terlihat terang, ada sedikit awan gelap.

"Semoga nanti cuacanya bagus... " gumam Vio pelan.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu kamar Vio diketuk. Dari luar terdengar suara

"Non, ini Bibi bawakan buah sama jus buat Non Vio."

"Masuk aja Bi, pintunya ga dikunci kok." jawab Vio dari dalam kamar.

Kemudian terdengar suara pintu kamar dibuka dan masuklah seorang wanita tua dengan rambutnya yang sudah banyak yang menjadi putih keperakan dengan membawa sepiring potongan buah beraneka macam dan segelas jus buah di atas nampan perak.

"Makasih Bi, letakkan saja di atas meja. Nanti saya makan. Aku mau istirahat dulu. Ntar tolong bangunin jam 5 sore ya Bi. Aku mau ketemuan sama Xaxa ntar malem." lanjut Vio.

"Iya Non." jawab Bu Umi sambil keluar dan menutup pintu dengan pelan.

Vio beranjak dari tempat duduknya, menuju meja. Diambilnya beberapa potong buah dan memakannya. Ia minum jusnya lalu menuju ke ranjang. Menutup mata dan tertidur.

...

...

Tok... Tok... Tok...

"Non... Non Vio." Tidak ada suara dari dalam kamar. Kemudian Bi Umi kembali mengetuk pintu kamar.

Tok... Tok... Tok...

"Non... Non Vio... ini sudah jam 5 sore. Katanya mau ketemuan sama Non Xaxa. Non... Non Vio... bangun, nanti telat lho." kata Bi Umi dengan lembut.

Tidak lama terdengar suara dari dalam kamar.

Vio beranjak dari kamar dan membuka pintu.

"Iya Bi... Vio bangun nich... Mmmmm" dengan muka khas bangun tidur dan gerakan badannya yang meregangkan kedua tangannya ke atas dan kemudian mulai membuka matanya lebar-lebar.

Bi Umi tersenyum kemudian meninggalkan Vio yang masih berdiri di ambang pintu kamar.

Vio kembali masuk ke kamarnya, melihat keluar jendela kamarnya dan melihat ke langit.

Awan gelap menutupi awan terang yang tadi siang masih terlihat terang. Awan gelap itu berkumpul dan akhirnya Vio pun berkata...

"Hhhhh... Mendung. Sebaiknya aku segera mandi, bersiap lalu segera ke Kedai... keburu hujan" Ia pun menuju ke kamar mandi.

avataravatar
Next chapter