webnovel

Penyembuhan Diri Yang Gagal

Asmodeus tersadar dari pingsannya, cukup kuat pukulan dari Alicia yang membuat ia pingsan dalam waktu yang lama. Padahal, ia tidak pernah mempan di pukul dengan kayu oleh seorang wanita. Tapi, ini pertama kali ia mendapatkan pukulan sekali dan pingsan dari seorang wanita. Sangat memalukan buatnya sebagai seorang pangeran. Iblis itu mengusap bagian tengkuk lehernya yang terasa sangat nyeri.

"Auh ...!" Keluhnya kesakitan. "Dasar cewek sialan! Berani-beraninya dia memukulku sampai bikin aku pingsan begini!" pikirnya. Ia pun berdiri dengan segenap tenaganya yang belum pulih sepenuhnya. Pandangan matanya masih terlihat samar-samar. Lalu ia berjalan pelan, menghampiri di mana Orthus sedang mengkoyak-koyakkan tubuh Riel. "Cewek itu pasti sedang membantu Riel!" gumamnya, masih mengelus-elus tekuk lehernya.

Namun, kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang Asmodeus pikirkan. Suasana terlihat sepi dan tenang, Alicia dan Riel sudah tidak berada di tempat itu. "Kemana perginya mereka?" Hanya saja, Asmodeus melihat anjing kesayangannya tergeletak dengan posisi telentang di tengah jalan. Tak berdaya. "Orthus!!" teriak Asmodeus, ia berlari menghampiri Orthus yang sedang sekarat, menahan rasa sakitnya.

"Orthus, kau tidak apa-apa? Dan siapa yang melakukan ini?" tanya Asmodeus begitu kuatir melihat keadaan anjing kesayangannya itu tergeletak dalam keadaan terluka parah.

Kaing.

Asmodeus melihat cairan berwarna hijau yang menempel di telapak tangannya. "D-darah?" cairan berwarna hijau itu terus keluar dari luka di perut Orthus. Ia sangat terkejut ketika matanya mendapati luka yang cukup besar di bagian perutnya. "Bagaimana bisa luka separah ini ada di tubuhmu, Orthus? Apa mereka pelakunya?"

Guk.

"Ternyata mereka pelakunya!" Asmodeus terlihat sangat marah, dahinya mengkerut, matanya terbuka cukup lebar dengan rahang sedikit melebar. "Aku akan balaskan perbuatan mereka untukmu, Orthus!" kata Asmodeus berjanji.

"Aku akan mengobatimu, Orthus. Jadi tetaplah diam sebentar sampai aku benar-benar selesai menyembuhkanmu!" lanjutnya. Orthus hanya menggonggong saja.

Asmodeus mulai menggerakan kedua tangannya. Gumpalan asap berwarna abu-abu dan hitam muncul dari kedua tangannya. Tangan kanan, asap hitam keluar begitu banyak menyelumuti bagian telapaknya. Sedangkan asap berwarna abu-abu, muncul dari tangan kiri Asmodeus. Lalu ia memadukan kedua asap itu hingga membentuk zigzag dan mulai menyelimuti luka Orthus ketika kedua telapak tangan Iblis itu ditempelkan ke permukaan luka.

Adik dari Lucifer itu berkonsentrasi, kedua asap berbeda warna itu pun lambat laun masuk ke dalam luka itu. Luka yang semula lebar, lambat laun menutup pelan-pelan. Namun tidak seperti semula, cahaya yang terpancar dari tangan Alicia berasal dari bola kristal kehidupan dari Raja Akhirat. Akan sangat sulit Orthus sembuh seratus persen.

Asmodeus mulai kelelahan, tetapi luka Orthus belum bisa ia sembuhkan seperti sedia kala. "Sial ...." gerutunya kesal. Ia mengatur napasnya sambil menyeka keringat yang mengucur. Tenaganya cukup terkuras untuk menyembuhkan anjing kesayangannya. "Kenapa lukanya tidak mau ketutup juga? Padahal seluruh kekuatan sudah kukerahkan untuk menyembuhkan luka kecil ini?" pikirnya cukup geram melihat luka itu ternyata sangat dalam hingga menembus tulang rusuk Orthus.

"Bagaimana bisa lukanya seperti ini? Apakah Lucifer yang melakukan ini semua?" pikir Asmodeus semakin geram. "Gue gak akan ngebiarin elu bebas, Lucifer, biarpun elu kakak tiri gue atau elu yang memberikan Orthus untuk gue, tapi gue tetap akan buat perhitungan dan bikin elu gak bisa liat cewek itu lagi!" Janjinya bertekad pada diri sendiri.

"Orthus, lebih baik kita sembuhkan diri kamu dulu. Setelah itu kita kejar mereka sampai dapat."

Guk.

"Kau bisa berdiri, Orthus?"

Guk.

Tak lama anjing neraka itu berubah menjadi anjing kecil yang menggemaskan. Asmodeus menggendongnya, gumpalan asap hitam legam pun mulai bermunculan setelah Iblis itu menggerakan beberapa kali tangannya. Pintu portal ke neraka pun muncul, lalu terbuka lebar.

Asmodeus masuk, sihir-sihir yang ia tebarkan di sekitar komplek perumahan Alicia mulai hilang dan semua orang mulai tersadar.

****

Di lain tempat,

Riel melakukan meditasi untuk mengeluarkan racunnya. Jantungnya seolah mati rasa dan tak berfungsi. Dahinya mengerut, sebutir keringat muncul dari dahinya. Riel menahan rasa sakit, kemudian ia melakukan gerakan seperti sebuah jurus beladiri. Lalu ia turunkan kedua tangannya secara perlahan-lahan.

Alicia duduk di depan Riel. Ia melihat apa yang dilakukan Malaikat maut itu dengan seksama. Tak berani bicara, sebab, Riel sudah menyuruhnya diam selama ia melakukan meditasi. "Kenapa harus tempat ini sih?" pikir Alicia sangat kesal. Ia cukup trauma dengan yang namanya hutan. Tempat yang ditumbuhi banyak pohon-pohon itu adalah tempat di mana ia kecelakaan dan juga tempat ia bertemu mahluk-mahluk halus. "Kenapa dia tidak mau meditasi di rumahku?" pikirnya lagi.

Ia memeluk lututnya, udara sudah semakin dingin dan ia merasa bergidik ngeri. Matanya mendadak mengawasi keseluruh ruang di goa itu. Ia takut mahluk-mahluk halus datang mendekati walau Riel sudah memasang pelindung pada goa itu.

Riel, mendadak terbatuk-batuk. Dadanya terasa sangat sakit. Racun itu cukup keras untuk di lawan.

Ohok.

Ohook.

Oohook.

Darah bercampur air liur keluar dari mulutnya cukup banyak. Bukan darah segar, melainkan darah hitam bergumpal keluar dari mulutnya yang bercampur air liur.

"Riel!!" pekik Alicia. Ia bergegas bangun dan menghampirinya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Alicia. Wajah cemasnya kembali terlihat jelas. Ia memegang lengan Riel yang hampir terjatuh.

Malaikat maut itu tak menjawab, ia meringis sambil mengatur napas yang terengah-engah. "Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang!"

"Bodoh, mana bisa racun berasal dari neraka di sembuhkan seorang dokter manusia!" tolak Riel secara terang-terangannya. "Kami Malaikat punya cara untuk menyembuhkan diri agar kami tidak mudah mati!" lanjutnya.

"Jangan terlalu memaksakan diri kalau kamu tidak bisa menghilangkan racun itu di tubuhmu. Ayo bangun dan ikuti aku!" ajak Alicia secara paksa.

"Sudah kubilang berapa kali padamu, gadis bebal! Aku malaikat, tidak mungkin mati hanya gara-gara racun seperti ini d--"

Ohok.

Ohok.

Riel kembali batuk, darah hitam keluar lagi, membuat tubuhnya benar-benar kehilangan tenaga juga melemah.

"Lihat, kau masih keras kepala, huh? Mau sampai kapan kau ingin menyembuhkan diri dengan kekuatan sihirmu itu. Sampai kamu mati?" sergah Alicia. "Ayo cepat, kita tidak punya waktu lama sebelum racun itu semakin menjalar ke tubuhmu, Riel!" Kali ini, Alicia sangat memaksa Malaikat maut. Dan usahanya berhasil melunakkan sifat kerasnya itu.

Riel beranjak bangun dibantu Alicia. Pelan-pelan. "Aku bisa jalan sendiri!" Riel menepis tangan Alicia yang memegangi dan hendak menyangkilkan tangan Riel di pundaknya.

"Jangan keras kepala, keadaanmu itu sangat parah dan lemah. Sini, biarkan aku membantumu!" Alicia benar-benar memaksanya. Dan mulai memapah Riel untuk melangkah. Namun,

BRUUK.

Riel terjatuh. Tubuh beratnya tidak mampu gadis bertubuh kurus itu menahannya. "Riel!" Teriak Alicia, menolong Malaikat maut itu.

****

Bersambung.

Next chapter