webnovel

Mikael dan Rafael.

Riel kembali muntah. Kali ini, darah hitam keluar dari dalam mulutnya. Bukan hanya darah hitam saja yang keluar dari mulut Riel, tetapi jaga cairan putih dan sedikit busa. Alicia tetap berkonsentrasi dengan pengobatannya untuk Riel. "Bagus, racunnya sudah keluar!" pikir Alicia sedikit ada harapan buat Riel tetap hidup.

Dan suara batuk Riel membuat Mikael dan Rafael tidak berkonsentrasi bertarung. Ia menoleh ke arah Riel yang sedang di obati Alicia. "Riel!" sebut mereka secara bersamaan. Namun masih ada lawan yang harus ia bereskan agar konsentrasi Alicia tak terganggu.

"Hei ... lawanmu di sini, Bodoh!" pekik Asmodeus mengayunkan tongkatnya. Bagian runcing pada ujung tengah tongkat itu berhasil melukai wajah Mikael, setetes darahpun keliar tanpa di suruh dari lukanya yang cukup panjang. Tak mau membuang waktu, Iblis itu kemudian memutar tongkatnya dan pukulan keras dari balik tongkat Asmodeus berhasil membuat Rafael terpental cukup jauh. Hingga ke tempat Alicia dan Riel berada.

"Sial!" kata Mikael geram. Ia melihat darah di telapak tangannya. Ia menyerang dengan anak panah yang keluar dari telapak tangan Malaikat pengatur cuaca. Malaikat yang mengatur cuaca itu menghempaskan anak panahnya. Anak panah itu berubah menjadi sangat banyak.

Asmodeus melotot, kemudian, dengan sangat cekatan Iblis itu mengayunkan tongkatnya dan menangkis setiap anak panah yang meluncur ke arahnya. Rafael bergegas berdiri, berlari dan menyerang Asmodeus yang sibuk menyingkirkan satu persatu anak panah itu.

Tangan Rafael mengangkat, kemudian ia melompat tinggi dan mengarahkan pedangnya ke arah Asmodeus. "Sial, kedua Malaikat ini merepotkanku!" bisik batinnya kesal. Ia menghentakan tongkatnya ke tanah, sihir pun keluar setelah ia menggerakan tangannya itu. Api pun muncul secara perlahan, awal yang sangat kecil, lalu membesar. Asmodeus mengarahkan kekuatan apinya kedua arah, Anak panah Mikael dan Rafael.

Namun, apa yang terjadi sungguh mengejutkan. Rafael mampu menembus kekuatan api milik Asmodeus yang sangat besar dan panas itu. Api berbentuk bola itu pun terpecah belah. "Apa ini? Kenapa dia mampu melewati bola apiku?" ujar Asmodeus sangat terkejut. Matanya membulat. Iblis itu melangkah mundur saat ujung lancip pedang Rafael hampir mengenai wajahnya.

Kaboom.

Pedang Rafael beradu dengan tanah. Dan kakinya mendarat tepat di samping Asmodeus. Malaikat penyembuh itu buru-buru mengangkat pedangnya dan ia gerakan ke arah Asmodeus. Iblis itu tidak bodoh, ia pun segera mengangkat tongkatnya dan memindahkan posisi agar pedang Rafael tak mampu melukainya. Namun,

Breet.

Segores luka membuat darah keluar dan baju pakaian Asmodeus robek. Rupanya Rafael menggunakan dua pedang untuk menyerangnya. "Sial, Kau ternyata Malaikat yang licik Rafael!" imbuh Asmodeus geram. Ia pun membalas perbuatan Rafael, tongkat itu ia putar dengan cepat. Lalu, mulai membabi buta menyerang Rafael. Di tangan Malaikat pengatur cuaca itu secara bergantian menamgkis serangan Asmodeus yang semakin intens dan cepat.

Asmodeus tidak segan-segan melukai atau membuat Rafael tak berkutik dengan serangannya itu. "Apa-apaan iblis ini, dia menyerangku dengan sangat cepat! Kalau begini, bisa-bisa aku akan terluka oleh tongkatnya itu.

Tingkat trisula Asmodeus terhenti oleh kedua pedang Rafael, tetapi Iblis itu terus mengerahkan tongkatnya dengan sedikit sentuhan memutar kedua pedang Rafael terpental ke atas dan lalu terjatuh jauh dari tempatnya berada. Asmodeus menodongkan tongkatnya ke wajah Rafael. Sahabat Riel itu terdesak dalam keadaan terjatuh duduk. "Sekarang elu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, mahluk sok suci!". ujar Iblis itu senang bias mengalahkan satu malaikat. Namun, "uugh!" Luka kecil itu membuat peredaran darah Asmodeus terganggu. Tubuhnya terasa nyeri dan seperti di tusuknya. "Ada apa dengan tubuhku?" pikir Asmodeus. Ia tidak mengerti dengan keadaan tubuhnya yang mendadak sakit itu.

Mikael murka saat Rafael dikalahkan Asmodeus dan terdesak, ia kemudian mengambil anak panahnya. Tak tanggung-tanggung Mikael mengambil lima anak panah sekaligus. Ia membidiknya dan melepaskan anak panahnya, anak panah itu pun melesat sangat cepat.

"Dasar pengganggu!" pungkas Asmodeus. Dan kemudian berubah menjadi asap hitam yang legam. Menghilang seketika dalam hitungan detik. "Aku akan kembali membuat perhitungan dengan kalian!"

BLAST.

BLASST.

Panah-panah Mikael menancap di dinding Relief goa. "Dasar pengecut, bisanya kabur!" Mikael sangat geram melihat Asmodeus kabur begitu saja di tengah pertarungan. Ia menghampiri Rafael dan menolong temannya itu berdiri. "Kau tak apa-apa?" tanya Mikael.

"Ya, aku baik-baik saja!" Ia menyambut pertolongan Mikael, berdiri dan kemudian mengambil kedua pedangnya. Tak lama, pedang itu menghilang seketika. Begitu juga dengan busur serta anak panah Mikael.

Alicia sudah menghentikan pengobatannya. Riel mulai mengerjapkan mata, tanda keadaannya sudah membaik setelah beberapa jam jatuh pingsan akibat reaksi racun dari Asmodeus.

"Kau!"

"Riel, kamu sudah sadar?" Hanya lengkungan bibirnya saja sebagai jawabannya. Alicia membantu malaikat maut itu. Duduk bersandar di dinding goa. Matanya melihat dua sahabatnya datang mendekatinya.

"Hei ... Riel! Kau sudah sadar?"

Lagi, Riel hanya mampu tersenyum. Walau bukan luka yang serius, tetapi ia hampir mati oleh racun yang di dapat dari tongkat Asmodeus itu. "Ku kira kau akan mati, bocah nakal!" Julukan dari Rafael, ia mengetahui bagaimana proses Riel yang seorang pangeran iblis menjadi malaikat yang sangat disayang Raja Akhirat.

"Hei ... aku tidak akan semudah itu mati oleh Iblis itu," sergah Riel. Kedua temannya tertawa mendengar Riel yang marah.

"Ya sudah, lebih baik kau pulang ke akhirat bareng aku! Biar gadis ini pulang bersama Alicia!" seru Mikael. "Biar Rafael memberikan kekuatan pada Alicia setelah mengeluarkan banyak energi saat mengobatimu!" ujar Mikael mengusulkan.

"Tunggu!" Henti Alicia sebelum ia benar-bensr kembali. "Bagaimana kalian tau namaku?"

Mikael mentapa heran. Rupanya Alicia belum juga sadar siapa mereka sebenarnya. Lalu Rafael dan Mikael tertawa. "Gadis bodoh, kau lupa kami ini malaikat? Semua data manusia yang lahir ke dunia sudah tercatat di Akhirat, jadi, jangan bertanya seperti itu, bodoh!" Omel Riel sedikit kesal.

"Aah ... iya, maaf ... maaf ...!" ujar Alicia terlihat malu-malu. Mikael dan Rafael tertawa.

Riel menghela napas kesalnya.

"Sudah ... sudah, lebih baik kita pulang sekarang!" usul Rafael tidak bisa berhenti tertawa melihat tingkah Alicia.

Mereka pun berpisah, Alicia pulang bersama Rafael setelah memulihkan energi Alicia yang terkuras banyak, dan Riel pulang bersama Mikael lebih dulu.

Di tempat lain,

Asmodeus sudah masuk ke dalam pintu portal. Ia berjalan tertatih-tatih sambil memegang perutnya. Entah apa sebabnya, nyeri di perutnya itu sangat menyakitkan. Padahal, luka itu sangat kecil baginya, tetapi reaksinya membuat ia tak berdaya. "Sial, apa ini? Kenapa sakitnya kayak gini?" imbuhnya.

Lalu, ia terbaring lemah di kamarnya setelah sampai di istana. Ia melihat luka di perutnyam "Apa ini? Kenapa lukaku kayak gini?" pikirnya, ia bergidik ngeri saat melihat perubahan lukanya. Bernanah di sekitar goresan luka itu, kemudian muncul gelembung-gelembung kecil yang muncul lalu pecah dengan sendirinya. "Apa malaikat sialan itu menggunakan racun?" pikir Asmodeus.

Ia kemudian meletakan tangannya dan mencoba mengobatinya.

Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya pada Asmodeus. Akankah ia sembuh dari lukanya itu?

****

Bersambung.

Next chapter