7 Di goda Iblis Tampan

"Dasar gadis bodoh ... ngapain kamu nantangin dia, Hah? Kamu bisa hancur lebur sekali sentil." Ucapan malaikat maut itu semakin buat nyali Alicia menciut. Seketika keberanian sesaat tadi menghilang.

"Cepaaaat lariiii ... sebelum kamu benar-benar mampus," teriak malaikat maut memberi intruksi. Alicia bingung harus melakukan apa. Ia kuatir dengan keadaan Malaikat maut yang terluka sangat parah. Tetapi, ia juga tidak bisa berbuat banyak untuk membantu Malaikat maut itu untuk melawan sang Iblis.

"Gak ... aku akan tetap di sini buat nyelametin kamu dari iblis ini," katanya tetap pada pendirian. Ia benar-benar keras kepala. Menatap tajam pada Iblis di hadapannya.

"Percuma, dia gak akan bisa dikalahkan oleh mahluk lemah kayak elu!" Malaikat maut berusaha bangkit dengan segala upaya.

Iblis itu terlihat senang dengan pertengkaran antara Alicia dan Malaikat maut. "Ini sangat menarik sekali, pertengkaran kalian seperti sepasang kekasih yang lagi cemburu!" ujar Iblis dengan jarak sangat dekat dengan keduanya. "Apakah hubungan kalian hanya sebatas Malaikat maut dengan manusia yang hendak dicabut nyawanya?"

Iblis itu melihat ke Malaikat maut dan Alicia. "Atau kalian adalah sepasang kekasih yang tertunda?"

Degh!

Jantung keduanya berdegub sangat kencang dengan wajah yang bersemu sangat merah.

"GAK!!"

Keduanya berteriak bebarengan. Iblis itu tertawa lagi, dan Malaikat memukul keras saat iblis itu benar-benar lengah. Ia menarik tangan Alicia, "Kenapa kita harus terus menerus lari dari Iblis itu? Seharusnya kita melawannya bersama, aku bisa kok, ikut bantuin kamu ngelawan dia!"

"Sudah gue bilang kan, semuanya percuma. Lu akan buang-buang waktu dan pada akhirnya elu akan kalah darinya!"

"Gak ada yang percuma kalau kita melawannya bersama! Dua kekuatan lebih baik dari pada sendiri!" ujar Alicia berfilosofi. "Aku juga akan membantu dan tidak mungkin ngebiarin dia nyakitin kamu. Kalau sampai dia macam-macam, dia pasti akan aku hajar sampai mampus!!" Kata mengikuti gaya iblis itu saat hendak. mencabut nyawa malaikat maut.

Malaikat maut menghentikan larinya. "Dengan cara apa? Memukulnya dengan kayu?"

Dahi Alicia mengkerut, lalu menganggu pelan.

Senyuman sinis terlihat sangat jelas mengarah kepada Alicia. "Kenapa? Dengan itu juga cukup bikin Iblis itu babak belur!"

"Hei ... bukankah kamu sudah mencobanya melawan dengan kayu? Dan lalu apa hasilnya? Apa kamu berhasil membuatnya terluka?" tanya Malaikat Maut sedikit emosi.

Alicia hanya menggeleng.

"Sudahlah, sebaiknya elu tidak perlu keras kepala untuk melawannya. Lebih baik kita pergi sekarang, sebelum Iblis itu menyusul kita!" usul Malaikat maut itu, Alicia mendengus.

Dan di tempat Iblis itu berada.

"Sial, mereka kabur!" Iblis itu bergegas beranjak bangun dan mengejar Malaikat maut dan Alicia. "Itu mereka."

Namun Iblis itu berhasil menggenggam tangan Alicia sebelum ia sempat melangkah. "Kalian kenapa terburu-buru?" Iblis itu menarik tangan Alicia hingga jatuh di pelukan Iblis itu, hingga wajah Alicia dan Iblis itu sangat dekat. "Apakah kalian bosan berbicara padaku?" Deru napas Iblis itu terasa sangat panas di kulit wajah Alicia.

Gadis itu memalingkan wajahnya, ia tidak ingin Iblis itu melihat wajahnya yang bersemu merah. Ia mencoba berontak, namun ia sedang berusaha untuk membebaskan diri. "M-mau apa kau? Lepaskan aku!"

Entah kenapa ia merasa terhipnotis saat merasakan hangatnya pelukan Iblis itu. Ia tidak lagi berusaha berontak agar bisa bebas dari Iblis itu. "Ada apa ini? Kenapa jantungku berdegup kencang? Apa aku sudah gila merasakan ini saat di peluk Iblis ini?"

"Gue mau tau namamu, bukankah kita belum kenalan?"

"Tidak perlu! Gue tidak akan membiarkan elu menyentuhnya lagi." Malaikat maut itu menepis tangan Iblis itu. Lalu menarik tangan Alicia hingga terbebas dari pelukan Iblis itu. "Cepat lari dari sini sejauh mungkin!"

"T-tapi--"

"Cepat lari bodoooh! Apa elu tuli, hah!!" teriak Malaikat maut itu mulai kesal. Ia kini sudah berdiri. Alicia berpikir sejenak, kemudian mengikuti intruksi Rail. Berlari sekuat tenaga. Menjauh dari Iblis itu.

"Hei, tunggu!"

"Mau kemana lu, lawan lu ada di sini!" Malaikat maut menghalanginya.

Iblis itu tersenyum, "Maaf Kak, gue gak tertarik sama elu. Dan gadis itu sudah bikin gue penasaran!" Iblis itu menggerakan jari-jarinya, mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk mengikat tubuh Malaikat Maut itu agar tidak mengganggunya. "Selamat tinggal kakak gue tersayang, gue mau jemput calon kekasihku dulu!"

Alicia terus berlari, kakinya tak henti-hentinya berlari sangat cepat. Sesekali ia melihat ke belakang.

Tetapi,

Gedebuuk.

Kaki Alicia tersandung akar pohon, dan itu membuatnya kehilangan keseimbangan dan tubuh Alicia pun terjatuh sebelum jaraknya jauh dari tempat Malaikat maut itu dan Iblis. "Aduuh!" Ia kesakitan, lututnya terluka ada setetes darah keluar dari luka itu. "Sial, kenapa pake jatuh sih?" keluhnya merasakan perih pada luka di lututnya. Ia bergegas berdiri, Alicia melihat Iblis itu sudah berada di belakangnya. Berhasil mengejar Alicia.

"Gawat."  Alicia berdiri, berjalan tertatih-tatih. Senyum Iblis itu sangat senang bisa menemukan Alicia.

"Akhirnya kutemukan juga kau!" Iblis itu terbang dengan cepat dan menyusul Alicia. Gadis itu mundur tiga langkah saat Iblis sudah menghalangi jalannya lagi. Tangan Alicia menggapai-gapai, berusaha meraih kayu itu. Sialnya, jarak tangannya terlalu jauh dengan kayu itu. Iblis itu menyadari apa yang sedang dilakukan Alicia, kemudian Iblis itu dengan sengaja menyingkirkan dahan kayu dari jangkauan tangannya yang sebentar lagi berhasil mengambil kayu.

"Sial, elu benar-benar iblis jahat," Umpat Alicia kesal pada Iblis itu. sambil mengerutkan dahi.

iblis itu terlihat santai dengan umpatan Ardina. "Hei ... elu belum kenal gue kan?"

"Siapa yang peduli?"

Iblis itu tertawa, "Ayolah, gue gak sejahat itu kok, kalau lu dengar rumor tentang gue bahwa gue iblis yang jahat, lu salah besar. Jadi lebih baik elu ikut gue biar kita saling kenal. Dan elu tau, gue tertarik sama gadis pemberani kayak elu. Walau elu kadang terlihat sangat bodoh dan lemah," Katanya, sudah berada tepat di depan Alicia yang terhimpit pohon besar. Iblis itu kembali menyentuh dagu Alicia.

Gadis itu terdiam, tak berani memikirkan apapun. Yang jelas, ia tidak mau ikut bersama Iblis gila itu. 

"Bagaimana? elu mau? Kalau elu mau, gue akan membahagiakan elu daripada kakak gue yang paling bodoh itu," Lanjutnya mendekatkan dirinya sedekat mungkin di pada diri Alicia.

Degh!

Ini sudah kesekian kalinya jantung Alicia tidak mau diam seperti ini. Dia benar-benar bingung dengan hatinya, ia membenci iblia itu, namun jantungnya selalu saja berdegup kencang saat Iblis itu memperlakukannya seperti itu. Alicia, sekali lagi ia melengos tanpa menjawab pertanyaan Iblis itu.

Lalu, di tempat lain. Malaikat maut berusaha melepaskan kekuatan sihir adiknya di seluruh tubuhnya. Ia terus memberontak agar ikatan itu segera terlepas. Kemudian Malaikat maut itu dengan sangat terpaksa menggunakan kembali tongkat kebanggannya itu. Dan akhirnya bisa terlepas setelah menggunakan kekuatannya pada tongkat itu. Malaikat itu berlari, sayapnya sedikit rusak dan terluka akibat pertarungan pertama melawan adiknya itu.

Ia berhenti melangkah saat matanya melihat Iblis itu mulai merayu Alicia dari kejauhan. Napasnya benar-benar kelelahan, ia pun mulai melangkah setelah mengatur napasnya.

Malaikat terus mendekat, tangannya menyambar mengambil dahan lain yang jauh lebih kecil dari punya Alicia tadi. Ia berjalan pelan, sedikit mengendap-ngendap. Alicia menyadari itu, namum Malaikat Maut sudah melarang keras dirinya untuk menahan suara ataupun gerakan yang membuat Iblis itu curiga pada apa yang ingin Malaikat maut itu lakukan. Ia menggenggam erat dahan itu dan kemudian..

Debuuuk.

Satu pukulan keras mendarat di tekuk leher iblis itu, berhasil membuat adiknya tumbang.

****

Bersambung.

avataravatar
Next chapter