3 Menikah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

***

Happy reading

Hari ini adalah hari di mana aku harus menikahi perempuan yang tak aku cintai. Jangan kan cinta suka saja tidak. Namun mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain untuk ku. Aku hanya berharap bahwa Allah SWT meridhoi jalan yang ku ambil. Dan aku selalu berharap bahwa Allah SWT selalu hadir di setiap hembusan nafas ku, yang membuat aku merasa terlindung dari segala macam bahaya yang tercipta dari dunia yang fana ini.

Sekarang sudah pukul 09.00 pagi. Aku sudah duduk di depan penghulu sambil menunggu mempelai perempuan itu turun dan duduk di samping ku. Seperti biasa ibu ku tampil dengan busana sederhana namun terlihat cantik di tubuhnya yang sudah tak muda lagi.

Setelah mempelai perempuan datang, penghulu langsung memulai acara dengan menyematkan doa-doa pernikahan sebelum ijab qobul di mulai.

"Bagaimana kedua mempelai apakah kalian sudah siap?" Tanya penghulu yang di jawab anggukan oleh ku.

"Baik lah kita mulai."

Dan pak burhan menjabat tangan ku dengan tangan nya dan langsung menikah kan ku dengan putri sulung nya.

"Saudara Nafis Assegaf Hizbullah Bin Sanjaya Hizbullah Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak kandung saya Livia Megantari Bramanjaya Binti Burhan Bramanjaya dengan maskawinnya berupa uang tunai 20.000.000 dan seperangkat alat solat, tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Livia Megantari Bramanjaya Binti Burhan Bramanjaya dengan maskawinnya yang tersebut diatas tunai."

"Bagaimana para saksi Sah?"

"Sah"

"Sah"

"Alhamdulillah silahkan untuk kedua mempelai saling memasang kan cincin di jari pasangan nya." Ucap sang penghulu

Aku pun mengikuti ucapan penghulu, memenangkan cincin di jari manis nya. Dan membiarkan dia melakukan hal yang sama. Dia mencium punggung tangan ku, tapi aku tak mencium kening nya. Aku selalu beristighfar di dalam hati atas setiap perbuatan yang ku lakukan semoga Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa ku.

🌿🌿🌿

Setelah acara akad dan resepsi selesai, aku langsung pulang ke apartemen ku bersama perempuan yang sekarang telah resmi menjadi istri ku.

Selama perjalanan menuju apartemen aku hanya diam sambil terus fokus kepada jalan. Karna aku mengendarai mobil sendiri tanpa supir. Dan ku lihat dia pun seperti canggung akan hal ini. Namun banyak sekali pertanyaan yang ingin ku tanya kan mengenai dia yang membawa ku sampai ke dalam masalah nya.

Ntah lah, yang pasti saat ini aku sangat lelah ingin segera sampai apartemen. Sesampainya di apartemen aku langsung pergi ke kamar untuk mandi dan solat. Ketika keluar kamar mandi aku melihat dia yang tampak tertidur dengan pulas di tempat tidur. Aku solat isya, dan di lanjutkan dengan tilawah Qur'an.

Selesai tilawah aku pergi ke sofa yang ada di kamarku. Aku bersandar sambil memejamkan mata. Tak lama aku tertidur dan menyelami alam mimpi.

🌿🌿🌿

Seperti biasa aku bangun pukul 03.00 dini hari. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan solat Malam. Itu sudah menjadi rutinitas ku sedari remaja.

Selepas solat malam, kulihat dia masih tertidur dengan pakai yang sama. Terlalu nyenyak sampai tak terusik tidur nya.

Aku pun pergi ke ruang kerja yang ada di lantai bawah untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda beberapa waktu lalu karna persiapan pernikahan.

Azan subuh pun berkumandang, aku pergi ke kamar untuk berganti pakai dan melaksanakan solat subuh berjamaah di mushola yang dekat dengan apartemen sambil membangun dia.

"Hey bangun sudah subuh. Cepat bangun, saya akan pergi solat berjemaah ke mushola. Kalau kau ingin memasak bahan-bahan nya ada di kulkas. Saya pamit, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab via yang ku lihat dia bangun sambil duduk di pinggir ranjang.

Livia pov

Selepas mas nafis pergi ke mushola, aku beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Melaksanakan solat subuh sendirian.

Sebenarnya semalam ketika mas nafis solat dan tilawah Qur'an aku belum tertidur. Hanya pura-pura saja, dan ingin mengetahui apa yang akan di lakukan mas nafis kepada ku. Aku pikir mas nafis akan meminta ku tidur di sofa, tapi nyata dia mengalah dan memilih tidur di sofa ketika melihat ku tidur di tempat tidur nya. Aku tau perasaan mas nafis itu kecewa, kenapa harus dia yang masuk ke dalam masalahku. Tapi aku tak bisa berbuat banyak, sungguh aku berada di posisi yang tertekan saat itu.

Bahkan ketika mas nafis membangun kan ku pun, rasa canggung hinggap di antara kami berdua. Aku yang salah telat membuat dia terlibat dalam masalah ku. Tapi mau bagaimana lagi aku tidak ada pilihan.

Memang kejadian dimana aku meminta mas nafis untuk menikahi ku di taman itu awal nya hanya sebuah tindakan frustasi ku. Karna laki-laki dari bayi yang ku kandung tak mau bertanggung jawab, bukan tak mau hanya saja laki-laki itu di ancam akan membunuh ku dan bayi nya jika sampai dia nekat menikahi ku. Namun di saat aku akan berjuang sendiri untuk anak ku, Tiba-tiba ada seseorang yang mengancam akan menghancurkan perusahaan papa kalau aku sampai nekat bilang anak yang ku kandung itu darah daging dari laki-laki bernama Lerian Gavin Anggara kepada orang tua ku. Tapi sebagai anak aku juga tidak bisa berasa di posisi sulit seperti ini. Aku pun bercerita kepada orang tua ku, dan aku bersyukur bahwa Allah masih sayang kepada ku. Penyakit jantung papa tidak kambuh saat aku mengatakan kejujuran nya. Hanya saja itu membuat mas nafis yang harus menanggung semua nya.

Pesaing dari perusahaan papa yakni Anggara corporation itu adalah perusahaan milik keluarga nya lerian. Aku pun tahu tentang mas nafis yang menjabat menjadi CEO di perusahaan yang di kelola, perusahaan yang menjalin kerjasama dengan  perusahaan papa. Perusahaan teksil terbesar di Asia yakni Assegaf corporation.

Mas nafis yang masih berumur 26 tahun sudah menjabat sebagai CEO di perusahaan nya sendiri. Sedangkan aku berusia 24 tahun, dan baru menamatkan kuliah bisnis ku tahun lalu. Aku memiliki adik perempuan yang 3 tahun lebih muda dari ku. Dia bernama Naura Syazani Bramanjaya. Perempuan cantik dengan akhlak yang tak kalah cantik dengan paras nya. Naura itu seorang aktivis dakwah di kampus nya, berbanding terbalik dengan ku yang suka pergi clubbing.

Tapi bagaimana pun aku, aku tetap menyayangi Naura. Aku tak ingin dia salah bergaul seperti ku. Naura pantas mendapat laki-laki baik seperti mas nafis.

Aku bukan nya tidak tau siapa yang mengancam ku. Bahkan Lerian saja yang notabene anak nya sendiri pun tak berani melawan. Yups yang mengancam ku itu orang tua nya Leria yakni bapak Dirgantara Anggara. Pemilik perusahaan Anggara corporation yang tamak.

Aku menyesal kenapa dulu tak mendengar ucapan orang tua ku sampai akhirnya seperti ini. Aku sering sekali di nasehati untuk tidak berurusan dengan keluarga Anggara. Tapi mau bagaimana lagi, aku dan lerian sama-sama cinta. Sampai akhirnya kami berdua melalui hubungan seks sebelum menikah, supaya keluarga ku dan keluarga nya mengizinkan kita bersama. Namun kenyataan keluarga lerian malah mengancam akan menghancurkan perusahaan papa dan membunuh anak yang ku kandung ini.

Dan di sinilah aku, menikah dengan laki-laki lain yang tak ku cinta. Aku pun berusaha menghargai dia sebagai seorang suami. Tapi aku tak bisa memberikan hak biologis yang harus dia dapat kan dari istrinya. Aku perempuan kotor yang tak pantas untuk nya. Aku bahkan sangan amat berterima kasih karna dia telah mau menolong ku dan keluarga ku.

Setelah berkutat dengan pemikiran ku, aku memutuskan untuk memasak sarapan. Membuat nasi goreng dan telor ceplok. Tak membutuhkan waktu lama masakan ku pun siap, dan langsung ku hidangan di meja makan. Saat tengah merapikan meja makan suara salam menghentikan aktivitas ku.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam mas." Sautku sambil meraih tangan mas nafis untuk salim

"Mas ganti baju dulu sana, habis itu kita sarapan. Ada yang ingin aku bicarakan juga."

"Baik lah."

Ucap mas nafis sambil pergi menuju kamar. Tak lama dia datang dengan gaya santai khas rumahan.

Aku duduk berhadapan dengan mas nafis, menyiapkan nasi goreng dan telor ceplok di atas piring mas nafis. Dan kita makan dengan senyap tanpa suara.

Selepas makan mas nafis pergi ke ruang tamu sambil menyalaka TV. Aku pun menghampiri nya setelah menyelesaikan pekerjaan ku mencuci piring selepas makan.

"Mas aku ingin bicara."

"Hmm."

"Maaf kan aku ya mas, gara-gara masalah aku mas nafis harus menanggung akibat nya." Ucapku sambil menundukkan kepala

"Sudah lah, ini sudah takdir saya dari Allah. Kamu tak perlu merasa seperti ini. Yang penting kamu fokus saja dengan kehamilan mu. Dan maaf kalau saya belum bisa menyentuh mu. Sekali pun saya tahu kamu itu istri sah saya, namun saya tidak ingin melakukan itu."

"Ia mas, tak apa. Aku mengerti ko, cukup sulit untuk kamu menerima semua ini, aku sadar atas semua perbuatan yang kulakukan. Kamu mau menolong ku dan keluarga ku pun, aku sangat berterima kasih."

Selepas berbicara dengan ku, mas nafis memutuskan untuk pergi ke ruang kerja nya. Dan aku pun pergi ke kamar untuk menonton TV. Kalau menonton di ruang tamu takut menganggu mas nafis karna suara yang berisik.

🌿🌿🌿

Bekasi, 2 Oktober 2020

Aksara_Ku30

avataravatar