20 Perhaps Love 2

Maya menatap rumah sederhana yang sangat dirindukannya dan semua wewangian bunga liar yang merambat ditanah halamannya yang sempit terasa menyegarkan.

"Hatiku sangat berdebar..." Maya memegang dadanya dengan kedua tangannya dan tersenyum senang sedangkan Marve kesulitan membawa barang belanjaan yang mereka beli sebelumnya untuk bibi Maya.

"Bibi.. aku pulang." Maya berteriak senang, namun tidak ada jawaban dan rumah terlihat sangat sepi.

"Kemana mereka semua?" Maya bertanya bingung, Adiknya sudah lulus sekolah dan sedang mempersiapkan ujian memasuki universitas pilihannya tapi mengapa ia tidak ada dirumah sekarang dan bibinya juga tidak terlihat.

Apa mereka berada di pasar saat ini?" Maya bertanya dalam hati sampai ia menyadari jika Marve berdiri kesal dengan semua tas belanjaan yang menggelayut ditangan kekarnya.

"Mereka tidak ada disini, aku lupa memberitahumu." Ucap Marve membuat Maya bingung.

...

Wow.. hanya satu seruan itu yang terlontar dari bibir Maya saat memasuki toko kue tradisional yang cukup besar dengan kaca-kaca besar yang membuat pandangan tembus kedalam toko yang bergaya tradisional.

" Selamat datang.." Sambut seorang wanita paruh baya dengan suara ramahnya.

"Bibi.." Maya langsung berlari memeluk Mina yang kini menyambut pelukan Maya dengan hangat.

"Bibi.. aku sangat merindukanmu." Maya melepas sebentar pelukannya dan memandang wajah bibinya yang terlihat lebih segar dari sebelumnya.

"Bibi juga sangat merindukanmu nak." Balas Mina, ia menahan air matanya setelah menahan rindu karena setelah pernikahan Maya, baru hari ini ia melihat Maya kembali.

"Lihatlah.. kamu cantik seperti kamu yang dulu." Ucap Mina tersenyum. Maya terlihat sangat terawat dan cantik seperti saat ia masih memiliki orang tua.

"Aku memang selalu cantik bi.." Jawab Maya bergurau membuat Mina tertawa.

"Hey, apa aku dilupakan disini." Marve menyela, tangannya sudah mulai pegal karena membawa tas-tas belanjaan yang terisi penuh.

"Astaga.. Maafkan aku Marvin." Mina segera menghampiri Marve dan mengambil alih tas-tas belanjaan itu dan meletakannya diatas meja dan tidak lupa berterima kasih.

Selain itu Maya masih berdecak kagum melihap setiap sudut toko kue milik bibinya kini.

"Sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui." Ucap Maya setelah duduk disebelah Marve.

Mina tersenyum dan meletakan beberapa kue buatanya diatas meja. "Suamimu memberikan toko kue ini sehari setelah pernikahan kalian." Jelas Mina, senyum selalu terukir diwajahnya yang riang gembira ini.

Maya melihat Marve tidak percaya sedangkan Marve pura-pura tidak perduli dengan isyarat pertanyaan dari wajah Maya.

"Dimana Arya?" Tanya Marve mengalihkan.

Maya baru menyadari jika Arya tidak berada disini saat ini. "Benar dimana Arya?"Timpal Maya.

"Dia sedang mengantar kue pesanan." Jawab Mina. "Cobalah.." Lanjutnya.

Marve kemudian meraih salah satu kue diatas meja dan melirik kearah Maya "Itu kue cucur." Jelas Maya.

Marve mengangguk dan kemudian memakan kue itu dan ekspresi datarnya seketika berubah.

"Apa tidak enak?" Tanya Mina cemas, ya Marve adalah pria kaya. Kue cucur mungkin bukan seleranya.

"Wah.. ini enak sekali. awalnya aku pikir sedikit berminyak tapi setelah memakannya ternyata tidak seburuk itu dan rasanya sangat enak." Jawab Marve ia kemudian menghabiskan gigitan terakhirnya sebelum beralih kesalah satu kue berbentuk lonjong.

"Itu.." Mina baru akan menjelaskan saat Maya meraihnya dan menyuapi Marve. Meski Marve terlihat sedikit ragu tapi ia tetap memakan kue itu sekali makan.

"Enak bukan.." Ucap Maya tersenyum, Marve mengangguk pelan tapi setelah beberapa saat wajahnya memerah dan ia mulai merasakan pedas dimulutnya.

Maya tertawa senang karena telah berhasil mengerjai Marve karena memberikannya combro berisi cabai didalamnya.

"Astaga Maya.." Mina menegur dan dengan cepat memberikan air kepada Marve dan dengan tidak sabar Marve meminumnya.

Bibirnya memerah dan basah kini, ia ingin sekali mengumpat pada Maya saat ini tapi karena ada Mina bersama mereka maka Marve menahannya.

"Pedas tapi enak bukan?" Maya tidak dapat berhenti tertawa terlebih bahkan kening Marve mengeluarkan keringat kini.

"Maya, tidak baik bersikap seperti itu pada suamimu!" Tegur Mina membuat Maya mengerucutkan bibirnya karena merasa cemburu bibinya lebih membela Marve.

"Maafkan Maya, Marvin." Ucap Mina, Marve hanya tersenyum tipis.

"Tidak masalah, Maya mungkin hanya ingin melihat bibirku menjadi memerah seperti setelah digigitnya." Ucap Marve, Maya menoleh dan menatap tajam.

Apa yang pria ini katakan dan mengapa bibinya hanya tertawa seperti itu. Jelas ucapan itu terdengar sangat mesum. "Oh Marve aku akan membalasmu nanti."

Maya mengumpat dalam hati tapi bibir Marve yang memerah dan basah segera mengalihkan pandangannya.

Bibirnya sangat menggoda, entah setan mana yang mendengungkan kalimat itu ditelinganya hingga bahkan pipinya terasa hangat kini dan pastinya memerah.

"Lihatlah.. Maya bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya dari bibirku." Goda Marve yang sukses membuat Maya malu terisipu tapi ia menyembunyikannya dan berkata dengan lantang "Siapa yang memandang bibirmu!" Elak Maya dengan tegas.

Mina hanya dapat tersenyum melihat tingkah Maya dan Marve "Pengantin baru memang sangat menggemaskan." Ucap Mina, ia mencubit gemas pipi Maya dan Marve sebelum pergi menemui pelanggan yang datang.

"Jadi istriku.." Marve menggoda, ia tersenyum tipis dan memiringkan kepalanya sehingga ia dapat memperlihatkan wajahnya dengan jelas pada Maya. "Pandangilah wajahku dan bibirku yang menggoda ini sepuasnya..." Lanjut Marve dan diakhir kalimatnya ia melemparkan ciuman udara yang membuat hati Maya berdebar seketika dan membuatnya salah tingkah.

"Pria mesum!" Cibirnya memalingkan wajah, jika tidak maka ia akan mempermalukan dirinya sendiri karena wajahnya sudah memanas kini.

"Sungguh? Apa kamu yakin hanya aku yang mesum disini? Siapa tadi yang memandang bibirku tanpa berkedip?" Bisik Marve, wajahnya sudah berada tepat disebelah telinga Maya.

Maya.. tenangkan hatimu, dia hanya menggodamu. Tidak ada satu hal pun yang harus membuatmu gugup. Maya terus berucap dalam hatinya dan meyakinkan dirinya setela menarik nafas ia kemudian menoleh tapi yang ia dapati adalah pipinya kini telah menempel dibibir Marve.

Mina yang tidak sengaja melihat segera memalingkan wajahnya, begitupun dengan Arya yang baru saja datang dibuatnya terkejut hingga mematung.

...

avataravatar
Next chapter