34 Lingkarkan api asmara

Marve menuntun Maya kesebuah butik yang menjual khusus atribut pernikahan.

Nuansa putih dan bersih sangat kental terasa, ada beberapa patung manekin yang berjajar rapih dibawah lampuh sorot dengan gaun pengantin yang tergantung indah.

"Selamat datang..."

Seorang wanita tinggi berpenampilan feminim yang memakai gaun berwarna coklat susu dan membuatnya terlihat seperti seorang model datang menyambut kedatangan Maya dan Marve.

"Marven.."

Mata Maya bergerak mengikuti wanita itu yang tiba-tiba saja berlari menghambur memeluk Marve.

"Aku sangat merindukanmu..."

"Aku juga merindukanmu..."

Maya hanya dapat terdiam mematung melihat bagaimana Marve membalas pelukan wanita itu dengan sangat erat.

Hati Maya terasa kosong seketika saat mereka berbagi senyuman dihadapannya dengan tangan yang saling bertautan.

Marve sengaja melambungkannya kelangit hingga ia seakan melayang diudara dan setelah itu melepaskannya begitu saja dan membuatnya terjatuh dan terluka seperti ini.

"Siapa dia?" Tanya wanita itu, Maya masih tidak dapat melepaskan padangannya pada wanita yang masih menggenggam erat tangan suaminya itu.

Marve tersenyum dan berbisik pada wanita itu dan seketika wajah wanita itu berubah menjadi sumringah dengan mata berbinar dan senyum yang menggembang.

"Aku Herlyn.."

Maya masih mematung, siapa sebenarnya wanita ini?

Aku pikir Marve hanya bersikap manis padaku tapi ternyata ia bersikap manis pada semua wanita, Maya tersenyum sedih kini.

"Maya.." Ucap Maya, ia tersenyum tipis dan menyambut uluran tangan Herlyn dan menjabatnya singkat.

Tanpa terduga Marlyn memeluk Maya erat membuat Maya semakin bingung.

"Aku sangat senang akhirnya kakakku menikah.. semoga kalian selalu berbahagia."

"Kakak?" Maya menatap Marve bingung, ia mencari jawaban yang dapat menjawab kebingungan dalam hatinya.

"Dia adalah adik sepupuku." Jelas Marve.

Sungguh bodoh.. Maya apa kamu baru saja merasa cemburu pada sepupu suamimu sendiri?

Tunggu dulu..

Apa aku baru saja sungguh cemburu?

Maya kendalikan dirimu... Marve belum mencintaimu, jangan sampai kamu jatuh cinta padanya, ingat itu..

"Apa yang membawamu kemari? Aku masih marah padamu karena tidak memberitahukan padaku jika kamu akan menikah secepat itu. Maka dari itu aku tidak akan memberikanmu potongan harga." Celoteh Herlyn membuat Maya dan Marve tertawa.

"Astaga gadis nakal ini... Kalau begitu aku akan cari tempat lain saja." Ucap Marve, ia bergurau dengan menarik Maya kembali menuju pintu.

Herlyn dengan cepat mengejar langkah Marve dan Maya dan menahan mereka agar tidak pergi meninggalkan butiknya.

"Baiklah aku akan berikan diskon lima persen tapi itu hanya untuk kakak ipar, untukmu harus bayar dua kali lipat dari harga asli." Ucap Herlyn bernegosiasi.

"Kamu sungguh pelit dan perhitungan." Marve mendengus kesal.

"Kamu yang mengajariku!"

Maya tertawa mendengar Herlyn mencibir Marve, mereka sungguh terlihat seperti dirinya dan Arya sedangkan Marve hanya tersenyum kecut.

"Mari ku tunjukan gaun terbaiku... akuku akan membuat kakak ipar terlihat bagai wanita kerajaan di pesta pernikahan kalian."

Herlyn menunjukan beberapa gaun rancangannya yang sangat indah, beberapa dari gaunya memiliki belahan dada yang terbuka dan jika tertutup maka akan menunjukan sisi punggung yang polos dan terbuka.

Berkali-kali Maya mencoba satu persatu gaun yang melekuk indah ditubuh Maya namun Marve belum juga merasa puas, ia selalu meminta Maya menggantinya.

"Astaga Marven ini gaun ke lima ku! Kenapa kamu sangat pemilih?!" Gerutu Herlyn yang mulai kesal dengan Marve yang sangat pemilih.

Mereka sedang menunggu Maya keluar dari balik tirai setelah memakai gaun ke enam yang dicobanya.

"Mengapa gaun-gaunmu sangat terbuka? Maya ku sudah mempesona tanpa harus mengekspos tubuhnya." Protes Marve, Herlyn menghela nafas kesal karena harusnya ia membiarkannya pergi meninggalkan tokonya tadi maka ia tidak akan dalam keadaan sulit mengikuti selera Marve yang sungguh kuno dan kaku.

"Marve itu disebut dengan mode..."

"Kamu pernah melihat gaun pengantin yang dikenakan dengan Kate Midleton?"

"Tentu saja..."

"Itu sangat indah.. Maya ku akan sangat cocok mengenakan gaun seperti itu."

"Maya mu akan sangat cantik mengenakan gaun buatanku titik. Aku tidak perduli kamu cocok atau tidak tapi ini adalah gaun terbaikku dan aku tidak menerima penolakan!" Ucap Herlyn kekeh.

Marve baru saja akan perotes saat tirai tiba-tiba saja terbuka dan membuatnya seketika terpana melihat Maya berdiri sambil memegangi gaunnya yang menyeret lantai.

Tanpa sadar kaki Marve membawanya mendekat pada Maya, tidak ada belahan dada yang terbuka dan tidak ada punggung yang terlihat menunjukan kulitnya. Maya begitu cantik memakai gaun dengan potongan yang membuatnya terlihat elegant tidak tersentuh.

Gadis polos yang menawan...

"Apa ini cocok untukku?" Tanya Maya hati-hati, jujur saja ia sangat menyukai gaun yang dikenakannya kini namun Marve tidak mengucap sepatah katapun semenjak ia menunjukan dirinya, dan itu membuatnya cemas jika mungkin saja Marve tidak juga menyukai gaun yang telah dikenakannya kini.

"Tentu saja ini sangat cocok, kamu tidak lihat bagaimana suamimu tidak dapat berkedip memandangmu!" Sambar Herlyn, ia kini dapat menegakkan kepalanya karena sepertinya gaunnya kali ini dapat di terima oleh Marve.

"Baiklah.. aku akan menemui tamuku yang lain, dan kalian dapat saling memandang tanpa malu-malu." Ucap Herlyn tersenyum, ia kemudian berjalan menutup tirai yang sebelumnya terbuka dan meninggalkan Maya dan Marve hanya berdua kini.

"Apa aku telihat aneh?" Tanya Maya, Marve tidak lantas menjawab, ia menyentuh dagunya dan berjalan memutari Maya.

Tidak ada sudut gaun yang terbuka kecuali bahu Maya yang bersinar diterpa cahaya lampu yang membuatnya ingin mengecupnya.

"Kamu sangat cantik." Puji Marve.

Wajah Maya memerah kini, dan jantungnya memompa lebih kencang lagi saat mendengar pujian dari Marve.

Ketika tangan kekar Marve perlahan menyentuh perut Maya lembut dan mendekapnya erat, Maya hanya dapat diam menahan nafasnya.

Kepala Marve telah berada diatas bahu Maya kini, sepatu hak yang dikenakan Maya dapat membuatnya berdiri hampir sejajar dengan Marve dan membuat posisi Marve sangat nyaman kini karena ia tidak perlu membungkuk.

Hembusan nafas hangat Marve membuat Maya tidak dapat bergerak, Maya mengigit bibirnya agar ia tidak mengerang saat Marve perlahan menyentuh lehernya dengan bibir lembutnya dan menyesap aroma tubuh Maya pelan.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Maya hati-hati, apa yang dilakukan Marve sungguh membuatnya tidak berdaya bahkan kakinya mendadak lemas kini.

Marve tidak menjawab, tapi tangannya perlahan memutar tubuh Maya membuatnya dapat melihat wajah cantik Maya dengan jelas.

Maya tidak dapat menahan diri lagi, ia tahu apa maksud dari tatapan mata Marve saat ini jadi perlahan ia mengalungkan tangannya dileher Marve.

"Kamu menggodaku?" Bisik Marve.

"Kamu yang memulai, aku hanya mengikuti." Balas Maya.

Mereka sadar jika saat ini mereka tengah berada dalam lingkaran api yang akan membakar gairah mereka jika tidak berhenti saat ini juga.

"Maka aku tidak akan menghentikan diriku." Bisik Marve, ia mendekatkan wajahnya kini dan Maya telah bersiap.

"Upss!" Herlyn tersenyum malu, karena ia membuka tirai saat Maya dan Marve hampir berciuman, dengan cepat Maya melangkah mundur karena merasa malu sedangkan Marve menunjukan wajah kesalnya.

Sudah berpa kali ia gagal mencium Maya dihari ini? Membuatnya sungguh merasa jengkel.

...

avataravatar
Next chapter