1 Prolog

Hai, perkenalkan. Namaku Mahesa Sulaiman Arnaf. Cukup mudah, kalian bisa memanggilku Mahes. Aku sudah tinggal di Jakarta sejak lima tahun yang lalu.

Untuk kalian semua, terima kasih bila ada yang ingin berteman denganku.

Semoga pertemanan kita bertahan sampai lama. Salam kenal, ya.

Saat ini, aku duduk di bangku sekolah kelas tiga SMA. Sudah mau akhir, sih. Tapi..., ya seperti itu. Tugas-tugas mulai berdatangan, pemantapan setiap habis jam pelajaran sudah mulai juga bermunculan.

Aku tak pernah menyangka, selama belasan tahun aku berjuang susah payah untuk bersekolah, ternyata sekarang aku bisa mencapai puncak akhirnya juga.

Tapi bukan serta merta semua itu membuatku bermalas-malasan. Justru..., mulai sekarang aku harus lebih lagi bersemangat untuk bisa mengejar cita-cita.

Sejak kecil, aku menuntut ilmu di sekolah biasa.

Maksudku, aku tak belajar di sekolah luar biasa.

Karena jika kalian ingin tahu, aku ini seorang penyandang disabilitas sensorik.

Sejak bayi, dokter sudah mengatakan perihal kondisiku pada ayah dan bunda. Bahwa aku terlahir ke dunia ini dengan keadaan bisu atau tunawicara.

Maka dari itu, sudah tak heran jika kalian melihat aku menenteng sebuah papan tulis kecil beserta sepidol kemanapun aku pergi.

Karena dengan itu, aku bisa lancar berkomunikasi dengan lawan bicaraku. Walau masih ada keterbatasan karena hanya menulis intinya saja sedangkan mereka bisa mengatakan banyak padaku, tapi aku masih tetap bersyukur.

Karena Allah telah memberiku tangan untuk menulis. Telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat.

Karena tak banyak pula dari mereka-mereka di luar sana yang keadaannya bahkan, 'maaf', lebih kurang dari kondisiku saat ini.

Bagiku, teman bukanlah sesuatu yang penting dan harus sekali dicari.

Aku hanya bisa membuka lebar kedua tangan dan menyilakan siapapun yang ingin larut dalam kehidupanku.

Kuturutkan terima kasih jika ada yang mau masuk, dan tak masalah juga jika banyak yang tak ingin menyelaminya.

Karena dari sekian juta orang di muka bumi ini, hanya ada segelintir manusia yang tak memandangku dan orang-orang sepertiku sebelah mata.

Awal mereka menyukaiku hanya karena ketampanan. Tapi ketika tahu kekuranganku yang sebenarnya, mereka perlahan mundur seolah aku tak pantas berdiri di antara orang-orang yang memiliki fisik sempurna.

Aku memang bisu. Meskipun hal ini sudah kuterima sejak lahir, tapi setidaknya aku ingin hidup dengan tenang seperti mereka...

...

Nb: Cerita ini dikisahkan oleh dua sosok penting, yaitu Mahesa dan Balqis. Keduanya harus terjerat pada lingkup kehidupan yang tak seperti manusia hadapi pada umumnya.

avataravatar
Next chapter