webnovel

Chapter I

"Re,, buruan...!! Dikit lagi nihh.." seru seorang pemuda yang memakai jaket biru kepada seorang gadis di belakangnya yang masih asik mengabadikan hasil lukisan Tuhan dalam kamera yang menggantung di lehernya.

"Santai ajalah, bang! Nikmatin pelan-pelan, biar ngga ada yang kelewat!" kata gadis yang dipanggil Rere sembari melangkah menyusul saudara seperjuangannya itu.

"Gaya lu aja, kaya udah ngga bakalan kemari lagi. Gue yakin nihh, kalo lu udah nyampe di sono nohh,, mustahil klo lu ngga niat kemari lagi," kata pemuda bernama Bagas itu yang hanya dibalas dengan cengiran Rere.

Hampir lima menit waktu tempuh mereka dan akhirnya mereka pun sampai di puncak Mahameru. Rere tersenyum dan merasa menang karena untuk pertama kalinya akhirnya ia berhasil menaklukkan salah satu puncak tinggi di negaranya. Angin berhembus memainkan helaian demi helaian rambutnya. Matanya tertutup dan kedua tangannya ia bentangkan agar lebih menikmati ciptaan Tuhan yang menakjubkan itu. Bagas yang tadinya berdiri di sebelahnya kini telah menyibukkan diri memasang tenda untuk peristirahatan mereka malam nanti. Sedangkan Rere masih tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Serius amat mbak. Baru pertama kali kesini ya?" suara seorang pria mengejutkannya dan membuatnya melirik ke arah kanan di mana pria itu berada menggantikan posisi Bagas yang tadi berada di sana. Rere mengangguk dan kembali menatap awan yang membentang di hadapannya.

"Kalo loe, udah kali ke berapa kemari?" tanya Rere setelah puas dengan kegiatannya dan memfokuskan pandangannya pada pria itu. Jika dilihat dari wajahnya, pria itu terlihat seumuran dengannya, dengan postur tubuh tinggi dan tampak bulir-bulir keringat yang mengalir di wajahnya membuatnya terlihat semakin mempesona. Tak bisa dipungkiri bahwa seorang Rere mengagumi pria yang diketahuinya memiliki sebuah lesung di pipi kanannya yang sesekali terlihat saat ia berbicara atau tersenyum.

"Ini udah yang kelima kalinya di bulan ini, mbak, " balasnya dengan senyuman lebih lebar sehingga makin memperlihatkan lesung itu dengan jelas.

"Wah... Udah kaya jadwal check up aja," canda Rere membuat keduanya terkekeh.

"Semeru adalah salah satu gunung yang nggak pernah menyesapkan rasa bosan meski di daki berkali-kali. Ada kepuasan tersendiri saat kita sudah sampai di puncak, meskipun itu bukan yang pertama kalinya. Ada rindu yang tertinggal saat kita meninggalkannya. Itu yang bikin kita jadi pengen datang lagi ke sini, " jelas pria itu mengalihkan tatapannya ke langit yang kini berawan.

"Gue jadi penasaran dengan itu. Mungkin saat pulang,, gue juga bakalan ngerasain hal yang sama. Oh ya, gue Restya Wulandari. Panggil Rere aja. Klo manggil mbak kesannya aku tua banget," kata Rere mengulurkan tangannya sembari terkekeh.

"Kalo saya..."

"Reksa!!!" sebuah panggilan memotong kata-kata yang hendak dikeluarkan oleh pria yang bernama Reksa itu. Mereka berbalik ke arah orang yang berlari menghampiri mereka, hmm lebih tepatnya menghampiri Reksa.

Rere menatap gadis yang tiba di dekat mereka. Gadis itu nampak cantik dengan rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai. Ia mengatur nafasnya yang sedikit memburu akibat berlari tadi dan memandang ke arah Rere dengan tatapan tak suka. Setelah irama nafasnya kembali teratur, ia pun memusatkan pandangannya ke arah Reksa.

"Aku cariin dari tadi. Jadi balik sekarang kan? Kamu kan udah janji kalo kita hanya bakalan nginep sehari di sini. Aku nggak suka lama-lama di sini. Udah dingin, nggak ada jaringan, ngga ada listrik, banyak nyamuk pula. Kalo kelamaan di sini, bisa-bisa aku berubah jadi manusia primitif tau nggak!" kata gadis itu bergelayut manja di lengan Reksa.

"Iya, jadi. Kan aku udah peringatin kamu kemarin sebelum kemari. Aku juga udah jelasin keadaannya dan aku yakin kamu nggak akan nyaman. Kamunya aja yang maksa untuk ikut," jelas Reksa sedikit kesal dengan ucapan gadis itu tadi.

"Abisnya aku nggak bisa biarin kamu pergi sendiri lagi. Ini aja aku ikut, kamu malah nyari kesempatan buat mepet cewek lain," kata gadis itu dengan nada sinis.

"Kamu nih,, pikirannya nggak pernah bener. Udah ah, kamu udah siap-siap kan?" kata Reksa yang dibalas dengan anggukan gadis itu.

"Ya udah, ayo. Re, aku balik duluan ya soalnya dia besok ada jadwal kuliah. Senang berkenalan denganmu," pamit Reksa kemudian meninggalkan Rere yang mendengus kesal. Bahkan ia tak menyambut uluran tangan Rere tadi. Ia bahkan sedikit tak suka dengan perkataan gadis itu tadi. Harusnya kalau tidak suka, tidak usah datang, daripada menjabarkan hal-hal jelek tentang tempat ini tadi.

"Patah hati sebelum ngegebet nih," goda Bagas menyenggol badan Rere.

"Apaan sih.. Nggak tertarik gue sama milik orang. Yang lain banyak kali yang masih single," kata Rere mencibir dan meninggalkan Bagas yang terkekeh karena berhasil membuat Rere kesal.

"Eh eh... Mau kemana loe?? Masak woyy!! Jangan mangkir dari tugas ya!! Awas loe!!" teriak Bagas yang kemudian ikut menyusul Rere yang terlebih dulu berlari masuk ke dalam tenda.

Ngapain juga mikirin cowok milik orang. Lagian, nggak mungkin juga mereka akan ketemu lagi kan? Begitu pikir Rere.

Tapi siapa yang tahu bagaimana takdir menyambut??

Iya kan???

Tbc.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maaf ya kalau ceritanya ngga menarik.

Baru pertama kali ngebuat kisah begini...

Mohon kritik dan sarannya ya buat perbaikan ke depannya..

Jadilah pembaca yang cerdas..

RLC (read, like, comment)

#dont_copy #dont_bashing

😊😊

Aku usahain update tiap hari dehh..

Terima kasih.. Salam kenal yaa semua...

Next chapter