webnovel

rawat inap?

pukul 13.07 malam, aku terbangun. aku langsung disuguhkan dengan ruangan bercat putih gading dengan sofa di dekat pintu dan nakas di samping kasur. jangan lupakan Seokjin Hyung yang tidur di kursi dengan kepala menelungkup di sampingku. aku meringis. hei, itu bukan posisi tidur yang nyaman.

aku menyapu pandangan lagi, dan kutemukan Hobi Hyung tidur di sofa. sudah. hanya ada dua hyungku disini. kemana yang lain?

aku berusaha duduk tanpa menghasilkan suara -agar tidak membangunkan Seokjin Hyung. tapi, deritan kasur menggagalkan rencanaku. Seokjin Hyung reflek mengangkat kepala. melihatku dengan mata belum terbuka sempurna. aku ingin tertawa, sebenarnya, tapi raut lelah Seokjin Hyung membuatku mengurungkan niat.

"Kau sudah bangun, Kook-ah?" Seokjin bertanya parau. kantuk masih menggelayuti. aku tertawa kecil, mengangguk berkali-kali sebagai jawaban. kulihat Seokjin menghembuskan napas lega. bibirnya tersenyum lebar.

"Syukurlah. aku akan memanggil dokter." Seokjin Hyung berdiri, langsung melesat keluar dari kamar inapku. Hobi Hyung juga sudah bangun, mungkin kaget dengan derap langkah Jin Hyung yang mirip gerombolan kudanil.

Hoseok beralih duduk di dekatku. mengambilkan minum yang tersedia di atas nakas. aku nyengir. "Kau memang Hyung yang paling peka." Hoseok mendengus mendengar pujianku.

"Apa ada yang sakit?" Hoseok bertanya, memegang pundakku lembut. aku mengangguk, lalu menggeleng. Hoseok mengerutkan kening. "Jadi ada yang sakit atau tidak?"

"Uh. aku lapar sekali, Hyung, sampai perutku sakit." aku tertawa puas saat Hoseok memukul bahuku main-main. "Ck. bocah tengil! kalau kau tidak sakit, kupastikan akan kutendang pantatmu itu!" Hoseok bersungut-sungut sebal.

aku mengeraskan tawa. "Kalau begitu, aku akan mengulur sakitku agar pantatku selamat."

"YA!" Hoseok hampir memukul pundakku (lagi) sebelum suara Yoongi Hyung menginterupsi. "Apa yang sedang kalian lakukan?" suara datar yang khas itu menyapa.

Hoseok berdecih. "Bocah ini lapar, Hyung." Hoseok menunjukku yang masih cekikikan sendiri. Yoongi mendekat, meletakkan bungkusan plastik di pangkuanku.

"Apa ini, Hyung?" aku mengintip isinya. mataku spontan membola saat melihat kotak bento di dalamnya. "Ini untukku?" seruku kelewat senang. Yoongi Hyung mengangguk mengiyakan.

"Uwuu, gomawo Hyungiee!" aku langsung melahap bento itu setelah mengucapkan terima kasih. Hoseok hanya menatapku sebentar, lalu beralih menatap Yoongi. "Aku?"

Yoongi berdecak malas. "Beli sendiri."

"Kenapa tak beli sekalian untukku?" Hoseok bergumam kesal. inginnya sih berteriak, tapi Yoongi lebih tua darinya. dan Hoseok tidak ingin terkena karma.

"Eung, Hyung." aku memanggil. Yoongi dan Hoseok menoleh serentak. "Kenapa?" Yoongi bersedekap.

"Dimana hyung yang lain?"

pertanyaanku mengambang di udara. Yoongi dan Hoseok justru saling tukar pandang -membuatku jengah. setelah hening beberapa saat, Hoseok berdeham. membuatku yang sudah sibuk lagi dengan bento pun menoleh.

"Sebentar lagi mereka sampai."

aku hanya mengangguk acuh. lebih tertarik menghabiskan bento yang tinggal setengah. Yoongi sudah pindah di sofa. tidur meringkuk persis seperti kucing. tak lama, Seokjin Hyung datang bersama tiga hyung lainnya.

"Annyeong, Kook-ah!" Jimin berseru begitu sampai di daun pintu. aku menoleh, tersenyum lebar saat Jimin mengacungkan kantong plastik di tangannya. "Wah, kau hyung terbaik, Hyung!" pekikku girang.

Hoseok mengusak suraiku gemas. "Dasar. memuji kalau ada maunya saja." aku terkikik. ya bagaimana? masa memuji tanpa alasan?

Jimin menaruh plastik itu di nakas. mencomot paha ayam yang sedang kumakan. "Aish, Hyung!"

Jimin tertawa. "Itu masih banyak, Jungkookie." aku mendengus malas. beralih memakan bentoku lagi.

"Dokternya mana, Hyung?" Hoseok melihat Seokjin yang sudah duduk di sisa sofa. Seokjin menoleh. "Molla. tadi sebelum kesini aku sudah memanggil kok."

Jimin dan Namjoon tertawa. sebenarnya aku juga ingin, tapi masih ada makanan di mulutku. Taehyung yang sedari tadi diam kini mengusap kepalaku lembut. membuatku menoleh.

"Sudah tidak sakit?" tanya Taehyung dengan tangan masih mengusap kepalaku. aku mengangguk -tidak bisa menjawab karna mulutku penuh makanan. Taehyung hendak berucap lagi, bahkan mulutnya sudah terbuka setengah, tapi dokter sudah ada di ambang pintu.

"Ah, maaf. tadi ada keperluan sebentar." Dokter itu membungkuk sopan, yang dibalas serupa olehku dan keenam hyungku. beliau mendekat ke arahku, memeriksa entah apa itu. yang jelas aku hanya menuruti apa yang diminta dan menjawab pertanyaan seperlunya.

Dokter itu tersenyum padaku. lalu menoleh ke Seokjin Hyung yang masih duduk di sofa. "Jungkook-ssi sudah baik-baik saja. tapi kusarankan agar ia dirawat terlebih dahulu untuk hari ini, dan besok baru pulang." jelas dokter itu ramah.

"Kenapa tidak sekarang, Dok?" Taehyung spontan bertanya. Dokter itu beralih menatap Taehyung dengan senyuman. "Ada yang harus kami pastikan."

entah reflek atau apa, setelah dokter itu menjawab, Taehyung langsung menggenggam tanganku erat. aku hanya bisa memandang bingung saat Taehyung menatapku dengan raut tak terbaca.

"Baiklah kalau sudah tidak ada keluhan, saya pamit keluar." Dokter itu membungkuk sopan sebelum melenggang keluar dari kamar inapku.

Namjoon Hyung menghela napas sambil mengamati kami satu-persatu.

"Jadi, siapa yang akan menjaga Jungkookie?"

"Aku!" Taehyung dan Jimin berseru serentak. bisa kulihat Yoongi Hyung memijat pangkal hidungnya dan Hoseok meringis. "Aku akan menjaganya juga." Seokjin menyahut.

"Baiklah. Kalau begitu, kami pulang dulu. besok pagi kami kesini lagi." Yoongi berdiri. ia menyempatkan mengusak kepalaku sebelum keluar. begitu pula Hoseok dan Namjoon. bedanya, Hoseok berucap lirih saat melakukan itu,

"Cepat sembuh, Kook-ah."

kepanjangan tida? :/

syugarDcreators' thoughts
Next chapter