1 PROLOG

Pernah kah kau berfikir?

Dari mana datangnya, sebuah rasa yang melekat di hati ini..Menempati ruang kosong yang ada didalamnya.

Membuat jiwa ini, untuk selalu melakukan apapun keinginan rasa ini, Membawa kearah yang tak kuketahui,

Tak tau mulai dari mana

Tak tau mulai kapan

Tak tau mulai dari apa

Tak ada satupun yang kuketahui

Yang aku tau, Aku hanya masih hidup dalam keadaan yang sangat membingungkan

Mengikuti segala keinginan, Mengikuti waktu yang terus berlalu..

Setiap detiknya..!

Pernahkah kau berfikir?!

Bagaimana cara mengubah takdir ini,

Takdir yang tak kunanti

Takdir yang kubenci

Takdir yang sangat.

Entahlah, aku sama sekali tak tau..Apakah hidupku ini sudah tak ada apa-apanya di dunia ini..! Aku tak tau, sama sekali tak tau,,,

Apa yang aku harus perbuat..? Apa yang harus aku lakukan..?

Apakah aku harus lari saja? Lari, lari, lari, terus lari..?

Lari untuk apa?

Lari kemana?

Aku sangat bingung!!!

Takut? Aku tidak tau apa yang aku takutkan,

Sedih? Aku tidak tau apa yang aku sedihkan,

Cemas? Aku tidak tau apa yang aku cemaskan,

Rasa bersalah? Yah, ini yang sangat aku pikirkan siapa yang membuatku merasa bersalah?

Salah apa yang aku perbuat?

Belum cukupkah? Semua perasaan yang selalu datang kepadaku tanpa izin, membuatku ingin sekali pergi dari dunia ini Kenapa aku?

Haruskah aku?

Aku?

Aku benci diriku!

Aku benci hidupku!

Aku benci takdirku!

Aku benci semuanya!!

ADELINE FERRES

🍂🍂🍂

"Setiap makhluk hidup di dunia ini, memiliki masalah yang harus mereka selesaikan.Tapi, bagaimana ceritanya jikalau masalah itu selalu menjadi bayangan dalam setiap langkah hidup ini. Yang melekat dan menjadi satu dengan darah di dalam tubuh ini, sanggupkah tubuh yang lemah ini menahannya? Sanggupkah tubuh lelah ini melawannya?"

"Tidak!!!"

"Aku, tak mampu melakukan itu semua!! Tak mampu menyelesaikan itu semua!!"

-------------------------------------------------------------

💟💟

Jakarta,Indonesia.

Pukul 05.28 a.m, seperti biasa gadis berambut gelombang, dengan bola mata berwarna hitam pekat yang sangat indah, hidung yang lumayan mancung, pipi yang cukup berisi membuatnya terlihat sangat imut dan kulit yang berwarna putih.

Duduk di atas ranjang yang masih dalam keadaan belum sadar sepenuhnya, beberapa saat kemudian gadis yang berumur 16 tahun itu kini sudah sadar sepenuhnya, dan segera merenggangkan otot-otot badannya yang terasa kaku.

Kemudian dia beranjak dari tempat tidurnya itu dan segera memasuki kamar mandi, tak cukup waktu lama, gadis itu sudah ke luar dari kamar mandi dalam keadaan tubuh yang sudah bersih, dan rambut yang lumayan sedikit basah.

Beberapa menit berlalu, sekarang gadis itu sudah sangat rapi, dengan seragam yang di kenakannya, rambut yang sudah kering dan dibiarkan terurai dengan jepitan yang menghiasi di samping kiri dan kanannya, dan tas sekolah yang sudah lengkap isi yang ada di dalamnya.

Adeline Ferres, tag name di baju seragam yang di kenakannya, atau biasa di panggil Eli.

"Drrt-Drrt-Drrt"

Suara bunyi posel bergetar di atas meja, sebuah pesan masuk yang membuat Adeline sedikit merubah raut wajahnya,

Mama : Selamat pagi, putri salju mama. Gimana kabarnya sayang? Semoga kamu baik-baik saja di sana yah! Jangan lupa jaga kesahatan sayang! Maafkan mama, karena tidak bisa membantumu, maafkan mama karena tidak bisa selalu bersamamu, kamu berhak marah sama mama sayang, tapi tolong jangan benci mama, mama tidak bisa melakukan apa-apa, tolong maafkan mama. Mama sangat sayang sama kamu Eli, Jaga dirimu My Snow Princess!

Saat itu juga, setelah Adeline membaca pesan tersebut ia langsung menggenggam posel tersebut lalu memeluknya, tanpa di sadari beberapa butir air mata telah jatuh dan membasahi pipi Adeline.

"Ma, Eli kangen sama mama, kenapa harus Eli ma?" batin Adeline sambil terus terisak.

Setelah beberapa menit terlarut dalam kesedihan, Adeline segera membersihkan sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya, ia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya dan segera keluar rumah yang ukurannya tidak terlalu besar, dan halaman yang agak kecil tapi bersih dan indah.

"Udah lama yah Mir?" tanya Adeline kepada seorang gadis yang rambutnya di ikat dua dengan menggunakan pita.

"Aku juga baru selesai kok, Del. Kamu baik-baik aja kan?" Tanya gadis itu kepada Adeline.

"Iya Mir, udah ayo kita berangkat, nanti telat lagi, ayo cepat jalan!" ucap Adeline kepada gadis yang di panggil Mira itu sambil menggandeng tangannya.

Nama lengkapnya Amira Putri, gadis sederhana yang sudah tidak memiliki keluarga. Hidup sebatang kara tanpa ada yang menemaninya, dia adalah sahabat Adeline sejak Adeline tinggal di Jakarta. Mereka berdua sudah seperti saudara yang hampir tak akan pernah di pisahkan. Mereka juga tinggal bersama, lagi pula mereka memang sudah ditakdirkan untuk saling melengkapi, Adeline yang menginginkan kasih sayang dan Amira yang membutuhkan seseorang yang selalu bersamanya.

"Mir, hari ini biar aku saja yang bawa sepedanya!" tanya Adeline kepada Mira.

"Iya, Del" balas Mira sambil tersenyum manis kepada Adeline.

Mereka pun pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda, di mana Adeline yang membawa sepeda tersebut dan Mira yang duduk di belakang. Sepeda itu adalah hasil sebagian dari kerja paruh waktu mereka berdua.

Yap, Adeline dan Mira bekerja sebagai pelayan di sebuah tokoh. Sudah sejak masuk SMA mereka bekerja di tokoh tersebut, dan hasil dari jerih payah mereka di bagi tapi tetap untuk mereka berdua.Yaitu, gaji pertama hingga keempat, mereka gunakan untuk membeli tempat tinggal yang layak seperti yang sekarang mereka tempati.

Kemudian, setelah mereka membeli kebutuhan hidup serta mengelolah biaya sekolah, mereka menabung hasil tersebut, untuk berjaga-jaga jika ada keperluan yang sangat mendesak.

Sungguh, benar-benar mereka pandai dalam mengelolah biaya hidup mereka sehari-hari. Tanpa ada masalah kekurangan dalam hal apapun.

Lanjut ke arus Cerita

Setelah beberapa menit mereka menempuh perjalanan itu, mereka akhirnya sampai di kawasan sekolah. Sekolah SMA Cintra Rajawali, sekolah yang lumayan populer di Jakarta.

Mira pun turun dari sepeda, sedangkan Adeline langsung memarkirkan sepedanya tanpa menunggu jawaban dari Mira.

Yah, tentu saja tidak perlu, karena mereka sudah seperti terhubung satu sama lain, mereka selalu bersama dalam hal apapun.

Tidak beberapa lama kemudian, Adeline segera menyusul Mira, yang sedari tadi menunggunya di dekat pintu masuk sekoah. Tadi, Adeline cukup lama karena pergi membeli dua bungkus roti serta dua botol air minum untuk sarapan mereka berdua pagi ini.

Saat Adeline sudah berada di tempat yang di tempati oleh Mira tadi untuk menunggunya, Adeline sedikit pun tidak melihat keberadaan sahabatnya itu.

Adeline pun mulai khawatir dan dia segera mencari keberadaan Mira.

avataravatar
Next chapter