1 1. Perusahaan Vantouxer

Dalam ruangan yang sangat besar bernuansa serba putih bersih. Seseorang masuk begitu saja ke dalamnya. Ia yakin tuan besar nan agungnya telah menunggu laporan terbaru darinya. Ya ... dia salah satu tangan kanan tuan terbesar dan tersukses di negeri paman sam ini. Ditangannya juga sudah ia siapkan beberapa berkas dan satu IPad canggih yang akan memperlancar laporannya.

"Tuan, perusahaan Champion Group's milik Tuan Robert Smith sudah bangkrut. Semua karyawannya kini tengah melakukan aksi demo di depan gedungnya. Tuan Robert sendiri melarikan diri ke Argentina," lapor Harry pada seorang pria muda yang tengah duduk di kursi putar menghadap jendela kaca.

Pria itu tersenyum simpul dibalik wajah dingin dan rahang mengetat. Tangan kanannya itu memang tak pernah mengecewakannya.

"Bagus, Harry. Tenang saja ... tuan tua bangka itu sebentar lagi akan mengemis minta bantuan padaku," ucapnya bangga tanpa berbalik pada pria tangan kanannya Yang masih setia berdiri tegak di belakangnya.

Harry mengangguk. Tuannya memang tak akan memberi ampun bagi siapa saja yang mencoba menghalanginya. Dan tuan bernama Robert itu telah salah karna ingin berurusan dengan tuannya. Alhasil, dia sendiri yang kesusahan sekarang.

"Iya, Tuan," sahut Harry lantas menaruh map dengan beberapa berkas itu di atas meja kerja tuannya lalu kembali pada posisinya. Berdiri tegak di belakang kursi yang telah disusun rapi di ruangan serba putih ini.

Pria muda itu melirik arloji mahalnya. Pukul 18:35.

Saatnya pulang.

Kling!

Harry segera melihat IPad canggihnya yang baru saja berbunyi. Matanya auto fokus pada layar yang menampilkan seseorang di ruangan gelap dengan pencahayaan lilin ditangannya tengah berjalan dengan perlahan.

Harry tersenyum melihatnya. Salah satu mangsa tuannya menghampiri kandang kematian tanpa dipaksa dan itu sudah biasa terjadi di dalam pola kehidupan yang ia jalani beberapa tahun terakhir bersama tuan itu.

"Tuan, sepertinya ada yang ingin bertemu denganmu. Ia ada di salah satu rumah eksekusi," lapor Harry sembari mematikan layar IPadnya. Ia memandang tuannya dengan senyum yang mengandung maksud kemenangan di sana. Astaga ... ia selalu begitu ketika musuh tuannya sadar diri akan kesalahannya. Itu lebih memudahkan pekerjaannya. Lebih baik bukan?

Pria muda itu akhirnya berdiri dari kursi putarnya. Tak lupa smirk yang selalu menghiasi wajah tampan yang ia miliki lantas menoleh pada Harry.

"Benarkah? Apa secepat itu?" tanyanya dengan menaikkan satu alisnya. Tak percaya dengan ucapan Harry tentang seseorang yang tak lama sudah berani menghianatinya. Ia benci penghianatan!

Sekali lagi, IA BENCI PENGHIANATAN!

"Iya, Tuan."

"Baiklah, mari bersenang-senang sebelum pulang," ujarnya penuh semangat sembari satu tangannya menarik jas hitam yang menggantung di samping meja kerjanya lantas mulai melangkah keluar dengan Harry yang mengikuti di belakangnya.

"Selamat malam, Tuan," sapa beberapa orang berjas hitam rapi yang melihat tuan besar mereka sedang berjalan di depan mereka dengan Harry di belakangnya.

Itu sudah menjadi kebiasaan para karyawan yang bekerja di perusahaan ternama di negeri spesial ini. Meski pada akhirnya Tuan mereka tak akan membalas sapaan atau senyum yang mereka sunggingkan khusus. Namun itu adalah bentuk penghormatan seorang karyawan kepada atasannya. Jadi, bukan masalah besar untuk mereka tak mendapatkan balasan mengigat tuannya memang tipikal orang yang dingin dan tak tersentuh. Tetapi begitu, mereka sebagai karyawan sangat bersyukur bisa dipekerjakan di sini yang mayoritas dari mereka adalah orang pilihan dan terbaik diantara yang terbaik.

Pria itu hanya menatap datar para karyawannya tanpa ada niat sedikitpun untuk membalas sapaan atau senyum yang mereka tampakkan. Ia terus berjalan angkuh tanpa ada seorangpun yang berani menghadang jalannya. Memangnya siapa yang berani melawan tuan muda besar sepertinya? Sementara Harry yang di belakangnya juga sama. Menatap datar mereka dalam diamnya dan terus mengikuti langkah tuannya.

Mobil berwarna hitam legam berhenti tepat di depan Harry dan tuannya. Di dalamnya sudah ada seseorang yang memang ditugaskan khusus untuk menyetir mobil pribadi tuan agung tetapi sangat dingin ini.

Harry segera membukakan pintu bagian penumpang untuk tuannya bisa cepat masuk lalu menutupnya setelah melihat tuannya benar-benar sudah duduk santai di dalamnya. Ia juga segera masuk ke bagian depan, tepat di samping pria yang kini menatapnya jengah. Astaga! Kenapa tuhan sangat jahat telah mempertemukannya dengan pria bodoh ini.

"Jangan menatapku seperti itu atau kucukil mata besarmu, David!" ujar Harry yang sudah sangat bosan melihat pemandangan seperti itu setiap ia masuk ke dalam mobil tuannya. Benarkan, tuhan memang sangat baik padanya.

"I don't care," balas David tak acuh lalu kembali memfokuskan pandangan untuk segera melajukan mobilnya. Ia tak mau tuannya menunggu lama dan hasilnya ia juga yang kena omelan Harry.

Harry melihat tuannya lewat spion kaca kecil di dalam mobil. Tuannya tak melakukan apapun selain menatap pemandangan di luar mobil yang terus melaju. Ia lantas kembali fokus ke depan. Menatap jalan di depan sana dengan David di sampingnya yang fokus menyetir.

"Dimana Mike dan Erix?"

Harry sontak menoleh ke belakang. Tepat saat tuannya baru saja menanyakan orang kepercayaannya yang lain.

Mike, satu orang kepercayaan tuannya yang bertugas mengamankan apapun. Berkaitan dengan computer yang meretas semua aktivitas tuannya yang tak akan diketahui orang lain, bahkan polisi ataupun aparat lain yang bertugas sebagai pengaman jalan tak akan tau keberadaan tuannya. Itu kecerdasan yang dimiliki Mike hingga tuan besarnya sangat mempercayai semua kegiatannya. Dan Mike tak akan menghianati siapapun yang mempekerjakannya karna dia tipikal orang yang sangat setia pada tuannya. Itu bagus bukan?

Erix, satu lagi orang kepercayaan yang bertugas di markas tuannya. Ia yang meng-handle semua kegiatan anak buah tuannya di markas. Ia juga yang mengurus jual beli barang-barang terlarang pada klien tuannya yang tersebar diberbagai kota dan negara. Untuk masalah keamanan pengiriman, tentu Mike yang membantu melenyapkan jejak kapal dan transportasi lain yang digunakan oleh Erix.

Dan Harry, dia adalah satu orang yang mencakup beberapa anak buah kepercayaan tuannya dalam bertugas. Ia bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain. Tapi itu dulu sebelum tuannya mempekerjakan Mike, Erix dan David sekaligus. Ia sempat bertanya kenapa tuannya mempekerjakan mereka? Ia pikir ia akan dipecat dan dibuang tuannya begitu saja setelah mereka dipekerjakan. Namun nyatanya tuannya menjawab 'itu lebih baik dari pada aku melihatmu dalam kesusahan sendiri. Bukankah itu akan mempermudah tugasmu?' Astaga ... ternyata tuannya sangat perhatian padanya.

"Mike baru saja meretas jejak Erix setelah mengirim barang ke Afrika, Tuan," lapor Harry setelah melihat detail kemana dua orang itu sekarang dilayar IPad-nya.

Pria muda dingin itu kembali mengarahkan pandangannya ke luar kaca mobil. Dimana setiap kanan kiri jalan terdapat pepohonan yang menjulang tinggi dengan daun-daun yang berguguran di tanah. Ia hanya menatap datar pemandangan yang tersaji. Itu lebih baik dari pada melihat kedua anak buahnya yang memiliki wajah menyedihkan. Ah, apa ini musim gugur? Kenapa ia baru tau setelah agak lama menatap keluar?

Mobil masih melaju cepat di jalan yang amat sepi ini. Ya ... mereka akan pergi ke gubuk kecil dimana tempat kumuh itu digunakan sebagai salah satu rumah eksekusi yang didatangi seseorang itu. Ah ... pria muda itu sudah tak sabar untuk segera menemui tamunya. Ia akan bersenang-senang dengan melukai setiap inci tubuh tamunya. Itu menyenangkan tapi juga membosankan. Menyenangkan karna ia akan memberi hukuman pada siapa saja orang yang berani menghianatinya dan juga membosankan karna ia selalu menemukan seorang penghianat di dalam hidupnya. Menyebalkan!

avataravatar
Next chapter