Perlahan Angeline membuka matanya. Sinar mentari samar-samar menyilaukan pengelihatannya. Mungkin Angeline memang lemah untuk melakukan perjalanan jauh, karena semalam ia tidur terlalu cepat dan terbangun saat mentari suah setengah perjalanan menuju puncak singgasananya.
Ia menoleh, mendapati David masih terlelap di sampingnya.
Ini merupakan momen yang sangat langka dalam kehidupan rumah tangga David dan Angeline, dimana Angeline yang bangun lebih dulu dari David.
Walau Angeline tidak tahu bahwa David kelelahan setelah menghajar tiga puluh orang yang lumayan handal dalam bertarung sendirian, sambil menangis.
Ya, David terus melayangkan pukulan dan tendangan secara membabi-buta, membanting lawannya tanpa ampun, mematahkan setiap tulang yang bisa ia patahkan tanpa henti.
Sambil terus meneteskan air matanya.
Pikirannya terbayang disaat ia harus mengambil nyawa seseorang yang sempat begitu berharga di dalam hidupnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com