webnovel

Hari Pernikahan (Part 2)

David membelokkan mobil Ford yang sudah mulai berasap itu menerobos lampu merah yang lumayan dipadati oleh kendaraan. Beberapa pengguna jalan bahkan mengentikan kendaraan mereka secara mendadak saat David melewati mereka seperti sedang shooting Tokyo Drift.

Tanpa melepaskan pijakan di pedal gas, David terus memaksa mesin mobil yang mungkin jika terbentur sedikit saja sudah akan meledak itu sampai batasnya. Ia tidak peduli dengan tiga mobil polisi yang mengejarnya di belakang.

Dor ... Dor ...

Dua buah tembakan dilesatkan ke udara oleh salah satu polisi.

"Bagi pengendara Ford hitam, ini peringatan terakhir! Hentikan mobilnya sekarang juga!"

David terus mengabaikan peringatan yang bahkan tidak dianggapnya sebagai sebuah ancaman itu dan terus melajukan Ford sekarat yang ia kendarai menuju gedung utama Stockholm Corporation, dimana Angeline masih duduk menunggu di ruang rias pengantin.

Dor ... Trangg ...

Sebuah peluru mengenai badan mobil yang dikendarai David. "Berhenti sekarang juga!"

Asap yang muncul dari engine yang sepertinya sudah hampir meleleh itupun mulai menghitam. Jika begini terus, tidak lama lagi mobilnya akan meledak.

David pun berhenti secara mendadak, membuat tiga mobil polisi yang mengejarnya membanting stir ke sembarang arah. Hanya satu mobil polisi yang berhasil berhenti dengan selamat. Satu menabrak pengendara lain, dan satunya lagi telat menginjak pedal rem yang mengakibatkan bagian kepala mobil masuk ke dalam sebuah toko kelontong di pinggir jalan.

David pun keluar dan berjalan dengan raut wajah geram menuju salah satu mobil polisi itu.

Salah seorang polisi berperawakan seperti kuda nil dari Madagascar; berperut buncit, kulit gelap yag pekat, dan satu kancing di bagian pusar yang terlepas karena tidak kuat menahan tekanan dari lemak perut si petugas. Dia menodongkan ujung laras pistolnya ke arah David.

"Diam di situ!" teriak si kuda nil Madagascar.

David tetap berjalan mendekatinya.

Dor ...

Satu tembakan dilepaskan ke tanah, tepat di depan kaki David namun David tidak juga berhenti.

"Angkat tangan!" perintah kedua yang tetap tidak dihiraukan David.

"Berlutut!" teriaknya sambil melepaskan satu tembakan lagi yang kali ini sangat dekat dengan kakinya.

Namun apa yang dilakukan David?

Ya. Dia tetap pada niat awalnya. Terus berjalan ke arah polisi itu walau kini sudah sekitar enam buah senjata api berjenis pistol genggam sudah diarahkan kepadanya.

Saat seseorang ingin menarik pelatuknya dan menjatuhkan David, alat komunikasi mereka tiba-tiba berbunyi secara bersamaan. Suara dari seorang perwira kepolisian membuat mereka semua menurunkan senjatanya secara spontan.

"Turunkan senjata kalian! Kalian tidak tahu siapa dia!" ucap seseorang yang berbicara dari saluran komunikasi.

David meraih alat komunikasi berupa walkie-talkie yang berada di dada si polisi dan menekan sebuah tombol yang berada di samping alat itu. "Terimakasih bantuannya, aku akan mengingatnya."

"Tentu saja, Tuan David. Kapanpun kau butuh--"

David mengembalikan walkie-talkie itu kepada si kuda nil Madagascar dan masuk ke dalam mobil polisi itu dan duduk di kursi kemudi, dengan kasar menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan polisi-polisi itu yang masih dalam keadaan kebingungan.

Tunggu.

David tidak bisa muncul sebagai pengantin pria dengan kondisi pakaian yang berlumuran darah.

David pun memutar kendaraannya dengan belokan tajam. Sekali lagi, David mengemudikan mobil polisi yang dipinjamnya itu seperti Dominic Toretto dalam film Fast and Furious.

Kali ini ia berhenti di lahan parkir apartmentnya. Dengan cepat menghambur menuju lift dan menekan lantai paling atas.

Ia melihat pantulan bayangan dirinya di pintu lift.

Rambut acak-acakan, kemeja yang robek sana-sini akibat goresan peluru senjata api otomatis, dan bercak darah kemerahan yang hampir memenuhi apa yang sedang ia kenakan.

Pintu lift terbuka, David berjalan menyusuri lorong hingga tiba di satu-satunya pintu besar nan mewah yang berada di lantai paling atas gedung apartment itu.

Namun pintu yang sedikit terbuka membuat tingkat kewaspadaan David tiba-tiba naik.

David membuka pintu apartmentnya perlahan. Mengangkat keset dan membuka tempat penyimpanan rahasia yang berada di bawahnya. Ia mengambil sebuah pistol bermodel Colt 1911, mengisi kotak amunisinya dan menarik bagian kepala senjata ke belakang hingga membuatnya siap untuk menembak.

Dengan sangat pelan dan berusaha tak menghasilkan suara sekecil mungkin, David berjalan masuk apartmentnya dan mengamati keadaan seteliti mungkin.

Ia belum menemukan tanda-tanda penyusup.

Ini sangat aneh.

Barang-barang seakan tak tersentuh sedikitpun.

Semuanya masih tersusun rapih seperti biasanya.

David ke kolam renang. Tidak ada tanda-tanda penyusup yang bersembunyi di dasar kolam.

Kembali ke ruang tengah dan berjalan menuju ke arah pintu kamar--masih berusaha tak menghasilkan suara.

Saat David memegang ganggang pintu, sesuatu membuat fokusnya buyar.

Deringan pelan dari ponsel genggam yang berada di kantungnya membuat dirinya tersentak kaget. "What the f--" rutuknya lalu melihat nama Angeline yang kembali muncul di layar utama.

Dengan berat hati David menolak panggilan dari Angeline dan mematikan ponselnya.

Angeline, si gadis yang sedari tadi duduk menunggu David, dengan gaun pengantin yang sangat indah serta riasan yang terkesan natural di wajah cantiknya, mulai merasa kebingungan. Jutaan pikiran buruk mulai menghantui benak gadis itu.

"Apakah David akan benar-benar meninggalkannya?" ... "Apakah semua ini hanyalah settingan?" ... "Apakah kenyataan yang terlalu indah ini hanya akan berakhir menjadi sebuah mimpi yang terburuk dalam hidupnya?" ...

Batin Angeline terus menerka. Dan tanpa sadar, setetes air mata lolos dari pelupuk matanya.

David. Lelaki yang paling ditunggu kehadirannya oleh Angeline kini sedang menendang pintu kamar dengan kesal, hingga pintu yang mewah itu terbuka sangat keras dan hampir lepas dari engselnya.

David pun membuang sifat waspadanya dan berjalan dengan hentakan kaki yang cukup keras masuk ke dalam kamar.

"Siapapun kau, keluarlah bajingan! Aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk bermain petak umpet!" teriak David.

Tidak ada siapapun di dalam kamar. Namun hal yang membuat David terdiam adalah sesuatu yang berada di atas ranjang putihnya.

Di atas ranjang putih berukuran king's size itu, bertaburan kelopak bunga mawar berwarna hitam. Dan di tengah-tengahnya terdapat sebuah keranjang yang berukuran lumayan besar berisikan mawar hitam.

David masih terdiam.

Mawar hitam?

Apa maksudnya?

David kembali menyalakan ponselnya. Tiga belas panggilan masuk dari Angeline muncul di layar awal. David menggeleng dan mengabaikan notifikasi itu. Ia menekan kombinasi beberapa angka dan menghubungi pihak keamanan gedung.

"Tuan David, ada yang bisa kami bantu?"

"Apakah ada seseorang yang menyusup masuk sekitar dua jam hingga lima menit yang lalu?"

"Tunggu sebentar ... " David menunggu dengan lumayan frustasi. Ia menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal, mengabaikan pistol Colt 1911 yang masih ia genggam. "Ada seseorang, tuan. Seorang wanita, berpakaian serba hitam dengan topi bundar yang menutupi wajahnya."

"Apa?!" teriak David, membuat seseorang yang sedang tersambung dengannya lewat jaringan telepon gemetar ketakutan. "Kenapa kalian membiarkannya begitu saja?!"

"Ta-tapi ... alarmnya tidak berbunyi. Jadi kami pikir dia adalah salah satu tamu anda."

David sudah kehabisan kata-kata kasar di kepalanya yang harusnya ia lontarkan kepada si petugas keamanan gedung. Ia pun melempar ponselnya ke cermin dengan sangat keras hingga membuat cermin itu pecah berkeping-keping.

Si penyusup tidak meninggalkan jejak apapun. Ini pastinya bukan tindakan seorang amatir.

Seseorang berhasil menyusup masuk tanpa dideteksi oleh alarm di pintu masuk apartment yang terhubung ke ruang keamanan gedung.

David masih berusaha memahami apa makna dari semua ini.

Wanita berpakaian serba hitam?

Alarm yang tidak berbunyi?

Mawar hitam?

Dan lagi, kenapa harus bertepatan di hari pernikahannya?

Tunggu dulu.

Hari pernikahan ...

Angeline ...

"Ow fuck!" maki David yang langsung berlari keluar apartmentnya dan menghambur kembali ke lahan parkir.

Dengan kasar ia menginjak pedal gas mobil polisi yang sedari tadi ia ambil alih dan dengan terburu-buru pergi menuju gedung utama Stockholm Corporation, tempat dimana resepsi pernikahannya akan digelar.

Sialnya jalannya terhenti karena tiba-tiba ada kemacetan parah akibat sebuah truk pengangkut minyak yang terbakar di tengah-tengah perempatan lampu merah.

David keluar dari mobil polisi itu dan berlari tanpa henti menuju gedung Stockholm Corporation yang masih berjarak dua puluh blok dari tempatnya terjebak macet.

Sementara di gedung aula itu sendiri, seorang wanita yang misterius mengambil alih perhatian hampir seluruh kaum adam di tempat itu. Gaun back-less hitam yang ia kenakan memperlihatkan lekukan tengkuk hingga bahu yang sangat sulit ditolak bagi siapapun yang melihat.

Selain wajahnya yang bagaikan Dewi Aphrodite dari Yunani, tubuhnya juga terlihat proposional dan sangat menggoda.

Dan paket keindahan itu dilengkapi dengan sebuah tattoo bunga mawar kecil berwarna hitam yang bertengger di punggung bagian atasnya, tepat berada di bawah leher jenjang yang menggoda itu.

Dan ada dua huruf kecil yang sulit dilihat dari kejauhan di atas kelopak tattoo mawar hitam itu.

Yaitu huruf D dan S.

Next chapter