2 01

"Besok bulan April kan?" tanya David kepada gadis cantik yang berjalan disampingnya.

"Iya, besok sudah masuk bulan April"

David menghentikan langkahnya, dia tardiam dan melihat sayu gadis yang masih tetap berjalan di hadapannya. Matahari sudah mulai tenggelam, sunsetnya sudah tampak dan siap pergi dari langit biru yang Indah itu.

Gadis itu kemudian berhenti melangkah, dia membalikan tubuhnya dan melihat cowok itu berdiri tegap melihat ke arah matahari. Gadis itu mendekat, matanya melekat melihat cowok itu. Wajah bersih putihnya seakan-akan memikat matanya untuk terus melihat cowok itu, seorang cowok yang sudah mulai tumbuh dewasa.

"hey..., kau menangis?" tanya cewek itu saat melihat air mata David jatuh.

Dengan cepat David menghapus air matanya, dia lap sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh. Gadis itu mulai bingung dan sedikit panik karena melihat pacarnya itu menangis, pacarnya yang dia pikir kuat kini menangis tanpa sebab dihadapannya.

Keduanya terdiam seakan-akan membiarkan angin dingin untuk lewat melalui sela-sela tubuh mereka. Angin harapan, itu yang ada di dalam pikiran David.

"Aku berharap, besok itu enggak ada" ujar David.

"kenapa besok?"

"Kau sadar hari ini aku bawa kamu aku bawa jalan padahal hari ini aku ada ekskul bola kaki?" Tanya David serius.

Gadis itu hanya menggeleng mengisyaratkan kata 'tidak'.

"Aku yang akan pergi tahun ini" David terjeda sambil menoleh perlahan menatap Gadis itu "Fantasy High School"

Mata Gadis itu membesar ketika David menyebutkan nama sekolah tersebut, air matanya ikut jatuh diiringi tenggelamnya matahari.

"Jangan nangis" ucap David sembari mengelus pundak gadis itu.

"Aku enggak mau kehilangan kamu"

David kemudian memeluk tubuh mungil gadis itu, tanggis seketika pecah. Tangis takut kehilangan dan tangis takut akan sesuatu terus mendarat. Rasa sakit perpisahan dan rasa sakit nafas terakhir, itulah yang dirasakan oleh keduanya.

"Ngapa kau rahasiain!" jerit gadis itu menangis sambil memukul-mukul pundak cowok itu.

David hanya terdiam, dia sudah tidak bisa mengatakan apa-apa selain menerima setiap pukulan dari gadis itu. Dia ingat sekitar dua minggu yang lalu, saat kelas olahraga sedang berlangsung David diminta oleh kepala sekolah untuk menghadapnya. David menurut dan pergi meninggalkan sebuah bola kaki yang tadinya siap ia tendang.

Di sepanjang perjalanan menuju ruang kepala sekolah, David digoda oleh para siswi yang sedang bersantai di koridor sekolah, bagaimana tidak David adalah Siswa ganteng dan pintar, dia dikenal cerdas di sekolahnya bahkan dia pernah ditawari untuk melanjutkan sekolah keluar negeri namun ditolaknya dengan alasan "di negeri sendiri lebih baik, untuk apa keluar negeri?".

Sesampainya dia di depan kantor kepala sekolah, David segera masuk sambil mengucapkan kata "permisi". Seorang pria berumur dengan pakaian PNS sedang duduk menghadap pintu. Bibirnya tampak tersenyum melihat kedatangan siswa yang selalu membanggakan sekolahnya sejak dia masuk di sekolah ini.

"Nak David silahkan duduk" perintah kepala sekolah.

Dengan sigap David segera duduk sambil menatap heran Pria itu.

"Ada apa ya Pak?" tanya David heran.

"Kamu terpilih jadi siswa Fantasy High School tahun ini" ucap Pria itu ringan.

Air mata David tiba-tiba jatuh, dia terdiam dan berusaha tidak percaya. Korban tahun ini adalah dia, dan sejauh sejarah ini tidak ada kakak tingkatnya yang berhasil pulang hidup-hidup dari program ini.

"Selamat David, selamat berjuang Bapak hanya bisa doakan yang terbaik untuk mu"

"Apa Bapak tidak salah?" tanya David masih tidak percaya "Mungkin datanya salah Pak, coba di cek lagi"

Pria tua itu hanya tersenyum tipis, David akhirnya sadar sang Kepala Sekolah sedang tidak berbohong maupun salah melihat data. Kini David berdiri dari duduknya kemudian pergi meninggalkan ruangan itu. Dia sedikit berlari walau nafasnya berusaha menahan tanggis. Dia berlari terus hingga di hadapannya dia melihat pacarnya sedang tertawa bersama teman-temannya di koridor sekolah.

David mengehentikan langkah kakinya, dia melihat dari jauh gadis itu. Gadis yang dia sayangi, Gadis yang ada di pelukannya saat ini. Pelukan dimana kini matahari sudah tidak tampak lagi.

"Hey tenang, aku pasti akan kembali. Kita akan bersama, ingat itu" ucap David dengan suara serak.

"Aku enggak bisa kehilangan kamu"

"Aku pasti akan pulang, percayalah, aku akan pulang kerena masih banyak yang sayang denganku disini"

Hey pemandangan itu tampak indah, Gadis itu mencium bibir cowok itu. Semuanya terdiam membisu, tak ada yang bisa bersuara hingga detik perpisahan tiba. Keduanya pulang kerumah masing-masing dengan janji yang mengikat pikiran mereka.

Gadis itu sudah benar-benar percaya bahwa David pasti akan pulang.

David pulang, dia segera mandi kemudian bergabung di meja makan bersama kedua orang tuanya. Dia juga sama sekali tidak memberitahukan kedua orang tuanya kerena dia tidak ingin keduanya sedih.

"Ma, masakan Mama enak sekali" ujarnya sambil tersenyum lebar walau hatinya sedang sakit.

"Uhehehe Mama mu kan memang jago masak" ucap Ayahnya David.

Hingga malam tiba, ketika semuanya telah tertidur kecuali David. Dia menulis surat kecil untuk kedua orang tuanya di meja belajarnya. Ditulisnya surat itu sambil meneteskan air mata. Hingga kalimat terakhir Ia tulis dan selesai sudah lembaran kecil tersebut.

Sebelum beranjak tidur, David memutuskan untuk melihat kedua orang tuanya. Dia berjalan keluar kamar dan menghampiri kamar kedua orang tuanya. Dia mengintip dari luar dan melihat keduanya tampak tidur terlelap.

"Sampai Jumpa, Pa Ma, David janji akan pulang"

Saat David berbalik dan berniat menuju kamar tidurnya, tiba-tiba saja kepalanya pusing. Kepalanya terus berputar hingga membuatnya tumbang, dia tidak berdaya, pandangannya samar-samar. Kini dia hanya bisa melihat dua bayangan hitam mendekatinya kemudian dia merasa tubuhnya diangkat oleh dua bayangan itu dan akhirnya dia benar-benar menutup mata.

***

Keesokan harinya di sekolah, sebuah monitor yang dipasang di setiap koridor sekolah menampilkan nama David yang saat ini akan melanjutkan studi nya di Fantasy High School.

avataravatar