webnovel

Chapter 2 : Kehidupan di balik jeruji besi.

-12 Januari 1970-

Penjara besar kota palermo

Terlihat Clanniel yang sedang dibawa oleh dua polisi dengan protokol yang ketat. Melintasi lorong dan sel-sel penjara yang diisi oleh banyak narapidana, terasa hawa tak menyenangkan disisi kanan dan kirinya. Mereka semua menatapi Clanniel layaknya sebuah mainan yang baru saja tiba.

"Hoi kurus!" ejek seorang tahanan sembari berusaha meraih Clanniel.

"Wah kawan-kawan, sepertinya ada bajingan jelek disini," goda seorang tahanan sembari memberi tahu rekan-rekannya di sel.

Tatapan Clanniel kosong dan hanya terdiam seolah tak peduli terhadap segala ocehan yang dilontarkan. Terlihat matanya sembab karena menangis dan tubuhnya kurus karena tak banyak makan, hanya amarah serta rasa putus asa yang terpatri di hati.

Kemudian kedua polisi itu berhenti di depan sebuah sel yang cukup jauh dari sel lain. Semakin dia mendekat semakin terasa hawa mengerikan yang pekat, hawa membunuh terpancar melalui mata-mata itu.

"Masuklah ke sini!" tegas salah seorang polisi.

Baru saja beberapa langkah ia lalui, instingnya segera mengatakan untuk segera berlari. Tapi Clanniel tetap tenang. Entah karena berani atau tak peduli lagi dengan hidupnya sendiri. Salah seorang polisi tiba-tiba menendangnya, mungkin karena Clanniel terlihat sedikit lamban baginya.

'BUK!' suara tendangan keras kearah punggung Clanniel.

"Selamat menikmati bajingan!! hahahahaha!!" tawa polisi itu dengan kejam sembari mengunci sel dan perlahan meninggalkannya.

Terlihat 4 orang disisi kanan sel dan 3 sisanya berada di kiri. Ia melihat kesana kemari dengan cepat untuk menghindari tatapan mereka dengan cermat. Hanya saja mereka tetap berjalan kearah Clanniel dengan dramatisnya.

"Cih bau busuk! Sepertinya kehidupan dia diluar lebih buruk dari tikus got!" ejek pria berbadan besar sembari berlagak mengendus bau dari kejauhan.

Anehnya entah kenapa emosi Clanniel meledak tak beralasan. Ia menatap pria itu dengan penuh emosi seperti sedang berakting menjadi pembunuh bengis. Dahinya mengernyit, alisnya menajam dan matanya terfokus dengan insting buas.

"Diam kau cecenguk!" teriak Clanniel dengan penuh amarah.

"Aku akan menendang duburmu dan membuat ususmu bergetar keluar. Lalu melumat kepalamu dengan menginjaknya!" ancam Clanniel dengan suara nyaring dan senyum menyeringai sebagai penutup.

Semua mungkin terjadi karena stress dan amarah yang di pendam olehnya. Tapi sialnya penyesalan kini sudah tak berguna sebab situasi sudah berubah karena dirinya. Pria itu berdiri dan membalas tatapan Clanniel dengan berangnya hingga Clanniel pun ketakutan mengingat dirinya akan segera menjadi samsak sebentar lagi.

Berkat aksinya beberapa narapidana menertawainya, ada juga yang terkejut melihat betapa bodohnya dia, dan diantara bayang-bayang semua orang hanya ada satu orang yang terkesima melihat semuanya.

Sekitar dua jam berlalu dan kini seluruh tubuh Clanniel pun membiru, saat ini dia berada di ujung sel sembari menahan rasa sakit dan malu. Jam malam pun berlaku bersamaan dengan udara dingin yang membuat tubuh terasa ngilu, hanya ada kasur tipis yang menjadi alas bagi tubuhnya saat ini.

Matanya yang sayup-sayup perlahan tertutup oleh rasa kantuk dan dunia mimpi pun perlahan terbentuk. Ia pun tertidur dengan tenangnya menghiraukan segala hal di sekitarnya.

Tiba-tiba di dalam mimpinya terbayang kembali sosok istri dan anaknya yang terlihat bahagia bercanda tawa dengannya, meski begitu semua tak berlangsung lama sesaat ketika ia membuka mata pagi menyingsing bersamaan dengan realita yang tersingkap di depan mata.

Walau itu hanya sebuah mimpi yang singkat tapi perasaan tak bisa berbohong kepadanya, dia benar-benar merindukan mereka.

"Aku lapar..," gumam clanniel sembari meraba perutnya yang keroncongan.

Lalu tak lama setelah itu beberapa sipir datang membuka sel, setelah itu mereka memborgol kaki para tahanan di kaki dan menyuruh mereka untuk keluar.

"Berbaris monyet-monyet sialan!," seru seorang sipir yang tampak senior diantara dua sipir lainnya.

Para tahanan pun mulai berjalan perlahan keluar tapi Clanniel terlihat sedikit kesulitan, walau begitu tak ada belas kasihan yang terlihatkan seperti sebagaimana harusnya kehidupan seorang tahanan.

Sekilas borgol ini tampak tak efektif untuk menghentikan tindak-tanduk dari para tahanan tapi, berkat sistem penjagaan, pemeriksaan, serta hukuman yang ketat membuat para tahanan pun enggan untuk menimbulkan kesalahan.

Barisan tahanan pun berjalan melewati koridor dan lorong-lorong penjara menuju kafeteria untuk para tahanan menyatap sarapan. Clanniel hanya dapat berjalan dengan terseok-seok mengikuti tahanan lainnya dari barisan belakang karena rasa sakit yang ia derita.

Beberapa tahanan lain menatapinya dari jauh dan mulai saling berbisik satu sama lain. Kemudian terlihat salah satu tahanan terakhir keluar dari sel yang sama dengan Clanniel, anehnya semua tahanan tampak begitu segan dan tak sedikit yang menunduk ketika berjalan melewatinya.

Suara-suara obrolan orang mulai terdengar dari belakang. Rasa penasaran pun membuat Clanniel menoleh dan tampak dari matanya seorang pria kekar dengan sebuah bekas luka di bawah mata memanjang ke bagian pipi.

"Jangan menatapnya," bisik seorang tahanan di depannya.

Clanniel merasa begitu aneh karena ada seseorang yang tampaknya cukup normal dihadapannya. Tak terlihat baginya tampang seorang penjahat ataupun aura mengintimidasi dari orang itu, hal itu tentu membuat Clanniel berani untuk menjawab dan mengobrol dengannya.

"kenapa?," tanya Clanniel dengan singkat.

"Semua orang disini berkata begitu. Menurut rumor dia adalah seorang pemimpin familia di catannia dan juga merupakan orang yang cukup terkenal di dunia bawah sisilia," jawab pria itu sembari melihat Clanniel dari bawah kaki hingga kepalanya.

"Oh. Kau si anak baru itu ya? Kudengar dari rumor bahwa kau cukup bodoh untuk menantang Laori dan memancing amarahnya. Kukuku," Lanjut pria itu dengan tawa yang samar-samar.

"..." Clanniel terdiam menunduk karena malu.

Semua tahanan pun tiba di kafeteria. Terlihat sebuah ruangan besar yang diisi banyak meja selayaknya kafeteria di mana-mana, beberapa tahanan berbaris untuk mengantri makanan, beberapa mulai duduk dan menyatu dengan kelompoknya masing-masing.

Clanniel pun sudah mendapatkan makannya dan tampak kebingungan untuk duduk dimana. Pemandangan yang tak biasa baginya dimana semua orang tampak mengerikan di saat yang sama, dan terlihat tak mengenakan untuknya. Beruntung pria tadi mengajaknya ke sebuah meja sepi di dekat jendela dan kemudian mereka duduk bersama.

"Orang-orang disana takkan duduk disini," ungkap orang itu sembari mengunyah makanannya dengan lahap.

"Kenapa? Apakah karena cahaya matahari yang masuk dari sini?" tanya Clanniel dengan bingung.

"Tidak. Sebenarnya pria yang mengerikan itu biasanya duduk disini," ungkap pria itu dengan santainya.

"HAH?! Lalu apa yang kita lakukan disini?!" tanya Clanniel dengan cemas.

"Hey! Tenang saja karena itu hanya akan berlangsung sementara sebab akan ada hal menarik yang terjadi dan kau akan berada di dalamnya. Bukankah itu menyenangkan?" katanya sembari tersenyum dengan anehnya.

Terungkaplah sisi aneh dari orang ini yang tampaknya normal seperti orang-orang biasanya. Kecemasan Clanniel pun berbuah kenyataan dan membuat ia menjadi sedikit ketakutan.

Pria yang di kenal sebagai mafia itu tampak berjalan kearah meja yang mereka duduki, dengan hawa-hawa yang membuat bulu kuduk Clanniel berdiri. Walau begitu Clanniel juga menjadi penasaran terhadap orang yang duduk bersamanya dan memutuskan untuk duduk demi melihat sesuatu yang 'menarik' akan terjadi.

Pria itu duduk di meja itu dan beruntung agak jauh dari tempat dimana Clanniel duduk.

"Meski satu meja asalkan duduknya tak berdekatan takkan ada masalah bukan?" pikir Clanniel di dalam hati dengan keringat yang menetes dari dahi.

Tak lama setelahnya, pria itu mulai makan dan tampak menghiraukan Clanniel dan orang yang duduk bersamanya itu. Walaupun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Rupa-rupanya Laori berjalan mendekati Clanniel dan menamparnya dari belakang dengan cukup keras hingga membuat wajah Clanniel terjelembab ke tempat makannya.

"Ay ay! Tikus got sedang makan rupanya!" ejek Laori

Laori kemudian melempar Clanniel dari meja itu ke lantai, dan membuat seluruh orang terfokus kepadanya. Laori mengangkat Clanniel keatas sembari mencekik lehernya hingga membuat Clanniel tersiksa.

Orang yang duduk bersamanya tadi hanya ikut memperhatikan dengan senyuman, mungkin dia sudah tahu semua yang akan terjadi kepadanya atau memang dia menikmatinya.

"Tikus got seharusnya diberi racun agar tak mengganggu lagi. Tapi sayangnya racun pun terlalu berharga bagi tikus got! Seperti dirimu!!" ejek Laori sembari melepaskan pukulan-pukulan keras ke perut Clanniel.

"AAARGH!!" Clanniel hanya dapat pasrah sembari meringis kesakitan sedangkan pukulan demi pukulan terus menghantamnya tanpa ampun.

Laori kemudian melepaskan cekikannya dan membuat Clanniel terjatuh kembali ke lantai. Suasana itu dipenuhi dengan atmosfir mengintimidasi dari Laori, hingga membuat semua orang pun terdiam ketakutan.

Clanniel pun merasakan rasa putus asa yang amat sangat di dalam dirinya. Hingga berpikir untuk mati saja, entah itu karena rasa sakit yang ia rasa atau rasa kehilangan yang ia punya. Tapi sesuatu mulai memercik di hatinya hingga terlintas suatu kata.

"Jikalau aku mati setidaknya aku akan memberikan perlawanan terakhir' pikir Clanniel sembari mengumpulkan tenaganya untuk kembali berdiri.

Pandangan Clanniel pun berganti karena melihat beberapa sipir mulai berdatangan setelah mengantarkan barisan terakhir ke kafeteria. Ketakutan yang bersarang perlahan mulai hilang dengan secerah harapan yang berharap bahwa ia dapat membuat Laori dihukum oleh kepala sipir atas perilakunya.

Clanniel pun memanfaatkan kesempatan dengan sigap. Ia kemudian berdiri dengan gemetaran dan dengan sedikit semangat ia melontarkan sebuah perkataan yang mengejutkan semua orang yang memperhatikan.

"Jika aku adalah tikus got bukankah berarti engkau sedang berada di tempat yang sama?!" tanya Clanniel dengan nada mengejek.

Clanniel tanpa sadar mengeluarkan sebuah kalimat yang ia gunakan saat menjadi seorang aktor dan disaat yang bersamaan ekspresinya begitu mendalam karena peran yang ia pernah lakukan.

Kini dengan kuda-kuda yang rapuh ia menantang seseorang yang mengerikan bagi sebagian orang, tapi entah kenapa ia tampak begitu yakin dan membuat bingung semua orang.

Next chapter