webnovel

Awal

Seteguk dua teguk Vodka rasanya begitu sempurna untuk menemani sepinya malam ini. Malam yang suram tanpa adanya bintang bertaburan. Langit malam terlihat sangat suram, mendung telah menutupi keindahannya. Sebentar lagi nampaknya hujan akan tiba, tapi lelaki itu masih terlihat santai meneguk minuman memabukkan itu.

Pria berambut panjang dengan mata tajam menatap kosong ke arah depan. Kini ia masih terlihat duduk di bangku panjang yang letaknya dekat dengan gerbang.

"Sen gue pulang!" ucapnya sembari mengangkat gelas kecil yang sedari tadi menemaninya itu.

"Lo nggak mabuk kan?" teriak sosok pria dari dalam rumah.

Pria gondrong itu tak menjawabnya dan langsung pergi dengan menggunakan motor gede yang membisingkan telinga.

***

Anggara Yuda Pramesta, kerap disapa Yuda. Merupakan sosok pria berandal yang hidup terluntang-lantung di tengah kota metropolitan ini. Pria yang seringkali mencetuskan dirinya sebagai manusia bebas. Bebas melakukan apapun yang ia sukai walau itu tak benar.

Tubuhnya sudah sangat akrab dengan lantai penjara, ia sudah beberapa kali masuk bui karena ungkapan manusia bebas itu. Kerap terlibat dalam perkelahian, balapan liar, bahkan ia hampir masuk bui karena diduga menggunakan obat-obatan terlarang, tapi sayangnya itu tidak terbukti.

Begitulah Yuda hidup. Padahal ia terlahir dari keluarga yang berkecukupan bahkan sangat cukup. Papinya merupakan orang asli Jepang dan kini juga sedang bekerja di Jepang. Sudah sangat lama ia tak bertemu dengan Papinya, 15 tahun lalu tepatnya.

Ia lebih dekat dengan Maminya. Mami yang selalu khawatir dengan anaknya, Mami yang selalu panik saat Yuda tak pulang selama berhari-hari. Jantung Maminya sudah sangat terlatih memiliki anak seperti Yuda. Ia merupakan anak satu-satunya, tak heran Maminya begitu khawatir karena memang hanya Yuda yang ia miliki saat ini.

***

"Yuda pulang," ucapnya saat membuka pintu rumah.

"Akhirnya pulang juga gantengnya Mami, sini makan dulu," sambut Mami dengan senyuman tulus.

Walau diluar ia merupakan sosok pria berandalan tapi di rumah ia tetaplah bayi kecil Mami dan akan selalu seperti itu.

Yuda menghampiri Mami yang sedang menyiapkan makan malam untuknya. Menahan pening di kepalanya akibat kebanyakan minum memang tak mudah.

"Kamu habis minum ya?" tanya Mami.

Yuda hanya tersenyum lebar menjawab pertanyaan Mami.

"Hmm, jangan banyak-banyak lah Yud, nggak baik," lanjut Mami.

Yuda hanya tersenyum melihat Maminya sedari tadi.

"Mami cantik," ucapnya tiba-tiba.

"Dih, pasti ada mau nya."

"Nggak kok, cuma heran aja kok aku punya Mami secantik ini," rayunya lagi membuat Mami salah tingkah.

"Halah kamu bisa aja," balas Mami.

Mereka pun segera menyantap makan malam yang telah dihidangkan. Walau hanya berdua tapi terasa sangat nikmat.

"Besok pagi kita ke gereja bareng ya!" pinta Mami sambil menatap Yuda yang sedang makan.

"Hmmm..." Yuda terlihat masih berpikir.

"Ayolah Nak!" pinta Mami sekali lagi.

Yuda mengangguk sambil tersenyum ramah.

***

Disela makan malam itu, Yuda tiba-tiba mendapati telepon dari Arsen sahabatnya.

"Iya Sen?"

"Oh oke-oke gue berangkat sekarang!" pungkas Yuda lalu mengakhiri telepon itu.

"Arsen?" tanya Mami.

Yuda hanya mengangguk seraya bergegas untuk pergi.

"Mau kemana?" tanya Mami lagi.

"Mau ketemu Arsen, aku pamit ya Mi!" Yuda langsung berlari setelah berpamitan dengan Maminya.

"Hati-hati!" teriak Mami melihat Yuda yang begitu tergopoh-gopoh untuk pergi.

***

Kini ia sudah sampai di rumah Arsen, tapi ia tak masuk melainkan menunggunya di depan gerbang.

"Cepat dong!" teriak Yuda.

"Iya-iya ini." Terlihat Arsen terburu-buru untuk keluar.

Mereka berdua pun segera pergi, entah kemana mereka akan pergi.

"Udah ramai ya disana?" tanya Yuda diperjalanan.

"Iya udah ramai," jawab Arsen.

Beberapa saat kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah jalan. Jalannya gelap tapi terlihat orang sangat ramai berkumpul disana.

Yuda melihat jam, 20.25. "Kita harus cepat sampai lokasi," ucap Yuda lalu ia menambahkan kecepatannya.

***

"Terjadi pengeroyokan seorang pemuda di jalan anggrek malam ini, hingga menyebabkan tewasnya seorang pemuda." Berita televisi malam ini membuat Mami Yuda sedikit khawatir dan overthinking tentang keberadaan putranya.

Hanya ingin memastikan bahwa putranya baik-baik saja, Mami menelpon Yuda tapi seperti biasa, ia tak menjawabnya.

"Yuda Yuda, kenapa setiap malam kamu selalu buat Mami khawatir Nak," gumamnya.

Tentu saja malam ini ia akan terjaga guna menantikan anaknya pulang. Tapi sampai tengah malam tak ada suara motor yang menandakan Yuda datang.

Sekarang sudah pukul 3.44 tapi tak ada tanda-tanda kepulangan Yuda ke rumah, Mami semakin khawatir. Yuda memang sudah biasa tak pulang berhari-hari tapi malam ini perasaan Maminya mengatakan bahwa Yuda tidak sedang tidak baik-baik saja.

"Apa ini cuma perasaanku." Mami terus berusaha untuk meyakinkan diri bahwa Yuda baik-baik saja.

***

"Yud kita harus kabur sejauh mungkin!" teriak Arsen dari belakang.

"Lo bisa tenang nggak!" Yuda tampak panik malam itu.

Mereka terus pergi menjauh sampai polisi tak bisa mengejar mereka, entah di daerah mana kini mereka berada.

"Ini kebun teh?" Mereka masih bertanya-tanya di daerah mana sebenarnya mereka kini berada.

Gelapnya malam membuat semaunya terlihat gelap dan samar-samar, namun cukup jelas bahwa saat ini mereka sedang berada di hamparan kebun teh.

"Di puncak?" tanya Arsen.

"Entahlah gue nggak tahu ini dimana," jawab Yuda.

"Ya udah ayo kita lanjut!" ucap Arsen mengajak ia pergi lebih jauh lagi. Tapi saat itu...

Motor Yuda tak bisa menyala. Setelah ia lihat ternyata bensin motornya habis.

"Buset mampus kita!" celetuk Arsen.

"Mau nggak mau kita harus jalan kaki," ujar Yuda.

"Terus motor lo?"

"Biarin disini aja," jawabnya santai.

"Astaga Yuda! Gue tahu lo orang kaya, tapi ini masalah... Nanti polisi bisa melacak keberadaan kita gimana?" Arsen merasa khawatir dengan keputusan Yuda itu.

Ya ide yang bagus. Mereka mendorong motor itu untuk masuk ke dalam kebun teh agar tak terlihat. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.

"Kemana kita?" ucap Arsen yang terus saja mengeluh selama di perjalanan.

"Lo bisa diam nggak sen, gue juga bisa pusing!" Yuda tampak marah dengan Arsen yang terus menerus mengeluh itu.

***

Malam itu hujan akhirnya turun. Arsen dan Yuda berlari mencari tempat untuk berteduh. Di ujung jalan sana ia melihat ada banyak lampu yang menandakan ada desa disana.

Mereka bergegas untuk segera kesan, walau mereka sudah basah kuyup.

Akhirnya malam ini mereka menemukan sebuah desa. Tapi nampak desa itu sangat sepi.

"Yud ini bukan desa jin kan? Sepi banget, " tanya Arsen terlihat takut.

"Heh liat jam noh, justru lo harus takut kalau kampung ini ramai," jawab Yuda.

Yang dikatakan Yuda ada benarnya juga. Ditengah malam begini mana ada yang beraktivitas, semuanya pasti sedang beristirahat.