2 B

Apa yang paling ditakuti oleh mahasiswa?

Dosen killer? Kuis dadakan? Ngulang mata kuliah?

Normalnya sih iya. Apalagi kalau masih menyandang status sebagai mahasiswa baru alias maba. Pinginnya lurus terus jalannya, nggak mau sampai kena masalah sekecil semutpun.

Tapi kita bisa apa kalau dosen udah 'menandai' kita? Dengan predikat yang nggak banget, lagi! Ya malu, kesel, gemes, dongkol juga.

"Koordinator kelas, Si Tukang Tidur, apalagi julukan yang pantas buat kamu? Mahasiswa abadi?"

Amit-amit!!! Gitu banget doainnya? Masa' masih maba udah dilabeli kayak gitu? Ucapan itu do'a lhoh.

"Maaf, Pak."

"Udah sering saya mergokin kamu tidur di jam kuliah saya. Mau dapat nilai apa nanti?"

Mia hanya bisa diam saat dosennya itu memberikan ceramah di detik-detik terakhir pergantian kelas. Beberapa temannya hanya mampu diam dan menunduk, merasa takut untuk menegakkan kepalanya.

Aura dosen tersebut ternyata kuat banget, bahkan membuat para mahasiswa layu kayak daun yang kebakar sinar matahari. Nunduk semua!

"Bahkan jurnal yang kemarin saya kasih udah nggak jelas gitu bentukannya. Ada coret-coretan? No! Yang ada bekas air liur yang menganak sungai!"

Suara tawa tertahan seketika terdengar di sepenjuru ruangan, namun sungkan untuk mengeluarkan tawa karena keberadaan dosen muda tersebut.

"Dari semua kuis yang sudah saya berikan, nilai kamu itu selalu di bawah rata-rata. Kalau sudah begitu saya harus nulis apa di laporan akhir nanti? Nilai kamu itu rendah, mau saya katrol berapapun nggak ngerubah sama sekali. Apa yang harus saya lakukan?"

"Perbaikan, Pak!" celetuk salah seorang temannya. Mia melotot saat mendengar usulan tersebut.

Gosh, dari yang udah dia denger nih ya... Perbaikan dari Bapak Dosen ini tuh susah, udah gitu nilainya juga pelit! Ogah banget kalau dia harus ikut perbaikan.

"Gimana, Mia? Atau kamu ada usulan lain?"

Mikir, Miaaa... Cari solusi yang gampang tapi nilainya juga gampang. Hidup lo bukan cuma ngurusin tugas dari Si Bapak doang!

Mia menggeleng lesu, "belum ada, Pak."

"Jadi asisten Bapak saja," kompor temannya yang lain lagi. Nggak ada yang bener semua sarannya. Bukannya dapet nilai bagus, yang ada malah tambah anjlok nilainya!

"Saya nggak butuh asisten. Thanks," jawabnya pongah.

Suasana kelas kembali senyap. Asli, bikin tambah ngantuk kalau tenang kayak gini. Tenang dan ngantuk adalah perpaduan yang nikmat banget, cuy.

"Karena minggu depan sudah UAS, saya minta kalian belajar dengan sungguh-sungguh. Ini kesempatan terakhir kalian buat memperbaiki nilai nanti. Kalau masih merasa kurang, bisa menemui saya secara langsung di ruang dosen."

Dosen tersebut langsung kembali ke mejanya untuk memasukkan barang bawaannya ke dalam ransel.

"Koordinator kelas, kumpulkan kuis hari ini dan bawa ke ruangan saya," tutupnya sebelum beliau ke luar dari ruang kelas.

"Bodoamat!" Umpat Mia setelah pintu ruangan tertutup. Tanpa perasaan, teman sekelasnya langsung ke luar kelas tanpa mengumpulkan lembar jawaban kuis mereka. "Gue sumpahin nilai kalian lebih bobrok dari gue!" teriaknya keras.

***

Walaupun sudah ditumbalkan oleh kawan-kawannya, mana tega Mia membiarkan pekerjaan mereka terbengkalai begitu saja?

Makanya sekarang Mia sedang mejeng di depan ruang dosen, nungguin Si Bapak Dosmud yang masih ngajar di kelas kakak tingkat. Padahal dia udah rindu sama bantal guling kasur di kost-an.

"Mau ke siapa, Dek?" tanya seorang cowok yang juga lagi duduk di sana.

"Ke Pak Miko, Kak."

Iya, nama Bapak Dosen Muda Tampan nan Killer itu Pak Miko. Imut-imut gimana gituuu, ya nggak sih? Tapi kelakuannya amit-amit. Bikin ngelus dada tiap hari.

"Ooh, dosmud angker?"

Apalagi itu? Julukkan dari kami belum cukup ternyata, bahkan dari angkatan lain aja masih ngasih predikat tersendiri buat Si Bapak. Emang famous banget beliau, tuh!

Famous apanya?

Killer-nya, dong...

"Wah! Ada julukan baru juga dari Kakak?"

Tawa renyahnya mengudara saat mendengar pertanyaan gadis mungil itu. "Emang seterkenal itu ya Pak Miko. Padahal statusnya masih dosen muda, baru lagi. Tapi angkernya ngalahin dosen senior."

'Hmmm, setuju banget,' batin Mia girang sambil menganggukkan kepalanya antusias.

"Kakak sendiri, mau ke siapa?" tanya Mia setelah melirik sejenak pada Map hijau di tangannya.

"Mau bimbingan ke Bu Kajur," jawabnya singkat.

Kajur itu Kepala Jurusan, dan kebetulan dipegang oleh dosen wanita. Poin plus-nya, beliau masih single! Soal penampilan? Jangan ditanya lagi! Good looking, parah parah. Mahasiswinya aja kalah saing sama beliau.

Dan gosipnyaaa... Bu Kajur itu lagi dalam masa pendekatan dengan Pak Miko. Auto poteq hati para mahasiswa yang selama ini nge-fans sama Si Ibu!

"Nggak ada di ruangan emangnya?"

"Lagi ngajar. Padahal udah dijanjiin bimbingan pagi, nggak taunya malah ngajar," curhatnya.

Buat janji sendiri, dilanggar sendiri. Hm. Dosen emang kadang suka gitu, dan sebagai mahasiswa yang baik kita harus memakluminya.

Dosen itu orang sibuk, gaess. Bukan cuma kita yang diurus, tapi masih banyak lagi urusan lain yang entah apa saja itu. Belum lagi urusan pribadinya, urusan asmara misal.

Jadi nggak baik kalau kita nuntut dosen A, B, C, meskipun kita juga banyak dituntut sama mereka.

"Emang mau bimbingan apa, Kak? Skripsi?"

"Boro-boro skripsi, laporan PKL aja masih revisi terus. Mana ada adik tingkat yang lagi ikut PKM lagi, tambah deh jadi anak tirinya."

"Kok bisa?" tanya Mia heran.

"Mereka mulu yang diprioritasin gegara tenggat waktunya udah deket. Padahal aku juga pingin cepet selesai."

"Sabar, Kak. Tetep semangat!"

Percaya deh, ucapan semangat itu kadang nggak ngaruh sama sekali. Ibarat kata, cuma basa-basi yang beneran bakalan basi. Males banget dengernya!

"Tuh udah dateng," bisiknya sambil menunjuk ke arah depan. "Berdo'a dulu biar dilindungi sama Tuhan."

Dikiranya dia makhluk ghaib kali ya?

"Kamu, ke ruangan saya sekarang."

Busyet! Udah nongol di depannya aja tiba-tiba, udah mirip sama makhluk ghaib beneran. Nggak ada salam atau sapaan, suara langkahnya pun tak terdengar.

"Duluan, Kak," pamitnya setelah menenteng tasnya.

"Kabarin ke temen sekelas kamu, buat aja makalah sesuai pertemuan kita kemarin. Total ada 14 pertemuan, jadi nanti dibagi menjadi 14 kelompok. Minggu ini harus sudah dikumpulkan di meja saya, minggu depan saya tolak karena sudah masuk minggu tenang," ucapnya tenang, setenang ruang dosen yang cuma berisi mereka berdua, ditambah seorang dosen senior yang lagi sibuk video call entah sama siapa.

Spechless.

SEKARANG UDAH HARI RABU, ITU ARTINYA TUGAS HARUS DIKUMPULKAN PALING ENGGAK HARI JUM'AT, 'KAN??? DUA HARI DAPET APA, PAK???

"Bisalah, ya? Sekarang baru Rabu, kerjain besok seharian juga jadi," ucapnya enteng.

"Tugas kami banyak, Pak, apalagi ini minggu terakhir perkuliahan di semester ini. Senin bagaimana, Pak?"

"Yang dosen di sini saya apa kamu?" tanyanya tak terima. "Terserah saya dong mau ngasih tenggat waktu kapan buat tugas kalian," lanjutnya.

Fix! Pak Miko beneran butuh pawang buat jinakkin dia! Ada yang mau daftar???

.

.

.

.

.

To be continue

avataravatar
Next chapter