1 A

Seorang pria dewasa menatap gadis di depannya dengan mata elangnya. Jarak mereka cukup dekat, hanya berbataskan sebuah meja di antara keduanya. Ia menopang dagunya dengan kedua tangannya, mengamati pergerakan gadis itu.

"M-maaf, Pak," cicit gadis itu pelan.

"Kenapa minta maaf? Memangnya kamu punya kesalahan sama saya?"

Gadis itu semakin gelisah di kursinya. Ia merutuki keberaniannya yang menguap entah ke mana saat berhadapan dengan pria di depannya ini.

'Seharusnya gue udah menikmati mielung di kantin,' batin gadis itu, menyesali keberadaannya yang malah berakhir di ruang dosen.

Jadi ceritanya, tadi pagi ia terpilih sebagai koordinator kelas di mata kuliah Kimia Dasar. Tentu saja bukan dirinya sendiri yang menyalonkan, tapi berdasarkan pada 'voting' anak-anak sekelasnya. Katanya dia itu tegas, pemberani, dan punya jiwa kepemimpinan yang kuat. 'Alasan doang itu! Yang bener adalah, nggak ada yang mau jadi koordinator kelas karena sebelas duabelas dengan kacung!' teriaknya tak terima. Tentu saja hanya dalam hati.

"Kalau kamu cuma mau diam saja lebih baik kembali ke kelas. Saya masih ada kerjaan lain," ucap dosen pria tersebut saat mendapati keterdiaman mahasiswinya.

"Eng... Saya Dwi Arumia, Pak."

"Lalu?"

Dosen tersebut menatap tak sabar pada mahasiswi tersebut. Jari-jemarinya tak bisa diam, bergerak mengetuk-ngetuk meja kaca yang berantakan dengan modul dan kertas-kertas hasil kuis dadakan.

Kok bisa tau? Ya karena kelasnya tadi baru saja diadakan kuis dadakan, dan nggak ada kelas sebelumnya lagi karena sekarang baru masuk jam mata kuliah ke dua.

"Koordinator kelas yang tadi."

Dosen tersebut menganggukkan kepalanya. "Oh, iya. Jadi ada perlu apa?"

Gadis tersebut tercengang tak percaya, "tadi Bapak nyuruh koordinator kelas buat ke ruangan Bapak. Makanya saya menemui Bapak."

"Duh! Saya lupa," ucapnya sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajah tampannya.

Tampan?

Iya, dosen itu tampan, mapan, dan tentunya masih muda. Wajar kalau dia menjadi dosen muda idola di fakultas, atau bahkan di universitas. Namun sayangnya dia killer!

Dari desas-desus yang beredar, tak sedikit mahasiswa yang mengulang di mata kuliah yang beliau ampu. Baik mahasiswa lama ataupun baru, pasti ada saja yang mengulang di semester selanjutnya.

Beliau terkenal di kalangan mahasiswi akan penampilan fisik dan kecerdasannya, namun terkenal angker di mata para mahasiswa. Salah dikit, langsung auto C di KHS (Kartu Hasil Studi) nanti. Keterlambatan dikiiiit aja, diomonginnya sampai jam kuliah berakhir, bersambung ke pertemuan selanjutnya.

"Bentar," dosen tersebut beranjak dari kursinya, meninggalkan sang mahasiswi melongo di mejanya.

Asli, ini dia ditinggal sendirian, plonga-plongo di ruang dosen?! Seriously?!

Berbagai umpatan tak mampu ia bendung lagi. Tapi masih di dalam hati. Nanti! Ia berjanji, nanti akan ia ke luarkan semua sumpah serapah yang ditahannya ini. Jadi, harap bersabar para readers.

"Kamu perbanyak artikel ini."

Sebuah artikel bertengger manis di depannya. Dari judulnya, okeee... Full English! Siap-siap nerima umpatan tambahan!

"Kok bahasa Inggris semua, Pak? Yang bahasa Indonesia aja nggak ada?"

Dosen tersebut menatap mahasiswinya tajam, tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan olehnya. "Kok kamu ngatur saya? Dosennya itu saya, apa kamu?"

"Maaf, Pak.."

"Atau mau saya tambahi lagi? Biar makin pinter kalian?"

"Eh! Nggak usah, Pak. Ini udah lebih dari cukup. Terimakasih," ucapnya terburu-buru. Takut ditambah lagi artikelnya, kan bisa ngebul otaknya nanti?

"Ya sudah, kamu bisa balik ke kelas. Jangan lupa dibaca, minggu depan saya buat kuis dari artikel itu."

"Baik, Pak. Permisi..."

"Tunggu!" mahasiswi tersebut urung bangkit dari kursinya, menunggu kalimat sang dosen selanjutnya. "Artikelnya beneran dibaca, jangan cuma dibawa aja pas jam saya, apalagi dibuat bantal tidur."

Asssem!!! Masih aja dibahas lagi??? Itu kejadian udah berminggu-minggu yang lalu lhoh... Masih aja diingetin, Pak!

"Baik, Pak. Permisi..."

Mari kita lanjutkan permisuhan di luar ruang dosen.

Yakin, makin tambah gondok sama dosen itu. Usia muda nggak menjamin dia bakalan baik juga ke mahasiswa, yang ada malah tambah semena-mena.

Kayak yang udah dipaparkan sebelumnya, jadi Mia adalah korban kenyinyiran beliau di minggu ke dua perkuliahan. Di perkuliahan beliau, Mia malah ketiduran di kelas berlambarkan artikel minggu lalu!

Langsunglah dapet siraman rohani dari awal sampai akhir perkuliahan, berlanjut di pertemuan selanjutnya. Dan sampai sekarang udah masuk minggu ke empat belas pertemuan masih aja diungkit-ungkit.

Rasanya pingin nantangin Si Bapak masak aja, deh! Yakin!

"Gimana, Mi?" teman-temannya langsung menyerbu saat Mia ke luar dari ruang dosen. "Dapet apalagi di dalem?"

"Nih! Hadiah buat kita," Mia mengangsurkan artikel full english tadi ke hadapan teman-temannya.

Kerumunan langsung tercipta, berlomba-lomba mengobati jiwa keponya akan lembaran tersebut. "Anjir!!!" Umpatan berjamaah langsung menguar, setelahnya kerumunan langsung bubar. Meninggalkan lembaran artikel full english yang udah kumal bentukannya.

"Astaga!!! Ini kenapa jadi lecek banget?! Dasar tangan-tangan kotor kalian! Siapa yang mau fotokopi?"

"Ya kamu, lah!"

"Yang translate?"

"Sekalian aja kenapa, sih? Kan situ yang jadi koordinatornya. Baik dikit sama anak buah.."

Astagaaa... Temen lucknut ya kalian ini.

"Beneran dijadiin kacung gue. Mana duitnya? Iurannya dinaikin, buat ongkos jalan gue!"

Kalau punya temen lucknut, kita juga kudu pinter-pinteran buat manfaatin mereka! Mereka seenaknya ke kita, balas jangan kasih kendor!

"By the way, Si Bapak makin ke sini makin makin cakep. Tapi sayang, kadar killernya juga makin nambah! Nggak ada pawangnya kali, ya?"

"Tau! Situ aja sana yang daftar, siapa tau lolos," cetus Mia menggebu. Ia masih dongkol sama dosen satu itu.

"Nggak deh, aku nggak mau nikung temen sendiri soalnya."

"Maksudnya? Emang ada yang lagi naksir Si Bapak?" tanya Mia heran. Perasaan nggak ada kabar kalau salah satu temennya naksir Si Bapak.

Kalau sampai ada kabar, bakalan jadi trending topik pastinya. Secara, dosen yang terkenal killer kalau ada yang berani deketin ya punya 3 kemungkinan, orangnya emang cinta banget, nggak punya pilihan lain, atau modal nekat karena kena dare di permainan ToD.

"Kamu belum denger kabar??"

What?? Jadi beneran? Sujud syukur kalau emang bener kabar itu.

"Apaan sih?" tanya Mia tak sabaran.

"Katanya Si Bapak sering merhatiin cewek."

"Siapa???"

"Dari fakultas kita, dan sering banget ke luar-masuk ruang dosen."

"Beneran? Yang mana sih, orangnya??"

Semua tatapan mata langsung tertuju ke arahnya. Mia yang bingung pun mengutarakan ketidaktahuannya, "kenapa? Ada yang salah sama gua?"

"Pingin tau siapa pawang Si Bapak?"

Mia mengangguk antusias. Asli! Penasaran banget siapa orangnya! Pingin dia komporin tuh cewek biar nggak mau sama Si Bapak yang killernya udah di atas rata-rata.

"Dia adalah..."

Jengjengjeng... Teman-temannya langsung riuh, memperagakan suara-suara heboh yang menegangkan, udah kayak di acara kompetisi nyanyi dangdut aja!

"Dia adalah..."

"Kalian ngapain?"

Suara berat yang khas itu mampu mengalihkan perhatian mereka. Perlahan, mereka menoleh ke sumber suara.

What the...

"Sejak kapan Bapak di situ???" tanya Mia heboh. Yang lainnya? Udah kehabisan nafas mereka.

.

.

.

.

.

To be continue

avataravatar
Next chapter