2 Bab 2 Apa yang kukatakan,

tidak seharusnya kaupercayai semuanya--Tidak disangka, tiga hari kemudian, dia menerima teleponnyaSelama lima tahun ini dia tidak pernah mengubah nomor ponselnya. Dia menekan ponselnya dan kedengaran suara yang sangat akrab: "Turun."Samar—samar, Qingyang teringat lagi masa sekolahnya dulu, setiap hari sepulang sekolah dia pasti menerima panggilan telepon yang sama dengan nada dan suara Kim Nancheng yang lembut: " Turun ya, aku menunggu kamu di bawah."Tiba—tiba dia tersadar, sandalnya saja belum sempat dipakainya, dia Jihing dah bergegas berjalan menuju ke depan jendela. Di bawah, terlihat Kim Nancheng bersandar di Mercedes—Benznya, tubuhnya samar tertutup oleh sinar bulan, seolah—olah semuanya ini hanya mimpi.Pikirannya menjadi kacau, dia ingin mengatakan sesuatu supaya dia bisa pergi, dengan alasan yang sudah disusunnya sebelumnya, namun ia tak sanggup mengucapkannya. Qingyang memang tidak pintar berbohong, apalagi berbohong di depan Kim Nancheng."Aku melihatmu di depan jendela, kuberi waktu lima menit untuk turun menemuiku." Kim Nancheng berubah semakin dominan dibanding lima tahun yang lalu. Hanya dengan sepatah kata saja, ia membuatnya tak bisa mundur.Sepanjang jalan mereka berdua hanya terdiam. Diikutinya Kim

Nancheng masuk ke dalam rumah keluarga Kim yang besar. Seluruh anggota keluarga sudah hadir di sana, bahkan Shing Xinying, pacarku Kim Nancheng pun ada di sana. Mereka berdua datang paling terlambat. Begitu mereka masuk, perhatian banyak orang langsung terfokus pada mereka. Mungkin mereka sama sekali tidak menyangka kalau dirinya juga akan hadir di sini, sehingga semua anggota keluarga terlihat agak kaget melihat kehadirannya.Qingyang merasa canggung. Sesudah memberi salam kepada para tetua, dia bermaksud mencari tempat duduk yang jauh dari perhatian orang, tetapi Kim Nancheng malah menariknya paksa untuk duduk di sampingnya.Diam—diam Ibu Kim meliriknya, dia tahu maksud beliau, karenanya dia sama sekali tidak berani berbicara sepatah kata pun dan hanya bisa menundukkan kepalanya saja.Semua orang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Pak Tua, senyum yang bahagia muncul di wajahnya yang sudah berusia 85—an. Dia mengangguk—anggukkan kepalanya dengan rasa gembira dan berkata: "Hari ini saya ingin mengumumkan sebuah kabar gembira pada semua yang ada di sini. Sesudah berdiskusi dengan Pak Tua Pei, kami memutuskan untuk mempertunangkan Kim Nancheng dengan Xinying pada tanggal 20 bulan depan.""Kejutan" yang sangat mendadak. Tiba—tiba angan Qingying jadi gemetar tanpa bisa dikendalikannya, sampai—sampai sumpitnya terjatuh ke lantai. Suasana di rumah yang semula sangat tenang, kini berubah menjadi sangat hening.Di bawah tatap mata semua orang, Qingyang yang lemah lembut itu berusaha untuk tersenyum secara perlahan—lahan. "Selamat kepada Kakak dan Calon Kakak Sepupu. Lima tahun yang lalu saya sudah pernah bilang cepat atau lambat kalian pasti akan bersatu. Sekarang kelihatannya apa yang saya ramalkan itu benar."Pei Xinying tersenyum malu. Ekspresi Kim Nancheng tidak banyak berubah. Ia hanya menoleh ke arahnya dan berkata dengan nada tenang: "Ternyata kamu juga bisa meramal ya!"Qingyang tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya bisa tersenyum sambil menundukkan kepalanya, dan melanjutkan makan nasinya.Makanannya terasa begitu hambar. Hampir semua orang berbicara dan tertawa, hanya Qingyang yang tiba—tiba merasakan ada semacam kepedihan di dalam hatinya. Dia menyesal, ya menyesal sekali, menyesali dirinya yang begitu mengecewakan. Hanya demi untuk bisa melihatnya lagi, dia menempatkan dirinya dalam posisi canggung seperti sekarang ini.Dia ingin sekali pergi dari sana supaya ia tidak harus menyaksikan Nancheng dan Pei Xinying sebagai pasangan yang serasi di depannya. Begitu pikirannya ini muncul, dia segera berusaha menguasai dirinya. Namun bagaimanapun dia tetap tak mampu menaklukkan pikirannya.Qingyang merasa lega ketika akhirnya dia bisa menghabiskan semua nasi yang ada di mangkoknya, ia kemudian langsung berdiri. Ketka semua mata langsung tertuju kepadanya, dia baru sadar kalau dirinya terlalu gegabah."Saya…" Dia ingin melanjutkan kata—katanya, tetapi seseorang memotongnya. Kim Nancheng yang bangkit berdiri, dengan nada tenang berkata pada semua orang yang hadir: "Besok Qingyang harus kerja, jadi lebih baik saya antar dia pulang sekarang."Qingyang kaget. Memang benar dia mau pulang dan besok harus bekerja, tetapi dia tidak terpikir untuk meminta Nancheng mengantarkannya pulang. Tunangannya kan ada disini. Mana boleh dia meninggalkan tunangannya untuk mengantarkan Qingyang pulang?Benar saja, Pak Tua berkata: "Nancheng, Xinying masih di sini, seharusnya kamu menemaninya lebih lama di sini" Bagaimanapun beliau adalah Pak Tuanya keluarga kim yang bisa membuat orang—orang menjadi bersenandung mendengarkannya. Qingyang baru saja hendak mengatakan kalau Kim Nancheng tidak usah mengantarnya, tetapi lagi—lagi Kim Nancheng memotongnya: "Sudah malam, kalau Qingyang pulang sendirian saya agak khawatir. Saya akan mengantarkannya dulu sekarang dan akan kembali lagi nanti secepatnya, Xinying bisa mengerti kok!"Pei Xinying juga menimpali: "Ya, Kakek. Biarkan Nancheng mengantarnya pulang. Saya juga khawatir kalau Qingyang pulang sendirian."Pak Tua akhirnya mengangguk—anggukkan kepalanya, "Pergilah dan cepat pulang, ya!"Tujuannya datang hari ini adalah untuk merayakan ulang tahun Pak Tua, Qingyang sebagai orang yang posisinya paling muda di keluarga ini, sebenarnya tidak pantas dirinya pulang lebih awal, tetapi ini malah ia yang paling dulu berdiri pulang. Kim Nancheng membantunya bicara dan Pei Xinying juga mendukungnya. Namun, sebenarnya Qingyang sejak awal sudah ingin menghindari adegan "Pasangan suami istri yang serasi" ini.Qingyang mengikuti kim Nancheng keluar dari rumah tua. Sewaktu kim Nancheng mengambil mobil, sebenarnya dia berencana kabur sendirian. Namun, belum jauh dia berjalan, terdengar suara klakson dari belakang. Ia menoleh ke belakang, sinar lampu mobil yang silau menyorotnya sampai ia tak kuasa membuka matanya . Melalui jendela kaca mobil, dilihatnya wajah Kim Nancheng sedikit marah.Langkahnya kurang cepat sehingga akhirnya dia pun terkejar.kim Nancheng menurunkan jendela mobil dan dengan nada dingin dia berkata: "Ayo naik."Melihat wajahnya yang terlihat mau marah, Qingyang tidak bisa bicara apa—apa lagi, dan ia hanya menuruti Kim Nancheng masuk ke dalam mobil.Terasa sekali bau akrab mint dan tembakau di dalam mobil. Hatinya jadi sangat sedih.Dia sama sekali tak mengucapkan satu patah kata pun dan hanya memandang lurus ke depan. Tiba—tiba mobil direm mendadak, Qingyang menoleh ke luar jendela, tenyata mereka sudah sampai."Kak, saya pulang duluan ya! Sebaiknya Kakak juga segera pulang, jangan biarkan kakak ipar terlalu lama menunggu." Sambil berkata begitu Qingyang membuka pintu mobil dan turun dengan hati yang luka. Kakak—ipar lagi, Kakak—ipar lagi. Hanya Tuhan yang tahu betapa bencinya dia dengan panggilan tersebut.Tangan kirinya ditarik g dari belakang. Kehangatan mendalam yang masih tersimpan dalam ingatannya, kini sekali lagi terasakan olehnya. Kehangatan yang begitu akrab. Nostalgia kembali muncul dalam benaknya, nostalgia akan kehangatan yang sebentar akan segera menjadi milik orang lain. Seperti terkena aliran listrik, Qingyang ingin menarik tangannya kembali, tapi pria itu malah memegangnya lebih erat lagi.Suaranya yang akrab itu terasa begitu dingin, "Mengucapkan sampai jumpa lagi pun kau tidak mau? "Qingyang merasa tegang sebentar. Sampai jumpa? Untuk melihat dia bersama Pei Xinying lagi? Hatinya sangat sakit. Qingyang kemudian sedikit memiringkan kepala dan berkata dengan acuh tak acuh: "Sampai jumpa."Selesai mengucapkan dua kata ini, dia sebenarnya hendak menarik tangannya dan langsung berlalu. Namun apa daya pria di belakangnya ini tidak mau melepaskannya. Dia kesal lalu menoleh ke belakang, sinar matanya seperti ingin menanyakan sesuatu."Namun aku tahu, kamu tidak ingin bertemu denganku lagi." Nada suaranya kedengaran begitu sedih hingga membuat hati Qingyang menjadi pilu. Dia tidak berani mengeluarkan suara ataupun bergerak, ia takut justru akan semakin menunjukkan rasa panik di dalam hatinya dan firasatnya yang telah membuatnya cemas.Dalam keheningan di mobil, setelah beberapa saat lamanya, terdengar suara Kim Nancheng, bicara dengan naga tegas:"Kau belum memberiku jawaban."Tangan Qingyang yang awalnya dipegangnya erat—erat pun akhirnya dilepaskannya. Dia berpikir, lima tahun, dia sudah menunggunya selama ma lima tahun, dan ujung—ujungnya semua berantakan seperti ini. Sekarang saatnya dia mengonfrontasinya dan menanyakannya secara langsung."Jawaban apa? Aku sudah lupa, bisakah kau mengulanginya sekali lagi?" Dia berusaha supaya suaranya kedengaran seperti biasa—biasa saja, tapi tatapan matanya tertuju pada pegangan pintu mobil, ia tak berani menatapnya mata Kim Nancheng.Berhenti sejenak, pelan—pelan sinar matanya berubah menjadi dingin, begitu juga suaranya, berubah menjadi sangat dingin: "Kamu benar—benar kejam."Tiba—tiba dia jadi teringat dengan boneka Beruang Teddy yang di peluknya sewaktu pertama kali datang ke rumah Nancheng. Dulu dia begitu lengket dengan boneka itu, tetapi setelah dia mulai tak bisa dipisahkan darinya, Qingyang tak tahu lagi ada di mana boneka Beruang Teddy itu. Kim Nancheng seperti boneka beruang itu, ia sudah tidak dibutuhkannya lagi, bahkan ingatannya tentangnya sudah dilemparkannya entah ke mana.Dilepaskannya tangannya yang digenggam erat oleh Kim Nancheng Jika penungguan penantiannya selama lima tahun ini tidak mampu membuatnya melepaskan tangannya, juga ucapan selamat buat pernikahannya yang diberikannya dengan senyuman, entah apa yang harus dia lakukan?Dengan acuh tak acuh dia berkata, aku lupa.Tidak bisa dipungkiri, tiga kata ini telah menyakitinya. Kata—kata "lima tahun ini". Dia sudah tidak ada keberanian untuk mengulanginya lagi.Akhirnya Kim Nancheng pelan—pelan melepaskan genggaman tangannya. Buru—buru Qingyang menarik tangannya dan mendorong pintu mobil agar bisa segera turun, ia khawatir jika tidak maka sebentar lagi kebohongannya bisa terbongkar. Meskipun dia sudah cukup ahli dalam berbohong, terutama berbohong pada Xu Nancheng.Bagaimana ia akan bisa melupakanya? Bagaimana mungkin ia akan sanggup melupakannya?Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana hangat bibirnya saat dia menciuminya. Dia masih bisa mengingat ekspresi seriusnya sewaktu berbicara. Dia masih bisa mengingat nada dari setiap kata yang dia ucapkannya....Bintang—bintang seakan berkedip—kedip di dalam matanya. Dia Xu Nancheng menatap mata Qingyang dan dengan tatapan serius ia berkata: ""Aku tidak ingin menjadi kakakmu untuk selamanya."Suara itu menggema dalam pikirannya. Qingyang kemudian teringat kembali ketika ia pergi dan ia teringat juga pada Ibu Xu…..Tiba—tiba dia tersadar dari ingatannya. Malam ini ternyata sudah akhir musim dingin. Angin dingin mulai berhembus dan menyusup ke dalam celah pakaiannya.Perasaan dingin menusuki hatinya. Qingyang tidak kuat menahan dingin yang sampai menembus pakaiannya. Dari belakang didengarnya suara mobil Kim Nancheng berjalan, juga suara rodanya yang menggilas dedaunan yang berguguran di jalan. Perlahan—lahan mobil itu berjalan pergi semakin jauh.Mungkin benar semua ini sudah berakhir. Qingyang berpikir di dunia ini tidak akan ada lagi pria yang akan menyejukkannya di musim panas, menghangatkan tangannya di musim dingin, yang akan merangkupnya ke dalam mantelnya, dan menghangatkannya dengan suhu badannya.Di dalam bangunan yang sepi ini, Qingyang bisa mendengar suara langkah kakinya sendiri menapakki koridor, satu per satu, seperti sesuatu yang berjalan kian menjauh.Akhirnya dia tidak kuat lagi menahan tubuhnya dan bersandar ke dinding, perlahan—lahan tubuhnya tergelincir melorot jatuh ke lantai.Lampu sudah dipadamkan, hanya terdengar suara bisikan samar di koridor yang gelap ini.Dengan berlinangan air mata, Qingyang teringat kembali lima belas tahun yang lalu, ketika pertama kali ia melihat wajah Kim Nancheng, rasanya seperti mimpi buruk yang indah, yang membuatnya ingin mengenangnya kembali.Pada saat itu, dirinya berusia 10 tahun dan Kim Nancheng 16 tahun.

avataravatar