2 Teman Baru

Tania duduk di samping seorang siswa berkulit putih, tinggi, dan berambut hitam panjang. Namanya Cantika. Dari 32 siswa di kelas Tania, cantika lah yang paling cantik dan menarik.

"Boleh aku duduk di sini?" pinta Tania dengan gaya cerianya.

"Tentu, silahkan!" Cantika mempersilakan Tania untuk duduk sambil tersenyum. Senyumnya begitu manis, mampu menaklukkan setiap mata laki-laki yang memandangnya.

"Terimakasih," ucap Tania lalu ia segera duduk di samping Cantika.

Cantika menatap Tania sejenak, lalu ia tertawa yang terlihat tertahan melihat Tania yang dikuncir 30.

"Kamu kenapa?"

"Geli aja lihat rambut kamu." Cantika tertawa kecil dan lirih. Takut ketahuan Kak Belva dan Kak Ardi.

"Huft ... Malu banget. Padahal aku merasa sudah melakukan hal yang benar, eh ternyata masih juga melakukan kesalahan. Oh iya, kenalkan aku Tania, gadis cantik, aktif, ceria, selalu berpikir positif dan juga rajin menabung," ucap Tania sambil menyodorkan tangan kanannya.

Lagi-lagi Cantika tertawa melihat tingkah teman barunya itu. Lalu ia menjabat tangan Tania.

"Hai, aku cantika. Salam kenal, by the way kamu bangun jam berapa bisa bikin 30 kuciran seperti itu?" tanya Cantika masih sambil tertawa kecil.

"Huft, aku susah payah mengucir sejak pagi buta, tapi ternyata aku hanya salah informasi. Tapi nggak apa-apa, mungkin dengan seperti ini, Kak Belva kan selalu mengingatku. Kata orang, jika kita melakukan hal yang berbeda, akan membuat orang selalu mengingat kita."

"Benarkah? Tapi emang lucu kok." Cantika masih tertawa kecil.

"Eh, Kak Belva terlihat keren banget ya ketika ia berucap dengan tegas gitu. Apalagi sikapnya yang cool itu. Bikin meleleh. Tania memandang kak belva yang sedang memberi Arahan pada semua siswa siswi baru. Memang, laki-laki terlihat lebih mempesona ketika ia sedang serius melakukan sesuatu.

"Hati-hati, sudah ada yang punya."

"Oh ya? Enggak apa-apa lah. Bisa aku rebut," ucap Tania sambil terkikik. mungkin kalimat yang terlontar dari bibir Tania saat itu hanya sebuah candaan, tetapi mungkin di masa lalu, kata-kata itu akan menjadi bumerang.

Tania dan Cantika memang baru saja kenal hari itu, tetapi mereka sudah saling melempar canda.

"Rambutku malu-maluin banget ya?"

Tania mengerucutkan bibirnya, lalu ia mengambil cermin kecil dari dalam tasnya. Ia mengamati dirinya di kaca. Lalu, PRAK ... Cermin itu terlepas dari tangan Tania dan terjun bebas ke lantai kelas. Semua mata tertuju pada Tania, termasuk Belva dan Kak Ardi. Belva melotot geram ke arah Tania yang tidak habis-habisnya membuat ulah.

"Dia lagi, dia lagi." Belva berkata lirih dengan kesal. Sedangkan Tania, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain meringis malu.

***

"Cantik, kita ke kantin yuk?" Tania yang tidak pernah bisa menahan lapar mengajak Cantika untuk pergi ke kantin, meskipun ia belum begitu akrab dengan Cantika saat itu, Meskipun ia belum begitu hafal seluk beluk sekolah, karena ini masih hari pertama.

"Ayo!" jawab Cantika sambil menutup buku yang baru saja ia gunakan untuk mencatat arahan dari Kak Ardi dan Kak Belva.

"Mau?" tanya Tania antusias.

"Mau lah, kebetulan aku juga lapar."

"Semoga kita akan terus menjadi partner terbaik saat ke kantin," ucap Tania dengan ceria. Sejak SMP, tempat favorit Tania adalah kantin dan perpustakaan. Jadi dua tempat itu selalu sering dikunjungi oleh Tania. Begitu juga dengan SMA ini, tempat itu akan menjadi saksi kisah Tania yang nantinya banyak menguras air mata.

"Partner ke kantin? Ada-ada aja kamu." Cantika tertawa mendengar ucapan Tania. Tawa yang renyah. Tawa yang akan membuat Tania iri.

Lalu dengan bersemangat, Tania menggandeng tangan Cantika sambil menenteng kotak makan kecil. Itulah Tania, dia selalu ceria dan mudah akrab dengan siapapun.

Ketika sampai di kantin, mereka langsung memesan makanan favorit. Ternyata makanan favorit mereka sama, ayam goreng lalap. Tania memang suka sambal dan lalapan. Jadi apapun lauknya, jika ada sambal dan lalapan nya dia pasti sangat lahap, dan dia, selalu membawa lalapan andalannya, yaitu pare mentah.

Setelah makanan mereka datang, Tania langsung mengeluarkan kotak makan dari kantong kresek.

"Apa sih itu?"

"Ini? Ini sesuatu yang membuat nafsu makanku selalu tinggi," ucap Tania sambil membuka kotak makannya.

"Iyuuh ... Pare mentah? Buat apa?" Cantika begidik di ketika melihat pare mentah yang sudah dipotong bulat-bulat tipis nangkring di atas kotak makan kecil imut berwarna pink.

"Ih, ini sangat sangat sangat enak. Jadi makan apapun, kalau ada pare mentah ini akan semakin lezzatto."

Cantika hanya begidik. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya memakai lalap pare mentah.

"Hai cantik," seseorang menyapa Cantika dari belakang. Meskipun hanya cantik yang disapa, tetapi Cantika dan Tania menoleh, ternyata Ardi dan Belva yang baru datang. Mereka berhenti sejenak di belakang mereka, sekedar basa-basi sama adik kelas.

Cantika yang memang gadis kalem, ia hanya mengangguk sopan sambil tersenyum. Ini nilai plus dari Cantika, selain cantik, gadis ini juga memiliki good attitude.

"Hai kak Belva, wah kebetulan kita bertemu di sini. kak Belva mau makan juga?" Tania menyapa Belva dengan ceria dengan wajah berbinar.

Yang disapa hanya diam, tetapi matanya melirik ke Cantika. Sedangkan yang di lirik hanya tersenyum tipis. Ia mengabaikan Tania yang sudah berusaha menyuguhkan senyum termanisnya.

"Wah, wah, wah. Aku yang menyapa, kenapa malah Belva yang balik disapa?" protes Ardi.

"Eh, Hai kak Ardy. Meskipun yang Kak Ardy sapa cuma Cantika. Tetapi Maaf, tadi kak Ardy tertutup dengan manisnya kak Belva soalnya."

Mendengar jawaban Tania, ardi langsung tertawa ngakak sambil memegangi perut. Belva segera menyenggol perut Ardi dengan sikunya.

"Cantika, jangan banyak bergaul sama dia. Nanti kamu ketularan ceroboh." Belvq berbicara dengan nada dingin, sepertinya ia masih kesal dengan gadis yang ia anggap ceroboh dan tidak disiplin itu.

Tania seolah tidak mendengar apa-apa, ia sengaja mencari perhatian Belva dengan cara mengambil es jeruk di mejanya, dan berniat untuk menawarkannya pada Belva.

"Kak Belva mau minum? Ini es jeruk untuk kak Belva." Tania menyodorkan segelas es jeruk lengkap dengan senyum.

"Nggak perlu."

"Nggak apa-apa kak Belva, ambil aja."

"Nggak perlu."

Tiba-tiba Tania kehilangan keseimbangan. Dan SORR ... Es jeruk yang ada di tangan Tania tumpah di seragam putih abu-abu milik Belva.

Belva langsung berjingkat, lalu ia melotot geram ke arah Tania.

"Kenapa kamu selalu seceroboh ini? Kenapa kamu tidak bisa hati-hati sedikitpun? Lihat hasil kecerobohanmu!" Belvao9 berbicara dengan nada datar dan dingin, ia tidak mungkin berteriak di tengah keramaian seperti ini. Lalu ia pergi begitu saja, meninggalkan Tania yang masih terbengong karena panik. Ia sangat merasa bersalah. Ia menyadari, ia memang terlalu ceroboh. Tingkah lakunya benar-benar membuat orang yang dikaguminya pada pandangan pertama langsung ill feel. Wajah ceria Tania langsung memudar, berganti dengan wajah khawatir dan lesu.

avataravatar
Next chapter