19 Taman

Setelah sampai di sekolah, mereka segera menuju ke taman sekolah yang ada di bagian depan di dekat pos satpam. Di taman sekolah ada beberapa kursi semen dan juga meja semen yang melingkar di tengah. Kursi dan meja itu di chat warna coklat menyerupai warna kayu.

Mereka duduk disalah satu kursi itu. Belva segera mengeluarkan lks-nya.

"Kalau hari ini remidi ku berhasil dan nggak remidi lagi, akan ada hadiah buat kamu."

mengingat selama ini nilai bahasa Inggrisnya selalu Jeblog, Belva berani menantang Tania. Namun, dia juga mengakui kemampuan bahasa Inggris dari gadis aneh yang ada di sampingnya itu. Kemampuan bahasa Inggrisnya memang tidak main-main.

"Malu-maluin banget kalau sampai remidi dua kali. Apalagi ini kak Belva, terkenal banget sebagai cowok cerdas dan karismatik. E ... Malah remidi," ucap Tania sambil tergelak.

Belva langsung memukulkan lks-nya ke kepala Tania.

"Aww ... Ih anarkis deh," ucap Tania sambil mengelus kepalanya, padahal sama sekali tidak sakit.

"Disini aku memintamu untuk mengajariku, bukan meledek."

"Iya. Iya. Coba aku mau lihat dong hasil ulangan kak Belva yang remidi? Dibagiin kan sama Bu puji?"

Tania tahu guru bahasa Inggrisnya Belva adalah Bu puji, sama dengan Tania. Jadi dia tahu kebiasaan Bu puji, bu guru muda itu selalu membagikan hasil ulangan sambil diumumkan berapa nilai ulangan itu di depan kelas. Jadi semua teman satu kelas tahu berapa nilai kita. Katanya sih, yang mendapatkan nilai kurang bagus biar lebih semangat lagi belajarnya, karena pasti akan malu ketika nilai kurangnya diumumkan di depan kelas.

"Ngapain? Nggak penting."

"Cepetan Kak. Aku ingin tahu, Kak Belva kesalahannya di bagian apa. Supaya aku fokus ngajarinnya di bagian itu."

"Janji dulu, Jangan meledek, Jangan tertawa, dan jangan dibocorkan ke Cantika."

Belva menyodorkan kelingkingnya ke arah Tania. Tania seketika tertawa, semengerikan apa nilai Belva sehingga dia harus mengikrarkan janji dulu sebelum dia melihat hasil ulangan bahasa Inggris.

"Ih, belum juga aku sodorkan hasilnya, sudah tertawa ngakak begitu. Ayo kelingkingnya, janji dulu."

Meskipun sebenarnya Tania masih ingin tertawa, akhirnya dia menghentikan tawanya. Lalu dia menatap kelingking putih bersihnya Belva. Kukunya pendek dan terpotong rapi. Ya, segala yang berhubungan dengan Belva pasti dia coba untuk seperfect mungkin dan serapi mungkin. Laki-laki itu memang selalu menjaga image. Bukan karena perfeksionis, tapi karena ingin terlihat sempurna di hadapan orang lain. Meskipun faktanya dia tetap tidak bisa membohongi public bahwa dia lemah dalam hal bahasa Inggris.

"Ya Tuhan, rambutan! Kamu terpesona sama kelingkingku sampai terbengong begitu?"

Belva menatap Tania yang sedang terbengong menatap kelingkingnya.

"Cuma kelingking doang kenapa semenarik itu ya?" ucap Tania tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ish, nggak usah mengalihkan pembicaraan. Ayo mana kelingkingmu."

Saat itu, Tania tersenyum, lalu mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Belva.

"Janji dulu!" perintah Belva.

"Aku berjanji bakal ada di samping kak Belva dan akan memperjuangkan apa yang seharusnya aku perjuangkan. Aku janji!" Tania berucap sambil memejamkan mata, Dia terlihat serius meskipun janji yang diucapkan melenceng dari apa yang diminta Belva.

"Woe, salah janji!"

"Eh, salah ya? Habisnya kalau di dekat kak Belva aku selalu salah tingkah begini, jadi isi hati keluar deh," ucap Tania sambil memamerkan sebaris giginya yang rapi tanpa rasa bersalah.

Ya, memang itulah yang sebenarnya ada di hati Tania. Sebenarnya dia ingin berjuang, berjuang untuk membuat dirinya sendiri bahagia. Akhir-akhir ini dia menyadari, bellva adalah salah satu dari sekian banyak hal yang membuat dia bahagia. Melihat senyumnya yang memang jarang sekali terlihat, membuat jantung Tania seakan meloncat. Merasakan perhatiannya, meskipun hanya perhatian kecil, membuat Tania seakan melayang. Dan entah kenapa, memandang wajah juteknya adalah candu, yang membuat Tania ingin terus memandang lagi Dan lagi.

Meskipun dia tahu, dia tidak boleh berharap lebih kepada orang yang ada di hadapannya itu. Namun, hati kecilnya seolah menjerit, dan memintanya untuk selalu memperjuangkan apa yang berhak dia perjuangkan.

"Aish, sepertinya minta diajarin kamu bukan keputusan yang baik. Udah ah, aku mau ke kelas." Belva menarik kelingkingnya dan pura-pura mau berdiri.

"Eit, tunggu! Kak Belva seperti perempuan yang lagi PMS aja. Sensitif."

"Ya udah janji dulu, baru aku tunjukkan hasil ulanganku dan kita bisa belajar."

"Ya udah ayo." Ucap Tania. Lalu mereka kembali mengaitkan jari kelingkingnya. Ya, kali ini jari kelingking mereka saling bertaut. Tapi anehnya, masing-masing dari mereka merasa bahwa bukan hanya Jari kelingking mereka yang saling bertaut, tapi juga hati mereka. Diam-diam, jantung Belva berdetak dengan begitu kencang, tidak seperti biasanya.

"Hari ini, hari Rabu tanggal 19 September 2019 Tania yang manis dan menarik ini berjanji tidak akan membocorkan hasil ulangan bahasa Inggris Kak Belva yang sepertinya amat sangat jelek sekali kepada siapapun. Juga berjanji tidak akan mentertawakan sejeblok apapun nilai kak Belva. Janji. Udah. Kak Belva puas?"

"Kenapa harus ditambah-tambahin sih. Ya udah. Kalau sampai kamu ingkar janji, aku doain bulu mata kamu rontok!"

"Bulu mata rontok sama sekali enggak ngaruh di hidupku, Kak Belva."

Belva mengambil kertas di dalam tasnya, diam-diam dia tersenyum. tentu saja Tania tidak pernah merebutkan soal bulu mata atau alis. Bedakan saja hanya ala kadarnya.

Gadis aneh itu ternyata mood booster banget bagi Belva. Tingkahnya yang selalu aneh dan beda dari gadis yang lain itu mampu membuat Belva ingin bersamanya lagi dan lagi.

Setelah Belva mengambil hasil ulangannya, dia mendekap kertas itu sambil menatap Tania, masih tidak yakin gadis itu bisa menjaga rahasia.

"Sini!"

"Nggak akan dibocorin kan?"

"Ya Tuhan, sepenting itukah menjaga image bagi Kak Belva. Sampai meyakinkan berkali-kali begitu. Sini! Nanti keburu masuk lho, Kak."

Dengan ragu-ragu, akhirnya Belva menyodorkan hasil ulangannya ke Tania. Tania segera meraih kertas itu dengan cepat sebelum Belva berubah pikiran. Baru saja beberapa menit dia menatap kertas itu, tawanya pecah tidak bisa ditahan lagi. Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.

"Ish, kenapa ingkar janji sih."

Belva melotot ke arah Tania yang sedang tertawa.

"Maaf Kak, benar-benar tidak bisa ditahan. Sungguh tidak menyangka, Kak Belva si anggota OSIS yang terkenal selalu perfeksionis ternyata nilainya bahasa Inggris cuma ... Zzzttttsst .... "

Sebelum Tania berteriak menggumumkan hasil ulangan Belva, Belva buru-buru menutup mulut Tania dengan telapak tangannya. Tentu saja Tania langsung tersenyum bahagia serta sangat menikmati ketika mulutnya tersentuh oleh tangan Belva.

Lagi dan lagi, irama detak jantung Tania benar-benar tidak karuan. Ditatapnya Belva yang saat itu juga sedang menatapnya. Saat itu, Tania berharap waktu berhenti berputar. Supaya dia bisa berlama-lama dalam posisi itu. Merasakan sentuhan tangan Belva, dan saling bertatap dalam posisi sedekat Itu.

avataravatar
Next chapter