16 Hancurnya Hati Tania

"Cantik. Kamu lagi becanda kan? Kok gak ada ketawanya?" Akhirnya hanya kata itu yang terucap. Dan dia berharap Cantika hanyalah bercanda.

"Aku serius, Tania. Kak Belva itu pacarku." Cantika menatap mata Tania serius. Seakan ia sedang menegaskan, bahwa Belva adalah miliknya dan tidak boleh diusik.

Jleb. Wajah Tania saat itu memerah, namun segera dia tutupi dengan senyum lebar. Nafasnya yang tiba-tiba memburu segera ia tutupi dengan suara lantangnya.

"Waaaaah ... Selamat sahabatku. Ternyata kamu lebih duluan laku ya? Dapat kak Belva lagi. Beruntung banget sih," ucap Tania. Lalu dia memeluk cantika. Seolah dia ikut berbahagia untuk Cantika. Ya, hanya seolah, karena di dalam hati, Tania ingin menangis. Entah ini Karena iri atau karena apa. Yang jelas Tania mengakui, bahwa saat ini hanya bibirnya yang mengatakan dia bahagia, tidak dengan hatinya.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Enggak apa-apa dong. Aku sama Kak Belva cuma kagum aja kok. Nggak lebih." Suara Tania masih Ia buat seceria dan seriang mungkin. Tak peduli seberapa Sasak hatinya saat ini.

Tania melepaskan pelukannya Setelah dia yakin air matanya tak keluar. Dia pandang Cantika. Dia benar-benar tidak menyangka, bahwa Cantika lebih beruntung darinya. Padahal Tania mulai nyaman. Tania mulai suka berbincang dengan mama Belva. Tania mulai nyaman dengan perhatian kecil Belva meskipun tidak diakui oleh Belva, tapi Tania tahu sebenarnya kakak kelasnya itu perhatian terhadapnya.

"Can, meskipun status kamu sama Kak Belva sepasang kekasih, aku masih boleh kan bersahabat sama Kak Belva?" Mata Tania memerah, dan Cantika bisa melihat itu.

"Nggak apa-apa, dong. Aku memang sengaja ingin memberitahu ini padamu. Jujur Saja, melihat kedekatanmu sama Kak Belva aku sedikit khawatir kalau kamu menaruh perasaan pada kak Belva."

"Mana mungkin aku menaruh perasaan pada pacar sahabatku sendiri. Nggak mungkinlah."

"Makanya. Awalnya aku sama Kak Belva nggak ingin banyak orang tahu tentang hubungan kita. biar kita bisa bersikap biasa aja di sekolah dan punya banyak teman tanpa mereka merasa canggung karena aku atau Kak Belva udah punya pacar. Tapi, mungkin lebih baik aku mengatakan ini padamu sebelum semuanya terlambat."

"Ish, kaya sekolah aja terlambat. Jadi kamu khawatir sama aku? Takut pesona aku yang membahana ini bisa membuat kak Belva kepincut. Ya kan?" Tania meledek Cantika dengan menunjuk wajahnya. Ia pasang topeng dengan senyum melengkung. Ya, itu hanyalah topeng.

Cantika tertawa sambil menatap Tania. Dia lega, karena menganggap Tania memang tidak ada perasaan apa-apa sama Belva. Dilihat dari raut wajahnya dia tetap ceria meskipun matanya merah. Cantika tetap berbaik sangka, menganggap bahwa itu Karena rasa haru Tania, bukan yang lain.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Pak Yunan, guru matematika yang paling tidak disukai Tania baru saja keluar dari kelas. Anak-anak satu persatu bersiap meninggalkan kelas yang sejak beberapa menit yang lalu sudah seperti neraka karena kepala mereka rasanya seperti mendidih. Ya, matematika memang seperti itu. Dia selalu menyusahkan otak Tania.

Tetapi, sekeras apapun otak Tania terperas oleh matematika, ternyata tidak bisa mengalihkan pikiran Tania dari pernyataan Cantika. Dia masih begitu shock dan tidak percaya. Tania masih berharap bahwa Itu hanyalah sebuah prank seperti yang biasa ia tonton di YouTube.

"Hai," suara tegas namun terdengar lembut ditelinga Tania menyapa. Dan ia mendongakkan kepala. Belva sudah di sana lengkap dengan senyumnya. Ya, dia memang tersenyum. Namun, senyum itu malah membuat hati Tania perih. karena ternyata senyum itu diperuntukkan untuk Cantika yang saat itu juga sedang tersenyum ke arah Belva.

"Ih kalian, jijay banget senyum-senyum enggak jelas seperti itu. Ih," ucap Tania sok begidik jijik. Padahal sebenarnya, dia bukan jijik. Namun, lebih ke perasaan sakit. Saat ini, akhirnya Tania sadar perasaan apa yang dia miliki untuk Belva. Ternyata dia tidak rela jika Belva bahagia dengan perempuan lain meskipun itu sahabatnya sendiri.

tapi, kata orang cinta itu mengikhlaskan. Mengikhlaskan orang yang kita cinta untuk hidup dengan orang lain. Tetapi kenapa tidak begitu yang dirasakan Tania? Justru, rasanya Tania ingin merebut Belva dari tangan Cantika.

"Sirik banget sih, Tan. Rambutan! Itu kenapa mata kamu masih merah? Sudah kubilang jangan nangis lagi, kamu itu akan tambah jelek dan tambah tidak menarik ketika menangis." Belva menatap Tania. Mungkin dia berfikir Tania masih menangis gara-gara pertengkaran orang tuanya semalam. Dia tidak tahu saja, mata merahnya itu tercipta karena dia mendengar bahwa Cantika dan Belva sudah menjalin hubungan.

Ya, Dania merasa bahwa itu bukan ejekan. Tetapi bentuk perhatiannya Belva, karena dia adalah laki-laki yang sangat gengsian. Tetapi perhatian kecil itu justru membuat hati Tania semakin sakit.

"Sotoy banget sih. Aku mau pulang dulu. Nggak mau jadi nyamuk. Bye!" Tania segera mengambil tas yang ada di atas meja, menggendongnya di punggung, lalu melambaikan tangan kearah mereka dengan wajah ceria palsu.

"Tania itu memang selalu seperti itu ya? Selalu pecicilan dan terlihat ceria seperti gak punya beban." Belva menatap punggung Tania yang sudah mulai menjauh.

"Kenapa kak? Kagum?" Cantika menatap Belva dengan tatapan tidak suka. Sebenarnya Cantika memang cemburu dengan Tania. Semalam dia marah, karena Tania lebih dulu diajak ke rumahnya, padahal Cantika sama sekali belum pernah diajak menginjak rumah mewahnya.

"Apa sih, masa sama rambutan model begitu aja cemburu."

"Tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa. Jika sering bersama, tidak menutup kemungkinan kamu akan menyukainya. Seberapa pun bencinya kamu saat ini."

Cantika masih duduk di kursinya, sedangkan Belva, saat itu menghadap Cantika sambil menumpukan kedua telapak tangannya di atas meja.

"Ish, Jangan berpikir yang macam-macam. Kalau pun aku dekat dengannya, itu karena sesuatu yang tanpa disengaja aja. Lagipula, Aku kan selalu cerita sama kamu setiap aku keluar dengan sahabatmu itu. Kalau aku berniat macam-macam, pasti aku lebih memilih untuk sembunyi-sembunyi kan? Lagipula tidak ada sejarahnya orang mencari selingkuhan yang kecantikan wajahnya di bawah pacarnya. Nggak ada ceritanya. Kamu lebih cantik kemana-mana dibanding siapapun yang ada di sekolah ini. Jadi, tidak ada alasan bagi kamu untuk khawatir."

Belva menangkap kekhawatiran di mata Cantika. Meskipun sebenarnya, bukan hanya cantik yang khawatir, tetapi juga Belva.

Belva sendiri tidak tahu, sejak kejadian kemarin, rasanya Belva menikmati berada di dekat Tania. Belva suka melihat wajah Tania yang selalu ceria dan tidak pernah menampakankan wajah yang cemberut. Dia suka melihat Tania yang blak-blakan dan nyablak tanpa jaim. Saat itu Belva memandang Cantika, tetapi entah kenapa yang ada di fikirannya malah Tania. 'Tan, apakah kau masih bersedih?'

avataravatar
Next chapter