1 Chapter 1

Hari ini masih tengah malam yang tenang untuk terlelap, tapi tidak sepertinya untuk seseorang di sana.

Terlihat ia sedang gusar dalam tidurnya entah apa yang ia impikan.

Kepalanya bergerak ke sana ke mari, keringatnya bercucuran seperti ia sedang dikejar binatang buas, hantu atau sebagainya.

Bahkan selimutnya saja sudah kumal karena ia remas-remas sejak tadi. Ia terus mencoba membuka matanya, namun ia belum bisa.

Seperti ada sesuatu yang sengaja menahannya agar tak membuka mata. Apa dia tak diizinkan bangun?

Ia masih gusar, namun tiba-tiba ia membuka matanya dan menghembuskan napasnya kasar berulang kali seperti seseorang yang kesulitan bernapas.

Ia menatap langit-langit kamarnya sambil masih menetralkan pernapasannya. Ia kemudian duduk dan menoleh ke jam waker di atas nakas, ternyata ini masih jam 00.15.

Ia melihat ke arah balkon, gorden kamarnya tak tertutup rapat. Ah ternyata malam ini bulan purnama.

Ia kembali berbaring dan berdoa supaya ia bisa kembali tidur tanpa kehadiran mimpi itu lagi.

Ia masih mencoba memejamkan matanya, namun ia sulit sekali untuk tidur kembali. Sampai akhirnya, ia dapat terlelap kembali sekitar jam 3.15.

.

.

.

.

.

RIIINGGGGG.....

Suara jam waker yang sudah sedari 5 menit yang lalu berbunyi, namun sang empu masih belum membuka matanya.

Namun beberapa saat kemudian terlihat gumpalan yang bergerak-gerak di dalam selimut, ah sepertinya ia sudah mulai terganggu dengan suara berisik itu.

Tangannya bergerak-gerak mencoba menggapai jam itu dan mematikannya. Ia membuka matanya dan duduk.

Ia mengucek matanya dan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui balkon kamarnya itu. Ah sepertinya ia masih belum sadar.

Seketika ia menoleh ke arah jam waker yang baru saja ia matikan tadi dan melotot ketika mengetahui jam berapa sekarang.

" Arrgh!!! Aku terlambat!" teriaknya.

Ia kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mengenakan seragam sekolah untuk pagi ini, ah untung ini bukan hari senin jadi tidak upacara.

Setelah berseragam lengkap, ia kemudian menuju dapur dan membuka kulkas. Mengambil susu dan menenggaknya tanpa makan apapun lagi, tentu saja karena ia takkan sempat.

Ia kemudian bergegas berlari menuju ke sekolah. Ia sampai di tempat bus, tapi sepertinya ini sudah terlalu siang dan akan butuh waktu 15 menit lagi untuk menunggu bus berikutnya.

Maka ia memilih untuk berlari ke sekolahnya.Karena terburu-buru dan tak begitu memperhatikan jalan...

BRUKKKK....

Ia menabrak seseorang dan terjatuh dengan lututnya sebagai tumpuan.

"Argh..." Ia mengaduh sedikit sakit akan lututnya.

Terlihat ada uluran tangan di sana. Ia menggapainya dan bangkit. Namun belum sempat ia mengucapkan terimakasih orang itu sudah pergi lebih dulu tanpa kata.

Beruntung ia masih sempat melihat wajahnya, siapa tahu mereka kan bertemu lagi walau wajah dingin dan datar yang ia lihat namun itu cukup tampan.

Ah iya ia lupa jika ia terlambat, ia kembali berlari dan melupakan pakaiannya yang sedikit kotor dan luka di lututnya itu.

Ia sampai di sekolah dan anehnya gerbang sekolahnya belum ditutup, lantas ia langsung masuk dan menuju kelasnya.

Sampai di lorong ia samar-samar mendengar ada satu kelas yang ia lewati riuh membicarakan sesuatu, namun ia tak peduli dan berlari ke kelasnya.

Sampai di depan kelas ia gugup karena hari ini pelajaran fisika Liu Laoshi. Ia sebenarnya tak takut dengan gurunya hanya saja ia tak ingin dicap jelek di mata pelajaran kesukaannya itu.

Tok...tok...tok...

Ia megetuk pintu kelas dengan tangan gemetar.

"Masuk!!" Terdengar suara Liu Laoshi dari dalam.

Kemudian ia membuka pintu dan masuk ke kelasnya. Terlihat semua mata tertuju padanya, menatapnya seakan bertanya kenapa kau terlambat.

"Xiaozhan, kenapa kau terlambat? Darimana saja kau?" tanya Liu Laoshi menghentikan kegiatan mengajarnya. Ya namanya Xiaozhan, kalian sudah tahu kan?

"S-saya bangun k-kesiangan, Laoshi. Saya tidak mendapat bus pagi ini." Ucap Xiaozhan menunduk.

"Sudah sekarang kau duduk. Jangan ulangi lagi. Tak biasanya kau terlambat." perintah Liu Laoshi kemudian.

Kenapa ia bisa lolos dengan mudahnya? Tentu saja karena Xiaozhan adalah murid teladan.

"Baik, Laoshi. Xiexie ni." ucap Xiaozhan kemudian beranjak menuju tempat duduknya.

"Hey. Tumben sekali kau terlambat." tanya Ji Li, teman Xiaozhan yang duduk di belakangnya sambil sedikit mendekatkan diri ke Xiaozhan.

"Sudah kubilang kan aku kesiangan tadi." Xiaozhan.

"Iya-iya. Aku juga dengar tadi." Ucap Ji Li sambil menjauhkan dirinya dari Xiaozhan.

"Sudahlah. Bicara nanti saja. Sekarang belajar." ucap Zhuocheng sambil memelototi keduanya.

Ji Li langsung kicep sedangkan Xiaozhan mah tenang, sudah biasa dengan teman sebangkunya itu. Liu Laoshi kembali memulai pelajarannya, namun baru beberapa saat sudah ada yang mengetuk pintu kelas lagi.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk!" ucap Liu Laoshi sambil mendengus kesal karena sudah dua kali pelajarannya terganggu.

Semua pandangan tertuju ke arah pintu kelas lantaran mereka tahu, tidak ada teman mereka yang belum berangkat. Kemudian pintu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang cukup tampan.

"Ah...kau murid baru itu, ya? Silahkan perkenalkan diri." ucap Liu Laoshi pada anak itu. Anak itu mengangguk kemudian memperkenalkan dirinya.

"N-namaku Yu Bin. Aku harap kalian bisa membantuku di sini. Senang bertemu kalian." Yu Bin sedikit menunduk saat perkenalan diri. Ia sedikit entah malu atau takut.

"Baiklah Yu Bin, kau bisa duduk sekarang." ucap Liu Laoshi.

"Xiexie ni, Laoshi." ucap Yu Bin kemudian ia menuju bangkunya. Ia duduk di bangku nomor 2 di depan Xiaozhan, semeja dengan Yuchen.

avataravatar
Next chapter