webnovel

Ludwina & Andrea

Buku sudah tersedia di Google Books/Google Play. Bisa juga membaca versi lengkap buku ini di Webnovel dengan judul: "Kisah Cinta Ludwina & Andrea" ****** SINOPSIS Andrea adalah seorang lelaki baik hati yang bertekad tak ingin seperti ayahnya, seorang pria brengsek. Nasib mempermainkan dirinya. Pernah ditinggalkan kekasih yang kaya raya, sang pria bersumpah tak akan jatuh hati pada wanita kaya lagi. Tetapi takdir berkata lain. Kehadiran Ludwina, seorang gadis periang dan sedikit manja ini membuka pintu hati Andrea yang telah tertutup rapat. Keluarganya yang baik meskipun kaya, membuat Andrea melupakan sumpahnya. Kedua muda mudi ini jatuh cinta seiring berjalannya waktu dan akhirnya menikah dan hidup dipenuhi kebahagiaan. Sampai suatu hari... Kekasih lama Andrea, Adelina kembali dari kepergiannya membawa fakta mengejutkan. Dia...mengandung anak Andrea delapan tahun yang lalu dan kini kembali dengan anak lelaki mereka yang sangat membutuhkan kehadiran ayahnya! Apa yang akan dilakukan Andrea yang tak ingin menjadi pria brengsek tak bertanggung jawab? Bagaimanakah nasib pernikahannya dengan Ludwina? Dapatkah Ludwina menerima kenyataan pahit ini? >>>>>> Silakan membaca versi lengkap buku ini dengan membelinya di Google Play. Klik Cari, dan ketik "Ludwina", nanti akan kelihatan bukunya. Hanya seharga Rp 41.500 untuk 400 halaman. *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart: Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Kisah dari Kerajaan Air 7. Altair & Vega Instagram @missrealitybites Instagram @jalanjalan.travel

Missrealitybites · Urban
Not enough ratings
24 Chs

Masalah Baru

Ketika akhirnya Ludwina pulang ke Jakarta, Johann tak habis-habis menggodanya.

"Katanya nggak suka jalan ke Singapura... Katanya Singapura itu membosankan setengah mati..." katanya sambil tertawa-tawa di balik kemudi ketika menjemput Ludwina dari bandara.

Adiknya hanya merengut dan pura-pura tidak mendengar.

***

Ludwina mencoba menulis novel dengan latar belakang Singapura tahun 1950'an , dengan inspirasi dari Maria Hertogh, tetapi setelah beberapa bab ia kembali merasa tertahan dan tak mampu melanjutkan. Padahal saat ia di Singapura, dua bab berhasil ia tulis dengan lancar.

Kini setelah kembali ke Jakarta ia merasa kehilangan ide. Bab tiga hanya bertambah dua paragraf saja.

Ia bertanya-tanya apakah inspirasinya mengalir sewaktu di Singapura karena keberadaan Andrea atau karena ia memang beruntung dan kisah Maria memberinya ilham. Ia membuka bank inspirasinya dan mencari-cari ide cerita lain.

Sewaktu di Jerman ia membaca tentang keberadaan Kaspar Hauser, seorang pemuda misterius berusia 16 tahun tiba di Nuremberg pada tahun 1928 dengan sikap linglung. Banyak orang bilang wajahnya sangat mirip dengan raja Baden (salah satu kerajaan kecil di Jerman beberapa ratus tahun lalu).

Ia hanya tahu namanya adalah Kaspar Hauser, dan selama belasan tahun ia hidup dikurung di sebuah ruangan oleh orang misterius tanpa pernah melihat udara luar. Ketika umurnya 16 tahun ia dilepaskan di Nuremberg dan penduduk mengalami kesulitan berkomunikasi dengannya karena kosakatanya yang terbatas.

Kaspar mati ditusuk orang misterius sebelum identitasnya berhasil terungkap, dan hingga kini banyak teori konspirasi yang mengatakan bahwa Kaspar sebenarnya adalah pangeran putra mahkota Baden yang diculik sewaktu bayi. Sayangnya, hingga kini, teori itu tidak bisa dibuktikan.

Ludwina sangat menyukai misteri dan ia mengumpulkan kisah-kisah unik dari seluruh dunia yang ia temukan dalam perjalanannya. Sayangnya kisah Kaspar Hauser ini mirip dengan kisah The Man in Iron Mask karya Alexandre Dumas.

Pangeran Putra Mahkota Prancis yang dikurung selama belasan tahun di penjara dengan menggunakan topeng karena terjadi kesalahan di pihak keluarga raja yang tidak menduga bahwa pangeran terlahir kembar.

Ughhh.... rasanya semua cerita yang menarik sudah pernah ditulis oleh pengarang lain. Ludwina tak tahu harus menulis apa lagi.

Mungkin sudah saatnya ia traveling lagi....

Ludwina membuka peta dunia di laptopnya dan menutup mata. Dengan sembarang ia menunjuk suatu lokasi di peta dan membuka matanya. Ia akan membeli tiket ke negara yang ditunjuk oleh telunjuknya dan traveling lagi untuk mencari inspirasi.

SINGAPURA.

Matanya terbelalak...

Ludwina mengucek-ucek matanya dan memastikan jarinya tidak salah tunjuk.

Negara Singapura ini kan kecil banget... Kok bisa-bisanya jarinya menunjuk ke situ?

Ia menghela nafas panjang dan menutup laptopnya.

Aku pasti sudah gila.

Ludwina membuka ponselnya dan menulis pesan Whatsapp kepada Andrea.

[Kapan kamu mau ke Italia?]

[Aku ada proyek penting sebulan ke depan. Belum bisa ambil cuti liburan.]

[Mau traveling bareng aku? Aku tahu Italia luar dalam. Mau sekalian ke Spanyol atau Jerman juga boleh.]

[Sounds wonderful! Tapi aku ga naik business class kayak kamu. Kalau terbang naik pesawat yang sama dan duduknya beda kelas rasanya nggak enak ya. Mungkin lebih baik kita langsung ketemu di Eropa?]

[Uhmm...kalau kita terbang bareng, aku bisa kasih kamu upgrade ke business gratis sih, miles frequent flyer-ku ada ratusan ribu.] Ludwina buru-buru menambahkan [...kalau kamu nggak keberatan sih.]

Ludwina tahu masalah uang adalah hal yang sensitif untuk orang yang berasal dari kelas sosial berbeda. Itu juga yang membuat biasanya orang kaya menikah dengan orang kaya, karena kecanggungan akibat uang cenderung tidak ada di antara mereka.

Kalau misalnya Ludwina traveling dengan Kevin, dia tidak perlu pusing memikirkan naik pesawat kelas apa. Entah Kevin yang membelikan tiket pesawat business atau first class untuk mereka, atau Ludwina yang membelikan. Ia mempunyai kartu kredit yang limitnya bisa dipakai untuk membeli rumah, kalau ia mau.

Akhirnya masuk balasan dari Andrea.

[Gimana kalau kita bagi tugas? Kamu ngurusin penerbangan, dan aku ngurusin akomodasi? Nanti untuk makan kita urus gantian.]

Ludwina menepuk keningnya sendiri. Ia tak mengira Andrea akan memberikan solusi yang paling tepat. Bila mereka traveling bersama, tentu biayanya harus ditanggung bersama. Karena Ludwina punya uang lebih banyak ia terbiasa terbang dengan kelas business.

Penerbangan ke Eropa biasanya sekitar 800 dolar untuk ekonomi dan 4000 dolar untuk business. Walaupun misalnya Andrea mampu membeli tiket business untuk dirinya sendiri, tentu harga tiket yang demikian tinggi tidak dapat dijustifikasi oleh penghasilannya sebagai karyawan. Belum lagi penginapan, transportasi dalam kota, dan makanan.

Ludwina tak tega membuat Andrea menghabiskan uang demikian banyak hanya untuk mengikuti gaya travelingnya yang mahal, tapi ia tak dapat membayangkan harus terbang dengan kursi ekonomi yang sempit...

Jadi kalau Ludwina bisa mengurus tiket mereka, ia akan dapat menggunakan milesnya yang banyak untuk mendapatkan dua tiket business untuk dirinya dan Andrea, tanpa harus menyinggung ego pemuda itu.

Andrea bisa mengurus penginapan untuk mereka sesuai dengan budgetnya sendiri. Ludwina tidak manja kalau soal tempat untuk tidur, ia bisa menginap di hotel murah atau airbnb. Dengan demikian mereka masing-masing mengambil bagian tanggung jawab yang dapat mereka lakukan dan keduanya bisa traveling bersama.

[Oh, that's perfect! Kamu pinter banget ya cari solusi. Aku cariin tiket buat kita, kamu yang urus akomodasi. Nanti kalau perlu rekomendasi aku bisa kasih beberapa link.]

Oh why are you so perfect? tanya Ludwina dalam hati.

Ia tersenyum lebar membayangkan bisa ke Italia bersama Andrea. He sounds like a perfect travelmate.

[Andrea, tadi aku random pilih negara di peta untuk traveling, Aku tutup mata dan secara acak memilih tempat di peta.... Tahu nggak, ternyata telunjukku memilih Singapura!!!]

Ludwina tidak tahan untuk tidak menceritakan hal itu kepada Andrea. Ia berdebar-debar menunggu apa kira-kira tanggapan Andrea.

[You have chosen well.]

Datang balasan dari Andrea, membuat Ludwina tersenyum dan kemudian tertawa pelan.

[Kau jangan bosan melihatku di Singapura ya...] tulis Ludwina.

[Let me know when you're in town. Always love to have you around.]

Kasih tahu kalau lagi di Singapura. Aku senang ketemu kamu.

Ludwina mengangguk-angguk sendiri lalu meletakkan ponselnya di meja makan. Terdengar dehaman ayahnya yang memperhatikan sikapnya yang dari tadi tersenyum sendiri.

"Ngobrol dengan siapa, Win?"

"Ayah masih ingat sama Andrea, nggak? Dia sekarang sudah pindah ke Singapura karena dapat pekerjaan di sana. Aku kemarin jalan-jalan ke Singapura dua minggu untuk ketemu dia."

"Oh ya?"

"Aku mau ke Singapura lagi besok."

Ayah dan ibunya saling pandang.

"Apa kamu nggak sekalian pindah saja ke sana?" cetus Johann dengan nada menggoda. "Baru juga pulang, masa sudah ke sana lagi?"

"Tapi kan kita sudah nggak punya rumah di Singapura..." keluh Ludwina.

"Lho, kamu serius, Win?" tanya ibunya keheranan. "Kamu suka banget sama anak itu sampai mau pindah ke Singapura?"

Ludwina terdiam. Ia lalu mengangguk pelan.

"Terus Kevin bagaimana?" tanya Johann. "Kamu dan Kevin waktu SMP kan sudah ditunangkan. Itu harus diberesin dulu."

"Aku sudah ketemu Kevin bareng Andrea waktu di Singapura dan dia kayaknya nggak masalah kok," kata Ludwina. "Kami malah makan malam di restoran barunya."

"Oh ya?" Johann tampak tidak percaya. "Kevin mau putusin pertunangan sama kamu?"

"Aku nggak bahas itu sama sekali kok. Tapi harusnya jelas dong buat Kevin, aku tuh kemarin datang ke sana makan malam sama laki-laki lain. Kalau Kevin keberatan dia pasti sudah bilang. Aku dan Kevin kan cuma bikin perjanjian kalau kami masih single sampai umur 25, nanti kami nikah, dan perjanjiannya sudah diperpanjang jadi umur 30. Kalau aku pacaran sama Andrea, berarti perjanjiannya batal, dong."

Johann menggeleng-geleng. "Kamu itu konyol ya, dan Kevin mau saja meladeni kekonyolanmu itu. Terakhir aku ketemu Kevin di Hong Kong, dia masih menganggap kamu tunangannya. Dia nanya aku apa sebaiknya dia melamar kamu tahun ini atau 5 tahun lagi."

Ludwina sungguh terkejut mendengar kata-kata Johann. Ini tidak mungkin! Kevin adalah teman masa kecilnya dan ia tak pernah menganggap serius perjodohan di antara mereka. Ia mengira Kevin pun demikian.

"Kamu dan Kevin memang sudah ditunangkan waktu kecil dulu, sebelum Wolfgang meninggal..." kata ayah pelan. "Sebenarnya ayah dan ibu sudah tidak mewajibkan kalian untuk mengikuti perjodohan yang dibuat waktu kalian masih kecil.. tetapi, kalau ternyata Kevin dan keluarganya belum melepas kamu, sebaiknya masalah ini harus dibicarakan dulu di antara kedua keluarga. Ayah tidak mau hubungan keluarga kita menjadi rusak."

Ludwina tampak pucat. Ia membuka ponselnya dan mencari nomor Kevin... tetapi di saat terakhir mengurungkan niatnya untuk menelepon.

Lebih baik ia bicara langsung dengan pemuda itu dan menjernihkan masalah. Ia harus mengetahui apakah perkataan Johann tentang Kevin yang ingin melamarnya itu benar. Akhirnya ia hanya mengirim pesan Whatsapp.

[Kevin, kamu masih di Singapura? Kita perlu bicara.]

[Sudah di Hong Kong. Mau bicara apa?]

[Aku besok ke Hong Kong ya. Ini penting.]

[Oke.]

Ludwina buru-buru menyelesaikan makan malamnya lalu permisi ke kamarnya untuk memesan tiket ke Hong Kong untuk keesokan harinya.

Perkataan Johann terus terngiang-ngiang di benaknya, dan malam itu Ludwina sama sekali tidak bisa tidur.

Wahh.. ternyata Kevin serius dgn Ludwina...#shocked

.

Utk yg suka baca cerita cinta Ludwina dan Andrea, tolong direview yaaa... biar dapat rating dan bisa dibaca lebih banyak orang.

.

TERIMA KASIH banyak atas upvotenya untuk Ambarsekar, Olivp, Purwati, Roomey, Mithacornpowell, minmamaayla, vibsha, naysaqih, sunartiali, Oderay, icha86, LinaTupang, vika89, yunikaputri30952, BetyNg, airispribatya, bocahbobon, mayazkan, abdan12345, SitaIntan, aniwidia, lalaning, yuneaiyos, thuesy, yunie221

xxx

Missrealitybitescreators' thoughts