webnovel

Ludwina & Andrea

Buku sudah tersedia di Google Books/Google Play. Bisa juga membaca versi lengkap buku ini di Webnovel dengan judul: "Kisah Cinta Ludwina & Andrea" ****** SINOPSIS Andrea adalah seorang lelaki baik hati yang bertekad tak ingin seperti ayahnya, seorang pria brengsek. Nasib mempermainkan dirinya. Pernah ditinggalkan kekasih yang kaya raya, sang pria bersumpah tak akan jatuh hati pada wanita kaya lagi. Tetapi takdir berkata lain. Kehadiran Ludwina, seorang gadis periang dan sedikit manja ini membuka pintu hati Andrea yang telah tertutup rapat. Keluarganya yang baik meskipun kaya, membuat Andrea melupakan sumpahnya. Kedua muda mudi ini jatuh cinta seiring berjalannya waktu dan akhirnya menikah dan hidup dipenuhi kebahagiaan. Sampai suatu hari... Kekasih lama Andrea, Adelina kembali dari kepergiannya membawa fakta mengejutkan. Dia...mengandung anak Andrea delapan tahun yang lalu dan kini kembali dengan anak lelaki mereka yang sangat membutuhkan kehadiran ayahnya! Apa yang akan dilakukan Andrea yang tak ingin menjadi pria brengsek tak bertanggung jawab? Bagaimanakah nasib pernikahannya dengan Ludwina? Dapatkah Ludwina menerima kenyataan pahit ini? >>>>>> Silakan membaca versi lengkap buku ini dengan membelinya di Google Play. Klik Cari, dan ketik "Ludwina", nanti akan kelihatan bukunya. Hanya seharga Rp 41.500 untuk 400 halaman. *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart: Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Kisah dari Kerajaan Air 7. Altair & Vega Instagram @missrealitybites Instagram @jalanjalan.travel

Missrealitybites · Urban
Not enough ratings
24 Chs

Bandara

Oktober 2012.

Andrea belum pernah keluar negeri sebelumnya. Ini adalah kali kedua ia menginjakkan kaki di bandara. Hari ini ia harus terbang ke Singapura untuk wawancara pekerjaan di sebuah perusahaan IT internasional. Bandara sekarang cukup banyak berubah dibandingkan tiga tahun lalu saat ia pertama kali ke sini.

Ia masih ingat peristiwa tiga tahun lalu itu. Ia tidak tahu pasti jadwal penerbangan Adelina, yang jelas ia akan terbang ke London malam itu. Andrea sudah memeriksa semua jadwal penerbangan yang masuk akal dan memutuskan untuk datang lebih awal.

Ia menunggu di depan pintu masuk, dengan pandangan tajam memeriksa setiap orang yang datang, berharap bisa bertemu Adelina dan meyakinkannya untuk memberinya kesempatan kedua.

Adelina adalah kekasih pertamanya, satu-satunya gadis yang pernah ia cintai. Mereka bertemu di sekolah saat penerimaan murid baru dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Memang kedengarannya gila, tetapi itulah yang terjadi.

Andrea ingat sinar matahari pagi yang menyapu wajah kekanakan gadis itu terlihat seperti halo yang membuatnya terpesona sesaat. Mereka berdua masih mengenakan seragam SMP dan berbaris di lapangan menerima pengarahan dari kakak kelas tentang kegiatan klub ekstrakurikuler sekolah.

Adelina tersenyum malu-malu saat diangkat sebagai perwakilan siswa baru putri untuk menerima seragam SMA secara simbolis, dan Andrea didaulat sebagai perwakilan siswa baru putra. Kehebohan segera terjadi saat keduanya naik ke atas podium karena sepanjang sejarah SMA 7, belum pernah ada pasangan murid baru yang demikian rupawan menjadi wakil murid baru.

Keduanya segera menjadi terkenal, apalagi saat pembagian kelas, ternyata Adelina dan Andrea masuk di kelas yang sama. Karena sudah kenal di acara penerimaan murid baru, keduanya tidak sungkan untuk duduk sebangku.

Adelina sangat cerdas, tetapi ia tidak menyukai pelajaran sains, kebalikannya dari Andrea yang membenci pelajaran sosial namun jago ilmu pengetahuan alam. Keduanya saling melengkapi dan membantu dalam pelajaran. Sepanjang kelas 1 dan 2 mereka pun berturut-turut menjadi juara kelas.

Keduanya merupakan pasangan idola semua orang tetapi mereka tidak resmi berpacaran karena Andrea dan Adelina sama-sama dididik oleh orangtuanya untuk mengutamakan sekolah dan tidak boleh pacaran selama masih SMA.

"Berarti nanti kalau sudah lulus SMA boleh pacaran, dong?" tanya Hanny kepada Adeline saat istirahat. Adelina melirik Andrea dan tertawa kecil, "Aku sih boleh pacaran kalau sudah lulus SMA. Nggak tahu ya, kalau Andre."

Andrea merasakan wajahnya memerah saat ia mengangguk pelan. Hidupnya berputar untuk Adelina dan ia ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa segera meresmikan cintanya.

Saat wisuda kelulusan SMA hatinya sangat bahagia. Ia membawa ibunya bertemu Adelina dan keluarganya. Mereka berdua adalah lulusan terbaik SMA 7 tahun itu dan sama-sama sudah diterima di UI di jurusan Psikologi dan Computer Science.

Ia masih ingat betapa kedua orang tua Adelina menyambutnya dengan hangat di acara wisuda sekolah. Mereka kagum akan kecerdasannya. Tetapi pandangan wajah keduanya tampak seketika berubah ketika Adelina menggenggam tangan Andrea dengan mesra dan mengajaknya untuk foto bersama.

Saat itulah mereka sadar, bahwa hubungan putrinya dan pemuda ini bukan hanya sebatas sahabat.

Andrea tidak bisa melupakan pandangan kecewa di mata kedua orang tua Adelina saat itu.

Mereka adalah keluarga sangat terpandang yang menguasai industri kelapa sawit di Kalimantan, dan Adelina adalah anak satu-satunya. Mereka menganggap Andrea yang berasal dari kalangan biasa dan sejak lahir tidak mempunyai ayah tidak pantas bersanding dengan Adelina.

Akhirnya Andrea dan Adelina pacaran diam-diam setelah mereka mulai kuliah di UI. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia sangat jelas terlihat. Andrea datang ke kampus naik bus kota dan Adelina diantar supir dengan BMW.

"Nanti kalau sudah lulus, kita harus pindah dari Indonesia. Di Eropa, semua orang, baik kaya atau miskin kalau kemana-mana naik bus atau subway, karena mobil hanya bikin macet." kata Adelina suatu ketika.

Ia sengaja mengatakan itu karena ia baru mendengar kasak-kusuk di kampus bahwa Andrea memacarinya karena ia kaya dan punya mobil sendiri. Banyak orang bisa berlaku jahat kepada orang yang tidak dikenalnya dengan menyebarkan gosip.

Andrea sudah kenyang dengan gosip. Dari kecil ia sudah menghadapi berbagai omongan tidak enak dari sekelilingnya. Ia lahir tanpa mengenal ayahnya dan di akte kelahirannya hanya tercantum nama ibu. Orang-orang yang tidak menyukainya senang mengungkit fakta bahwa Andrea adalah anak haram.

Sebagai siswa cerdas yang disayangi guru-guru, banyak teman sekolah yang tidak menyukainya dan sering mengejeknya anak haram. Bahkan ketika ia berhasil mendapatkan cinta Adelina di SMA, murid-murid lelaki yang naksir Adelina semakin membencinya dan selalu mencari cara untuk menjatuhkannya.

Andrea hampir tidak punya teman. Hanya Adelina yang setia di sisinya, betapa pun kerasnya orangtuanya menentang hubungan mereka.

"Andre... kita kawin lari yuk..." kata Adelina tiba-tiba saat ia sedang memotong bawang daun di dapur rumah Andrea. Ibu Andrea sedang bertugas di luar kota dan sore itu Adeline datang untuk membantu Andrea memasak makan malam. Ia sering datang ke rumah pemuda itu dan sudah menganggapnya seperti rumah sendiri. Biasanya mereka akan masak bersama dan nonton film di DVD sambil ngobrol tentang apa saja. "Kalau kita kawin, aku nggak mungkin dijodohkan sama orang lain."

Saat itu mereka sudah duduk di tingkat 3 dan orang tua Adelina sudah mulai memberi tanda-tanda bahwa mereka akan menjodohkannya dengan anak dari relasi bisnis mereka. Beberapa kali ia disuruh bertemu dengan pemuda kaya yang menjadi kandidat pilihan orangtuanya. Adelina mulai cemas.

"Kita nggak bisa kawin di Indonesia karena kita beda agama," jawab Andrea pelan.

"Kita bisa kawin di Singapura... Aku sudah pelajari syarat-syaratnya. Kita hanya perlu mendaftar dan tinggal di Singapura selama dua minggu. Aku bisa cari saksi dua orang temanku yang tinggal di Singapura."

Andrea menatap Adelina dalam-dalam. Seluruh hidupnya berputar untuk gadis ini sejak usia mereka 16 tahun, dan ia tak bisa membayangkan hidup tanpanya. Bila Adelina menikah dengan orang lain, ia tak tahu apakah ia akan bertahan.

Andrea bukanlah anak durhaka dan ia tidak berani menentang orang tua Adelina, tetapi saat ini, meminta restu keduanya adalah hal yang mustahil.

"Kamu sudah memikirkan semuanya... Kalau begitu aku mesti bikin paspor dulu," jawab Andrea kemudian. Ia tersenyum kecil, "Are you sure?"

"Never been this sure." kata Adelina dengan suara penuh semangat.

"Kalau begitu, aku bikin paspor dan menabung. Biaya tinggal dua minggu di Singapura itu mahal sekali." kata Andrea.

"Baiklah."

Adelina tidak mau menyinggung ego Andrea dengan menawarkan untuk membayari semuanya walaupun uang tabungannya banyak. Ia tahu Andrea akan sangat menghargai bila ia tidak menyinggung masalah uang sama sekali dan membiarkan Andrea berusaha.

Andrea kerja sambilan di coffee shop dan mereka membuat rencana untuk kawin lari ke Singapura saat liburan kenaikan tingkat nanti, ketika uang tabungannya sudah mencukupi.

"But you have to do it properly." kata Adelina tiba-tiba dengan muka sedikit cemberut... "You have to propose."

Adelina memotong daun bawang dua iris dan menyerahkannya kepada Andrea. Pemuda itu seketika mengerti maksudnya dan tersenyum lebar. Ia mengambil satu irisan daun bawang dan bersimpuh di depan Adelina dengan bertumpukan satu lututnya.

"Adelina Luanne Surya, would you make me the happiest man in the world and marry me?"

Adelina tersenyum lebar, dengan setitik air mata jatuh menimpa pipinya, dan mengangguk, "I do."

Andrea memasangkan cincin dari bawang daun itu ke jari kelingking Adelina karena ukurannya yang kecil. Adelina kemudian memasangkan cincin daun bawang yang satu lagi ke kelingking Andrea dan keduanya tertawa sambil menangis, kemudian berpelukan dengan erat.

Andrea mengangkat dagu kekasihnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Selama bertahun-tahun saling mencintai, ia tak pernah melanggar batas. Tetapi malam ini, perasaannya dipenuhi kebahagiaan yang meluap-luap dan ia tahu ia ingin menghabiskan seumur hidupnya bersama gadis ini.

Adelina menciumnya balik dengan penuh cinta, dan semua kekuatiran yang selama ini menggelayuti hati mereka tentang masa depan perlahan sirna. Andrea dan Adelina hanya memikirkan rencana pernikahan diam-diam mereka di Singapura tiga bulan lagi dan rasanya semesta turut berbahagia dengan keberanian sepasang pemuda itu mengambil keputusan.

"Kita harus merayakan pertunangan kita!" Adelina mengeluarkan sebotol red wine dari tasnya dan menaruh di meja makan bersama makan malam yang telah siap dimasak. "I cannot wait to spend the rest of my life with you."

Malam itu adalah malam paling membahagiakan dalam hidup Andrea. Mereka merayakan cinta mereka yang sudah tumbuh sejak mereka berusia 16 tahun, dan tiga bulan lagi keduanya akan menikah diam-diam. Tak usah perduli lagi apa kata orang lain.

Andrea sudah punya kerja sambilan dan setahun lagi ia akan lulus kuliah dan bekerja, ia akan mampu membiayai kehidupannya bersama Adelina.

"Kita kan sudah mau menikah, aku mau menginap di sini malam ini." kata Adelina setelah mereka makan malam dan menghabiskan satu botol red wine yang dibawanya.

Ia sengaja membawa wine malam itu untuk memberinya keberanian. Adelina tahu, bahwa sekadar merencanakan menikah diam-diam tidaklah cukup. Ia harus tidur dengan Andrea dan memastikan bahwa mereka tidak akan bisa terpisahkan lagi, barulah orangtuanya akan mundur.

Ia duduk di pangkuan Andrea dan membelai wajahnya dengan penuh cinta.

"Adel...."

"Andre...mukamu merah banget... haha...tapi kamu tetap tampan seperti biasa," Adelina melingkarkan tangannya ke leher Andrea dan mencium bibirnya pelan. "Aku cinta kamu."

Andrea membalas ciuman Adelina dengan lembut dan kemudian menggendong gadis itu ke kamarnya. Ia mengerti rencana Adelina dan ia pun tak bisa membayangkan hidup tanpa gadis itu di sisinya.

Seharusnya semua berjalan dengan baik sesuai rencana. Andrea sudah menabung cukup banyak uang untuk mereka pergi ke Singapura, dan ia pun sudah membuat paspor.

Tetapi... seminggu sebelum mereka berangkat, tiba-tiba Adelina berubah. Ia menghindari Andrea dan tidak membalas semua telepon dan SMS-nya. Ia juga berhenti datang ke kampus, hingga Andrea terpaksa datang ke rumah mewah keluarga Surya di Menteng untuk menemui Adelina.

Adelina keluar dengan mata sembab dan setelah setengah jam tidak sanggup berkata-kata, akhirnya ia menceritakan apa yang terjadi....

"Mama kena kanker... " Adelina menangis terisak-isak sambil berusaha menghapus air matanya. "Aku nggak bisa menyakiti hati mama di saat seperti ini... Maafkan aku, Andre."

Dunia Andrea yang berputar untuk Adelina seketika runtuh. Ia hampir tak mendengar kata-kata gadis itu selanjutnya. Ia hanya ingat sedikit, bahwa demi ibunya, Adelina terpaksa harus memutuskan hubungan dengannya, membatalkan rencana mereka menikah diam-diam di Singapura, dan ia akan segera pergi ke Inggris untuk menemani ibunya berobat.

Adelina akan melanjutkan kuliahnya di Inggris, dan mereka tak kan bertemu lagi.

Di hari keberangkatan Adelina ke London, adalah saat pertama Andrea menginjakkan kaki di bandara. Ia menunggu gadis itu masuk ke bandara dan berusaha melihatnya untuk terakhir kali, atau bahkan berusaha mengubah pikirannya...

Adelina tiba di pintu masuk bandara ditemani ibunya. Karena ini adalah hari terakhir, Nyonya Surya mengalah dan membiarkan Adelina bicara dengan Andrea sebelum berangkat, ia masuk sendiri dan menunggu di dalam.

"Adel... tunggu aku ya... Aku akan jadi orang sukses dan menyusul kamu ke Inggris." kata Andrea di sela-sela airmatanya. Tadinya ia ingin membujuk Adelina agar jangan pergi, tetapi di saat terakhir, ia tahu diri.

Sebagai laki-laki yang baik, ia tidak boleh mengekang seorang perempuan kalau sayapnya sudah terbuka dan siap untuk terbang. Justru ialah yang harus meningkatkan dirinya agar bisa turut terbang seperti Adelina dan menjadi layak untuk menjadi pasangannya.

Adelina mengangguk tanpa berkata apa-apa. Airmatanya mengalir deras saat ia akhirnya melepaskan rangkulan Andrea dan masuk ke dalam bandara.

Itulah terakhir kalinya Andrea bertemu Adelina, cinta pertamanya. Tiga tahun yang lalu.

Setahun pertama adalah masa yang paling berat dan Andrea yang selalu menjadi bintang kelas mengalami kesulitan untuk menyelesaikan kuliahnya dan lulus.

Balasan email dari Adelina semakin jarang dan akhirnya berhenti sama sekali setelah ia mengaku bahwa di Inggris ia jatuh cinta kepada seorang laki-laki bernama Ronan dan sudah hidup bahagia bersamanya. Ia meminta Andrea melanjutkan hidup dan melupakannya.

Setelah lulus, Andrea mencurahkan hidupnya pada pekerjaan. Ia membuat beberapa program security yang sempat menjadi buah bibir di kalangan pakar keamanan digital dan sebuah perusahaan IT di Singapura mengundangnya untuk wawancara kerja di tempat mereka. Itulah sebabnya hari ini ia kembali menginjak bandara.

Akhirnya ia akan ke Singapura juga.

Pikirannya penuh berisi kenangan masa lalu saat ia melihat papan berisi jadwal penerbangan, untuk mencari gate-nya, ia tidak memperhatikan saat berbalik arah, seorang gadis berjalan dengan wajah tertunduk mengarah tepat ke hadapannya, dan keduanya pun bertubrukan.

Sekarang cerita-nya flashback, dari sudut pandang Andrea. To be honest, sebenarnya Andrea dan Adelina adalah pasangan kekasih yang ideal ya. Sayang banget keluarga Adelina nggak merestui, dan dengan jahat memaksa Adelina pergi ke London.

Missrealitybitescreators' thoughts