1 1. Sebuah prolog untuk Pragma dan Ludus.

Kata orang, ya hanya kata orang ...

Menyukai seseorang itu melelahkan, rumit, dan menyusahkan. Kata orang juga, menyukai seseorang tandanya kita harus merelakan segenap kebahagian yang entah kemana perginya nanti. Jika itu benar, maka abadi sehidup semati kalimat yang menyertai pada akhir pengharapan. Kalau-kalau salah, kandas tak berbekas lah yang menjadi penutup cerita kita berdua nanti.

Kalian tahu, kata-kata orang yang entah datangnya dari orang mana itu sempat meragukanku. Menggoyahkan langkahku untuk mulai menyukai seseorang di usiaku yang menginjak remaja ini. Katanya sih, kalau tak mencoba maka tak akan tahu.

Mencoba? Ya. Cinta boleh mencoba-coba katanya. Kalau tak cocok, pergi saja pindah ke lain hati. Kalau cocok, menentap sebiasa dan sekuat jiwa serta raga. Mempertaruhkan segalanya dengan mengabaikan segenap waras yang ada.

Dari semua perkataan yang dikatakan padaku, hanya satu yang menjadi kesimpulan untuk membentuk tekad bulat sebelum menyukai remaja sebaya denganku itu. Benar menyusahkan memang menyukai seseorang itu, namun jika kita menyukai orang yang salah.

Orang yang salah? Bukan tingkahnya yang aneh kau tahu, hanya saja perihal rasanya terhadap kita. Hal yang wajar saling menyakiti untuk tahu seberapa kuatkah kita mampu bertahan diterpa badai dalam sebuah hubungan. Yang tak wajar itu, kalau-kalau ia terus melukaimu, mulai mengabaikanmu, dan menghilang setelah lama mendiamkanmu. Itu artinya hanya satu ...

K A U

M E N Y U K A I

O R A N G

Y A N G

S A L A H

Dan kalian tahu, bodohnya aku setelah mengambil kesimpulan hingga saat ini adalah aku tak tahu benarkah orang yang kusukai ini? Diakah yang menjadi akhir kisah indah hingga Ilahi menjemputku nanti?

Benarkah ia orangnya?

Salahkah?

Tidak ada yang tahu, bahkan aku sendiripun.

Yang terutama adalah tujuanku yaitu menyukaimu dengan segenap jiwa, raga, dan rasa yang diberikan Tuhan untukku.

Tak ada yang peduli dimana kita setelah kisah ini berakhir nanti, sebuah jurang tak berdasarkah?

Pesisir pantai yang sejuk dan damaikah?

Tidak ada seseorang yang berpikir sejauh itu ketika mulai menyukai orang lain. Yang ada hanyalah, melakukan dan melakukan. Melangkah dan melangkah. Hanyut dan terhanyut. Gila dan menggila. Berakhir pada Bodoh yang sangat bodoh. Hingga kalian tak sadar betapa bodohnya menyukai orang lain itu.

Sekali lagi, bukan menyusahkan tapi membodohkan.

Kalian paham? Harus.

-Dari : Gadis Pragma.

Untuk : Siapapun.-

avataravatar
Next chapter