14 Bab 14 : Empat belas

Ana yang mendengar perkataan buruk dari para karyawan lain, ia hanya mengacuhkan saja. Setelah itu ia melanjutkan menuju ke atas gedung kantor untuk bekerja.

"Selamat pagi, Kak Dita," sapa Ana kepada Dita di depan ruangan Presdir.

"Selamat pagi juga Ana" jawab Dita sambil tersenyum manis.

Mereka menjadi dekat setelah kejadian kemarin. Dimana sekertaris Dita mengajari Ana cara menyusun berkas dengan baik dan benar

"Apa tuan Alex belum datang ya, Kak Dit?" Tanya Ana.

"Belum ana. Sebentar lagi tuan Alex akan datang," jelas Dita kepada Ana.

"Em baiklah. Aku tunggu di sini bersamamu saja," jawab Ana

Hingga 15 menit kemudian terdengar pintu lift dan terbuka lah pintunya. Setelah itu, keluar seorang lelaki gagah dan tampan, siapa lagi kalau bukan Alex.

Alex melangkahkan kakinya keluar dari left tersebut bersama dengan asisten Damian.

Ana dan sekertaris Dita yang melihat Alex yang sudah sampai dan melangkahkan kakinya menuju ruangnya. Segera mereka berdiri dari tempat duduknya sambil membungkukkan badannya kepada Alex.

"Selamat pagi tuan," ucap ana dan sekertaris Dita bersamaan.

Alex hanya berdeham dan segera masuk ke dalam ruangannya.

Lalu Ana mengikuti langkah asisten Damian yang masuk kedalam ruangan Alex.

Saat berada dalam ruangan, pria tampan dan arogan itu mendudukkan dirinya di kursi kerjanya sambil berkata.

"Sekertaris Damian tunjukkan kepadanya pekerjaan apa yang harus dia lakukan," perintah Alex kepada asistennya.

"Baik tuan." ucap asisten Damian sambil membungkukkan badannya.

"Mari nona ikut saya ke meja kerja Anda," ajak Damian kepada Ana untuk memberi tahu pekerjaan apa saja yang akan dia kerjakan.

"Baik tuan, Damian," Balas Ana.

Setelah itu, Ana dan asisten Damian melangkahkan kakinya menuju kearah meja kerja Ana yang berada di ruangan Alex.

"Pekerjaan anda hanya menyusun berkas dan mencatat perkataan yang penting, jika anda ikut bersama dengan saya dan tuan jika ada meeting di luar," jelas asisten Damian kepada Ana.

"Em.. saya mengerti," jawab Ana sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Dan di atas meja kamu sudah ada berkas yang harus kau susun sesuai abjad dan tanggalnya," perintah Damian sambil menunjuk berkas yang ada di atas meja kerja Ana.

Ana terkejut dengan berkas yang di meja kerjanya. Ternyata banyak berkas yang harus ia kerjakan.

"Ya ampun banyak sekali." Batin ana dengan sedih melihat banyak berkas yang harus ia kerjakan.

"Baik, tuan Damian. Saya akan kerjakan dengan baik dan benar tugas yang anda beri." Jawab Ana sanggup atas perintah asisten Damian tadi.

Damian hanya berdeham dan segera ia kembali ketuanya untuk pamit kembali keruangan ya.

"Tuan saya sudah memberi tugas untuk nona Ana. Dan saya permisi undur diri kembali keruang saya," pamit asisten Damian kepada Alex.

"Hem pergilah!" Jawab Alex dingin sambil melihat Ana yang sedang fokus mengerjakan tugasnya.

Ana yang merasa tuannya sedang melihati dirinya, segera ia mengangkat kepalanya dan bertanya kepada tuannya itu.

"Ada apa tuan? Apa anda butuh sesuatu?" tanya Ana dengan nada seprofesional mungkin.

"Em.. t-tidak! kau lanjutkan saja pe-kerjaanmu" jawab Alex dengan gugup.

Lalu Alex melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda itu.

Waktu berlalu begitu cepat hingga tidak terasa sekarang sudah waktunya jam makan siang.

Alex yang sudah merasa lapar dengan perutnya dan sudah tidak bisa menahan lagi menahannya. Segera ia berdeham untuk mengalihkan konsentrasi Ana dari berkas yang ia kerjakan.

Alex yang merasa kesal dengan Ana yang tidak mendengar suara dehemanya. Segera Alex berdiri dari kursi kerjanya dan melangkahkan kakinya menuju meja kerja Ana.

"Briana Debora Caitlin" teriak Alex didepan meja kerja Ana.

Ana yang merasa terkejut dengan teriakan orang tersebut. Lalu Ana segera berdiri dari kursi kerjanya.

"Maaf tu-tuan," ucap Ana meminta maaf dengan gugup.

"Ada yang b-bisa saya bantu, tuan?" Tanya Ana yang masih dengan kegugupannya.

"Apa kau tidak merasa lapar? Ini sudah waktunya jam makan siang. Perutku sudah lapar kau tau!" ucap Alex dengan sinis.

Alex sampai lupa jika ini sudah di waktu jam makan siang. Jadi ia memesankan makan siang untuk tuannya itu.

"Tunggulah sebentar tuan saya pesankan dulu," ucap Ana kepada alex.

"Anda ingin menu makan siang apa tuan?" Tanya Ana kepada Alex.

"Bento chicken teriyaki. Pesan kan 2," ucap Alex dengan nada dinginnya.

Ana tak banyak tanya. Ia langsung memesankan makanan yang di inginkan tuannya itu.

Selama 10 menit kemudian akhirnya makan siang pesanan Alex telah  datang. Ana langsung mengambilnya di bawah dan segera kembali ke atas ruangan tuannya itu.

"Ini tuan sesuai pesanan anda," ucap Ana sambil menaruh paper bag berukuran sedang di atas meja sofa yang ada Alex juga duduk di sofa tersebut.

Alex segera mengambil makan siangnya yang berada di dalam paper bag dan mengeluarkannya.

"Kemari lah dan makan siang bersamaku. Kamu sedari tadi pagi berkutat dengan berkas. Apa kamu tidak merasa lapar?" Ucap Alex dan bertanya kepada Ana.

Alex yang melihat Ana tidak bergerak dari berdirinya. Lalu ia menarik pergelangan tangan Ana untuk makan siang bersamanya.

"Aku memesan makan siang dengan jumlah 2 ini satunya untukmu," ucap Alex dengan nada dinginnya.

"Cepatlah dan makan siang mu! jika kamu tidak makan maka aku menagih uang pembayaran ganti rugi mobilku secara cash," ancam Alex kepada Ana dengan nada tegasnya.

Ana terkejut dengan ancaman Alex. Ia langsung makan makanan yang ia pesan tadi dengan cepat.

"Pelan-pelan aku tidak akan meminta makan mu karena aku sudah punya," ucap Alex sambil melihat tingkah Ana yang lucu menurutnya.

Setelah beberapa menit kemudian mereka sudah selesai dengan acara makan siang mereka. Setelah itu, dengan segera Ana membersihkan meja yang sudah ia pakai untuk makan siangnya itu.

"Tidak usah di bersihkan nanti ada office boy yang membersihkannya juga," jelas Alex kepada Ana.

"Tapi ini sudah aku bereskan," jelas Ana juga.

"Maksudku biarkan tempat sisa makannya di sini nanti office boy yang mengambilnya," tutur Alex kepada Ana dengan wajah datarnya.

"Baiklah." jawab ana sambil menaruh kembali Paper bag yang ia pegang di atas meja sofa.

"Ana itu di dekat mulutmu ada nasi," ucap Alex sambil menunjuk mulut Ana.

"Mana? tidak ada tuan," ucap Ana sambil memegang wajahnya.

Dengan beraninya Alex mengambil nasi yang berada di dekat mulut Ana. Sedangkan Ana jantungnya berdegup kencang.

Alex yang tergoda dengar bibir ana yang berwarna merah jambu itu. Segera Alex mendekatkan wajahnya sambil tetap melihat bibir Ana yang menggoda itu.

Cup

Ana melototkan matanya karena kejadian ini. Ia melakukan ciuman pertamanya dengan tuannya. Dan  kejadian ini terjadi begitu cepat.

Ana merasakan jantungnya semakin berdegup kencang karena Alex masih belum melepaskan ciumannya.

Terdengar suara pintu ruangan Presdir dibuka dan masuklah seorang wanita.

"Surprise!" ucap wanita dengan gembira.

Alex refleks melepaskan ciumannya. Dan ia terkejut oleh wanita yang tengah berdiri di hadapannya.

avataravatar
Next chapter