13 Bab 13 : Tiga belas

Setelah itu, Ana kembali menuju kearah ruangan sekertaris Dita untuk menyelesaikan tugasnya yang baru.

Saat Ana sudah di dalam ruangan sekertaris Dita. Ana tidak melihat sekertaris tuannya itu.

"Kemana ya Kak Dita?" tanya Ana pada dirinya sendiri.

"Nanti pasti kembali lagi mbak Dita," ujar Ana sendiri sambil mendudukkan dirinya di kursi kerja yang ia tempati tadi.

Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka dan masuklah sekertaris Dita. Ana yang melihat pun segera bertanya.

"Kak Dita habis dari mana?" tanya Ana kepada mbak Dita.

"Aku habis dari toilet. Emang ada apa Ana?" Tanya mbak Dita.

"Em.. tidak ada apa-apa kok mbak hanya saja aku tadi bingung kok kursi Kak Dita kosong," jelas Ana diiringi dengan tawa kecilnya.

Sekertaris Dita yang mendengar pun hanya geleng-geleng kepala. Lalu Ana melanjutkan pekerjaannya kembali.

Mereka menjadi akrab saat sekertaris Dita membantu mengajarkan Ana bagaimana cara menyusun berkas sesuai tanggal dan abjadnya.

*

**

Waktu berlalu begitu dengan cepat yang menandakan sekarang pukul 5 sore. Para karyawan berbondong-bondong untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Ana yang sudah selesai mengerjakan tugas dari Alex pun segera ia memberikannya kepada tuannya itu sebelum ia pulang kerja.

Ana melangkahkan kakinya menuju kearah ruang Presdir dan mengetuk pintu ruangan tersebut dengan hati-hati.

"Masuk!" Jawab Alex dari dalam ruangannya.

Lalu Ana melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan tuannya itu.

"Permisi tuan, saya ingin memberikan berkas yang sudah saya kerjakan," ucap Ana sambil memberikan berkas kepada Alex.

Lalu Alex mengambil berkas yang di berikan kepadanya dan di taruhnya berkas itu di atas meja kerjanya.

"Mulai besok pekerjaanmu membantu asisten Damian," ucap Alex disela saat mengambil berkas dari tangan Ana.

"Kenapa aku tidak membantu sekertaris Dita saja tuan," tawar Ana.

"Siapa kau mengaturku? aku yang di sini bosnya!" bentak Alex kepada Ana.

"Ya ampun, Ana dasar kau memang suka mencari masalah dengan singa yang lagi tidur." batin Ana dengan perasaan takut.

"I-iya saya m-mengerti tu-tuan" balas ana dengan gugup.

"Jangan lupa mulai besok kau membantu asisten Damian!" Ingat Alex kepada Ana.

"Baik t-tuan saya me-ngerti" jawab Ana lagi dengan gugup.

"Sekarang pergilah!" Titah Alex kepada Ana.

Lalu Ana membungkukkan badannya untuk pamit undur diri. Setelah Ana keluar dari ruangan tersebut dan menuju pulang kerumahnya.

Ana melangkahkan kakinya menuju ke ruangan sekertaris Dita. Untuk mengambil tasnya yang berada di sana.

Sesampainya di ruangan sekertaris Dita. Ana sudah tidak melihat sekertaris Dita. Mungkin pikir Ana sekertaris Dita sudah pulang terlebih dulu.

Setelah itu Ana melanjutkan melangkahkan kakinya keluar ruangan sekertaris Dita untuk menuju parkiran khusus karyawan. Lalu Ana keluar dari gedung Grand Company dengan montor maticnya.

Di satu sisi ada sepasang mata seorang pria berwarna biru kelautan yang tengah memandangi Ana dari kejauhan.

Pemilik sepasang mata itu adalah Alex. Yang sekarang tengah melihat gerak gerik Ana dari awal hingga, punggung Ana yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya.

"Hem menarik." ucap Alex diiringi dengan senyum miringnya.

"Maaf tuan anda menjadi menunggu di sini," ucap seorang laki-laki yaitu asisten Damian.

"Hem tidak papa. Baiklah mari kita pulang." Tutur Alex sambil masuk kedalam mobilnya.

**

**

Di pagi harinya yang cerah seperti biasa Alex akan di bangunkan tidurnya oleh bi Sumi.

"Tuan ini sudah siang dan asisten Damian sudah menunggu," ucap bi Sumi didepan pintu kamar Alex.

"Hem.. iya bi aku sudah bagun." ucap Alex sambil bangun dan mengumpulkan nyawanya yang masih separuh.

Alex bergegas keluar dari ranjang tidurnya dan menuju kearah kamar mandi untuk bersiap pergi ke kantor.

Sedangkan Ana rutinitas setiap hari di pagi hari adalah membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Bryan.

Sekarang Ana tengah berada di dapur membuat pancake. Ia hanya membuat sarapan apa adanya.

Selama 15 menit ana berkutat dengan masakannya. Setelah matang ana menghidangkan pancake tersebut di atas piring dengan madu. Dan di sampingnya terdapat susu putih.

Ana yang merasa Bryan belum keluar sama sekali. Segera Ana berteriak dari arah dapur untuk memanggil Bryan.

"Bryan cepatlah keluar keburu makanannya dingin," teriak ana dengan kencang untuk memanggil Bryan.

Bryan yang sudah muncul dari arah ruang tengah. Langsung menuju kearah meja makan untuk memulai sarapan paginya.

"Baiklah mari kita sarapan bersama," ajak Ana kepada Bryan untuk sarapan pagi.

"Maaf kakak hanya masak ini. Karena Kakak belum sempat belanja keperluan setiap bulan," jelas Ana sambil mengambil pancake dan ditaruh di atas piring Bryan.

"Terima kasih kak" ucap Bryan berterima kasih kepada kakaknya.

"Iya aku mengerti kak ini akhir bulan, biasanya Kakak akan belanja bulanan untuk persiapan di bulan awal," ucap Bryan dengan mengerti keadaan saat ini.

"Ya sudah, sekarang cepatlah makan nanti keburu terlambat datang ke sekolahnya," ucap Ana mengingatkan Bryan adiknya.

"Iya kak Bryan tau, santai saja di buat slowly." ucap Bryan sambil memakan puncake dengan di iringi tawa kecilnya.

Ana menggeleng-gelengkan kepalanya atas perilaku Bryan.

"Kamu ini ya..." kata Ana dengan gemas sambil memakan puncakenya.

5 menit kemudian Ana dan Bryan sudah menyelesaikan sarapan paginya dengan perasaan tenang.

"Kak seperti biasa, Bryan berangkat sekolah dulu ya?" Teriak Bryan dari luar rumahnya.

Ana yang di dapur mendengar teriakan adiknya segera ia menghampirinya.

"Iya hati-hati di jalan. Belajar yang pinter Bryan" ucap Ana yang sedikit teriak karena Bryan sudah menjauh dari halaman rumahnya sambil mengayuh sepeda kesayangannya.

Setelah melihat adiknya berangkat ke sekolah dan menghilang dari pandangan matanya, Ana melangkahkan kakinya kembali ke dalam rumah.

Selesai membersihkan rumahnya segera Ana bersiap untuk pergi bekerja.

Di tengah langkah kakinya menuju kearah kamar tidurnya, Ana berpikir bagaimana caranya memulai pembicaraan dengan adiknya.  Masalah tentang ia resign dari pekerjaan lamanya.

"Selepas pulang bekerja, aku akan bicara dengan Bryan." Gumam Ana pelan.

25 menit kemudian Ana sudah siap untuk pergi bekerja. Sebelum berangkat ia akan mengunci rumahnya terlebih dahulu.

Setelah selesai mengunci pintu rumahnya. Ana kembali menuju kearah motor maticnya dan menjalankan menuju ke perusahaan Grand Company.

30 menit kemudian Ana telah sampai di perusahaan tempat ia bekerja. Seperti biasa Ana akan memarkirkan motornya di tempat parkir khusus karyawan.

Lalu Ana melangkahkan kakinya masuk ke gedung Grand Company. Saat ana berjalan di tengah lobby salah satu pekerja karyawan di sana membicarakan Ana dengan teman satunya.

"Hey kau tau dia adalah asisten baru Presdir," ucap salah satu karyawan di sana.

"Mungkin dia seorang jalang mangkanya dia cepat mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Presdir." ucap salah satu karyawan yang lain.

avataravatar
Next chapter