1 Prolog

Suara langkah kaki terdengar di lorong-lorong gelap mengerikan itu, di kiri kanan lorong terdapat tralis besi penjara penuh manusia-manusia penghianat.

Setiap langkah kaki itu terdengar mereka sudah pasrah, lebih baik mati dari pada terlalu lama di tempat itu.

Langkah kaki itu semakin menjauh membuat beberapa dari mereka yang masih memiliki harapan keluar dari tempat itu bernafas lega.

Langkah kaki itu berhenti di salah satu ruangan paling pojok, ruangan itu di jaga dua orang Ninja sembari bersedekap tangan.

Mendengar suara langkah kaki mendekat di sertai aura yang sangat mengerikan sontak membuat kedua Ninja itu menunduk hormat.

"Selamat datang Nyonya." ucap salah satu Ninja itu, kemudian membuka kan pintu yang terbuat dari baja berwarna hitam dengan lambang Ular Cobra Hitam melingkari Katana.

"Kerja bagus, kalian boleh menunggu di luar atau menemani aku berpesta."

Kedua Ninja itu bergegas keluar karena enggan untuk melihat yang akan di lakukan oleh bos nya itu.

"Satu mangsa berhasil aku dapat kan." ucap nya sembari tersenyum mengerikan.

Pemilik langkah kaki itu adalah wanita muda beiris mata biru tua yang kelam dengan rambut pirang sepunggung nya.

Wanita itu mengambil sebuah cambuk besar terbuat dari besi yang sangat lentur kemudian mulai mencambuk pria seperti nya sudah berumur terbukti dari uban yang mulai memenuhi rambut nya.

Pria itu terikat di sebuah kursi besi dengan dalam keadaan pingsan, tapi itu tak lama rasa perih yang menjalar langsung menjalar, apalagi efek cambukan itu langsung membuat kulit nya terkelupas.

"Ampun, ampuni saya ini sangat sakit."

Wanita itu malah tersenyum girang. "terus lah berteriak kesakitan pak tua, aku sangat suka."

Cambukan kembali di terima si lelaki yang sudah mulai berdarah-darah, cambukan dari wanita itu berhenti.

Wanita itu mengambil sebuah palu bogem, kemudian mulai menghancurkan paha orang itu dengan palu nya.

Teriakan memilukan terdengar begitu memenuhi ruangan itu, dua paha lelaki itu telah benar-benar hancur tulang paha nya pun sudah berserakan keluar tapi lelaki itu belum juga mati.

"wow ku kira kau akan mati ternyata kau masih kuat."

"apa salah ku? aku tidak pernah punya urusan dengan kalian." ucap Lelaki itu menahan sakit yang amat sangat.

"kau masih merasa tak berdosa pak tua? coba kau ingat apa yang telah kau dan anak mu lakukan sepuluh tahun lalu?."

Lelaki itu tiba-tiba diam, fikiran nya melayang ke kejadian sepuluh tahun lalu, di mana dia di buta kan oleh semua nya.

"kau sudah ingat? baiklah sekarang saat nya kau membayar nya."

Wanita itu mengambil sebuah gergaji yang biasa di gunakan untuk memotong papan, gergaji berkarat yang mungkin untuk memotong sebuah triplek pun tak akan mampu.

"ucapkan selamat tinggal dan nikmati siksaan ini."

Wanita itu mulai menggergaji kepala lelaki tua itu, teriakan memilukan terdengar begitu lebih menyakitkan, untung saja ruangan itu kedap suara kalau tidak siapa pun yang mendengar akan pingsan.

Gergaji berkarat tak terlalu tajam untuk membelah batok kepala yang keras? bukan kah itu sangat menyenangkan ketika kamu melakukan nya ke orang yang kau benci.

avataravatar