1 KELUARGA?

Pukul 6 pagi Zella terbangun dari tidurnya, ia melihat kearah samping lebih tepatnya melihat Viola yang masih tertidur pulas dengan jempol yang dimasukkan kemulutnya. Ia bangkit lalu berjalan menuju kekamar mandi untuk cuci muka.

Setelah cuci muka, Zella memasak makanan untuk sarapan dirinya dan Viola. Zella akan memasak tumis kankung, untuk lauknya telor goreng. Perempuan itu mulai memotong kangkung dan bumbu-bumbu lainya. Tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang, ia menoleh mendapati Viola yang memeluk dirinya.

"Eh anak bunda udah bangun." Jujur saja Zella geli menyebut dirinya dengan sebutan "bunda".

"Ola kila bunda pelgi ninggalin Ola," ucap Viola.

Zella langsung menghadap belakang dan mengangkat Ola kedalam gendongannya. Mereka bertatapan, bisa Zella lihat jika Ola menatap dirinya sendu.

"Bunda ngak bakal ninggalin Ola." Perempuan itu mengecup pipi gembul milik Viola.

"Janji?" Viola menjulurkan jari kelingkingnya.

"Iya," ujarnya walaupun dia sendiri tak yakin.

"Ola sayang bunda." Viola memeluk erat leher Zella.

"Bunda juga sayang Ola." Zella mengelus kepala Ola.

"Mau bantu bunda masak?" tanya Zella, langsung saja Ola mengangguk dengan cepat.

Perempuan itu mendudukan Viola dikursi, dan menyuruh dia untuk memecahkan telor. Viola sangat antusias sekali, walaupun saat memecahkan telor masih ada cangkang yang ikut jatuh. Zella juga menyuruh Viola untuk mengocok telurnya yang sudah ia taburi penyedap rasa.

Zella kembali melanjutkan kegiatannya mengoseng kangkung yang hampir matang. Viola tampak serius mengaduk telurnya. Setelah kankungnya matang, ia meletakkannya kepiring dan menyuruh Viola membawanya keruang TV.

Setelah selesai memasak, ia memandikan Viola. Sekarang anak kecil itu sudah segar lagi, badannya juga wangi. Viola memakai dress selutut miliknya, memang kemarin Zella sempat mencuci dress milik Ghea.

Kini Zella dan Viola berada didepan Tv, depan mereka juga sudah ada meja yang diatasnya terdapat nasi, telur goreng, dan tumis kankung.

"Ola mau pakai sayur?" tanya Zella yang kini sedang mengambilkan nasi dipiring dia.

"Ola ndak suka sayul." Viola menggeleng cepat.

"Sedikit saja yah."

Viola mengangguk, "iya."

Zella mengambilkan sedikit sayur kangkung kepiring Viola, dan juga menaruh telur goreng. Lalu ia memberikan piring itu kepada Viola, namun dia menolak.

"Viola pingin disuapin bunda." Viola berbicara ragu.

"Boleh kok." Zella tersenyum lalu mencuci tangannya.

Zella menyuapi Viola menggunakan tangannya, sementara anak kecil itu nampak sangat senang. Tanpa Violaa sadari, Zella memberikan sayur disetiap suapannya. Mereka tambah nasi hingga 3 kali, Zella membersihkan sisa nasi disudut bibir Viola.

"Yey habis," pekik Viola senang.

"Pintarnya anak bunda." Zella tersenyum lalu pamit untuk kembali kedapur untuk membersihkan piring.

Setelah selesai mencuci piring, ia berjalan mendekati Viola dan duduk disebelahnya. Dirinya juga harus mencari kerja, dan mana mungkin ia mengajak Viola mencari kerja. Kalau ditinggal nanti sama siapa Viola dikostannya?!. Kalau diajak nanti anak kecil itu bisa kecapean, Zella bingung sekarang.

"Ola?" panggil Zella, Viola pun menoleh.

"Mau ikut bunda?" tanya Zella ragu.

"Kemana?" beo Viola.

"Cari kerja?" jawab Zella.

"Ola mau ikut." Pekiknya.

Akhirnya ia mengajak Viola, sebelumnya ia mengepang rambut Viola menjadi 2 bagian. Rambut dia memang tak terlalu panjang, dengan poni diatas alisnya. Selesai mengepang rambutnya, Zella memakaikan sepatu Viola. Mereka berjalan dengan tangan kanan Zella memegang tangan kiri Viola.

Zella melihat diseberang jalan terdapat restaurant, ia menyebrang jalan dengan Viola berada digendongannya. Dirinya menurunkan Ola tepat didepan restaurant. Zella menghela nafas gugup, ia takut jika tak diterima kerja apalagi sekarang ia membawa Ola.

"Ola kalau capek bilang bunda yah," ujarnya yang langsung diangguki oleh Ola.

Zella masuk kedalam restaurant dengan menggandeng Ola. Namun....

Bruk

Saat ingin masuk tiba-tiba dari dalam ada orang yang ingin keluar, alhasil ia menabraknya. Dirinya dan Ola sempat terpental ke belakang karena yang mereka tabrak adalah laki-laki.

Laki-laki tersebut membantu Zella berdiri, setelah berdiri ia membersihkan baju belakangnya yang terkena debu.

"Maaf, saya tak sengaja," ucap Zella sopan, lalu dia menghampiri Ola dan membantunya berdiri.

"Ada yang sakit?" tanya Zella khawatir, ia membolak-balikkan tubuh Ola.

"Ola ndak apa-apa bunda." Ola tersenyum membuat hati Zella sedikit legal, ia tak mau jika Ola sampai terluka apalagi karena dirinya.

"ADEK." Pekik laki-laki tadi, membuat Zella dan Ola kaget. Yang lebih mengejutkan lagi ketika Ola dipeluk oleh laki-laki tadi.

Zella hanya diam menatap 2 orang berbeda jenis kelamin itu berpelukan. Ola juga nampak membalas pelukan laki-laki tadi. Zella berdehem langsung saja mereka melepaskan pelukannya.

"Maaf anda siapa?" tanya Zella sopan.

Laki-laki tadi menyodorkan tangannya, "Saya omnya Viola, Dewa."

Zella membalas jabatan tangannya, "Zella."

Zella berjongkok menyamakan tingginya dengan Ola, "Ola, apa benar dia om kamu?."

"Iya bunda." Ola mengangguk polos.

"Bunda?" beo Dewa.

"Bisa kita bicara?" tanya Dewa.

Zella mengangguk, mereka pun masuk kedalam restaurant. Sedari tadi Ola tak mau lepas darinya, bahkan sekarang ia tengah memangku anak kecil itu. Kini dihadapan mereka sudah tersaji begitu banyak makanan, itu pun Dewa yang memesan tadi. Percayalah, Zella begitu takut tak sanggup membayar makanan ini.

"Adek turun yuk, kakak nya mau makan loh." Lagi-lagi Dewa membujuk supaya Ola turun dari pangkuan Zella namun tak digubris oleh sang empu.

"Tidak apa." Zella tau jika Dewa sekarang merasa tak enak kepadanya.

"Ola kok bisa sama kamu?" Tanya Dewa.

Zella menceritakan awal dirinya bertemu dengan Ola dan sampai akhirnya Ola yang ia bawa ke kostan. Dewa mendengarkan cerita Zella dengan saksama, Dewa juga bertanya mengapa Ola memanggil dirinya bunda. Zella hanya menjawab jika itu kemauan Ola sendiri.

Ola sendiri sudah tertidur dipelukan Zella, karena cuaca didalam restaurant dingin membuat Ola cepat tertidur apalagi posisnya yang sangat nyaman.

"Dimana rumahmu?" tanya Dewa.

"Saya sebenarnya dari desa, dan merantau kekota. Sekarang saya tinggal dikost didaerah dekat sini," jawab Zella, tangannya mengelus rambut Ola.

"Apa pekerjaan kamu sekarang?" tanya Dewa lagi.

"Saya lagi mencari lowongan pekerjaan, dan maaf saya mengajak Ola berjalan panas-panasan," ucap Zella tak enak.

"Seharusnya saya yang meminta maaf sama kamu, saya lalai jaga keponakan saya sampai dia hampir ketabrak." Dewa menatap Ola yang tengah tertidur dengan nyenyak.

"Oh iya saya mau bawa Ola pulang, ayahnya panik cari Ola tak ketemu-ketemu," terangnya.

"Dan juga kamu bakal kerja disini, sebagai balas budi saya," Imbuhnya.

Zella langsung berterima kasih kepada Dewa, dia sangat senang sekali bisa mendapatkan pekerjaan. Zella menyerahkan Ola ke Dewa. Awalnya Olaa sempat terusik, namun dengan cepat ia mengelus rambutnya.

"Kamu bisa kerja mulai besok, dan terimakasih sudah menjaga Ola. Saya permisi, oh iya makanannya sudah saya bayar kamu tenang saja," jelasnya.

Dewa pamit keluar dari restaurant, Zella melihat mereka dengan mata sendu. Ada Rasa tak rela jika Viola pergi, namun dirinya juga tak boleh egois. Dirinya menyuruh pelayan untuk membungkus makanan yang sama sekali belum disentuh, nanti mubazir kalau dibuang.

Kini Zella kembali pulang dengan membawa kantung kresek berisi makanan. Dirinya tak perlu pusing-pusing lagi mencari pekerjaan. Sekarang ia harus fokus bekerja, bekerja dan bekerja. Karena ada orang tua dikampung yang harus dirinya bahagiakan.

Sesampainya dikost, Zella langsung menyapu lantai. Dirinya juga mencuci bajunya. Beberapa hari terakhir Zella belum menghubungi kedua orang tuanya karena tak memiliki pulsa. Hp orang tuanya hanyalah Hp jadul, apalagi disana sinyalnya sulit.

Zella sendiri mempunyai HP yang lumayan bagus, bisa untuk internet. Didesa dulu membeli paket data saja sangat mahal, kedua orang tuanya bahkan kerja hingga malam supaya kebeli paket data buatnya. Itulah yang ia banggakan dari mereka, demi pendidikan sang anak mereka rela banting tulang.

avataravatar
Next chapter