1 BAB 1 - KEJADIAN HARI ITU

Hati itu Lala dan Lili baru berusia tujuh tahun. Dua anak perempuan kembar yang sangat cantik. Dengan rambut panjang yang dikepang dua. Setiap hari mamanya selalu mengepangkannya. Mereka bermain di luar. Sampai ketika mereka pulang.

"Sayang, kalian harus bersembunyi dibawah ranjang tempat tidur. Jangan sampai kalian ketahuan ya. Kalau ketahuan, mama bakalan marah sama kalian. Jangan bersuara sedikit pun."

Mamanya memberitahu kedua anak kembar itu. Mereka bingung kenapa.

"Ini permainan ok. Kalau kalian kalah mama bakalan marah sama kalian. Jangan sampai mengeluarkan suara sedikit pun." kata sang mama lagi.

"Iya ma."

Dengan kompak keduanya menjawab dan mengangguk. Lala dan lili bersembunyi dibawah tempat tidur. Disisi lain ada sebuah mobil yang berhenti didepan rumah tingkat mereka. Mereka tinggal di sebuah rumah susun yang cukup sepi kala itu.

Satu laki-laki, paruh baya, seusia ayah mereka, dengan setelan jas mewah, tubuh yang tidak terlu berisi atau pun kurus, keluar dari mobil itu. Lalu diikuti seperti para pengawalnya. Ada tiga orang yang ikut dengannya. Mereka berjalan masuk ke area rumah susun itu hingga naik ke atas. Sampai mereka berdiri didepan pintu rumah milik orang tua si kembar.

Brakk ...

Dia mendobrak pintunya keras sekali. Orang-orangnya yang nenakutan dan berbadan lebih besar darinya.

"Roy. Keluar lo. Bayar utang lo!" mereka berteriak memanggil nama papa si kembar.

Roy ketakutan. Dia keluar dan bersimpuh didepan laki-laki sepertinya yang paling berkuasa. Dia berlutut, memeluk lutut sang bosa dan memohon. Roy menangis dibawah kaki sang bos itu.

"Saya mohon tuan. Saya belum punya uang. Kasih saya kesempatan satu tahun lagi tuan. Saya janji akan membayarnya, mencicilnya."

Brakk ...

Bos itu menendang wajah roy. Dia marah. Roy berhutang banyak padanya. Tapi bukannya membayar roy suka berpindah tempat untuk menghindar. Sampai akhirnya di rumah susun ini. Bisa dibilang mereka seperti rentenir, lintah darat.

"Gak ada. Kalo lo gak bayar sekarang. Gak bisa bayar dengan uang. Bayarannya nyawa lo."

Sebuah pistol dia kekuarkan dan dia arahkan tepat dikening Roy. Dia sudah tak percaya dengan Roy yang suka kabur darinya.

"Tuan, saya mohon jangan tuan." mama si kembar datang dan ikut memohon dikaki bosnya. "Tolong beri suami saya waktu lagi tuan." katanya.

Si bos itu sudah terlalu geram. Dorr ... Satu tembakan tepat di kening Roy dan juga istrinya.

"Bawa jasadnya. Kita jual organ tubuh mereka sebagai ganti uang pembayaran hutangnya." kata bosa itu kepada anak-anak buahnya.

Mendengar suara tembakan, lala dan Lili sangatlah ketakutan. Lili adik lala menangis histeris, hampir saja mengekuarkan suara isak tangis. Sampai akhirnya lala yang menenangkan sang adik yang beda lima menit ketika lahir itu.

"Jangan nangis adik. Kita kan lagi main sama mama. Nanti kalau kita nangis. Mama marah sama kita. Kamu mau mama marah sama kita?" bisik lala kepada sang adik. Lala membungkam mulut lili juga mulutnya sendiri.

Dia juga sangat ketakutan. Ingin sekali menangis dan menjerit. Tapi dia ingat ucapan sang mama.

"Lala, kamu sebagai kakak, harus menjaga adik kamu dengan baik." kata mamanya kepada lala.

"Iya mama. Lala janji akan menjaga adik dengan baik."

Lala sudah berjanji pada sang mama. Setelah tak terdengar keributan diluar, lala mencoba memeriksa. Dia mengajal lili juga keluar.

"Adik ayo keluar. Kita lihat mama dan papa."

Lala tak yakin ini hanya sekedar permainnan. Tapi lala berharap apa yang mamanya katakan itu benar. Ketika dia mengintip dari kamar. Lala dan lili makin syok melihat mama dan papanya sudah meninggal. Berlumuran darah dikepala dengan jasad yang dimasuki ke sebuah kantong jenazah.

"Mama ..."

"Papa ..."

Lili tak sengaja berteriak. Membuat kedua pengawal itu melihat mereka di kamar. Lalal langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya itu. Lala dan lili didalam sangat ketakutan.

"Gak sudah dihiraukan. Anak-anak kecil juga. Mereka bisa apa? Menuntun kita?" kata salah satu pengawal.

Pengawal yang lainnya setuju. Mereka membawa jenazah kedua orang tua si kembar keluar dari ruangan itu. Membawanya turun dari rumah susun itu dan memasukannya ke bagasi mobil.

Brakk ...

Brakk ...

Dengan kasar. Seperti barang rongsokan yang tak berguna. Lalu bos memerintahkan orang-orangnya jalan, mengendari mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah Itu.

Lala memeriksa keadaan diluar. Sudah tak ada orang-orang itu dan juga jasad mama dan papanya. Lala bergegas melihat ke jendela. Dia tak sengaja melihat wajah sang bos.

Si kecil lala bersumpah. Dia akan membalas kematian ibu dan ayahnya ketika dia suday dewasa. Jauh lebih kejam dari apa yang mereka lakukan kepada orang tua keduanya dan akan menghabisi semua keluarganya.

"Kakak." Lili keluar menangis. "Dimana papa dan mama kak?" tanya lili kepada lala. Lala tak bisa menjawab apa-apa. Dia hanya bisa memeluk lili dan menangis bersama dengan lili.

"Kakak, mama sama papa mana kak. Kata mama kita kan cuma main petak umpet. Mainnya sudah seleai kan kak?"

Lili tak bisa berhenti menangis. Sejak kejadian itu, lala yang menjaga Lili. Lala yang menberi makan untuk Lili. Mereka hanya tinggal berdua. Tak punya uang dan tak rau caranya untuk bertahan hidup. Sampai akhirnya lala dan lili memutuskan turun ke jalan. Untuk mencari uang. Mereka ngamen.

"Heh dek. Ngamen disini itu harus bayar pajak ke kita."

Tapi mereka malah di hampiri dua preman yang meminta bayaran dari ngamen mereka.

"Jangan pak. Ini uang buat kita makan." lala memohon pada mereka.

Tapi mereka tak perduli. Mereka mengambil uang hasil ngamennya. Lala sudah mencoba melawan. Tapi tenaga lala kecil bukan seberapa untuk mereka. Lala jatuh terbanting oleh mereka.

"Hey. Berikan hak anak itu." salah satu preman yang lain datang. Dengan pakaian dan penampilan yang lusug juga.

"Apa lo ikuta campur urusan kita? Siapa lo?"

"Gue. Gak perlu sebutin dan kenalan sama kalian berdua."

Ketiganya terlibat baku hantam karena memperebutkan uang hasil ngamen lala dan lili. Sampai akhirnya preman yang baik itu menang.

"Ini dek uang kalian." dia mengembalikan uangnya kepada lala dan dua orang preman jahat iti kabur.

"Makasih om."

"Sama-sama."

Ketika preman yang mereka panggil om itu akan pergi. Lala menahan tangannya. Dia menatap preman itu penuh dengan permohonan. Lala takjub sekali melihat om preman itu yang jago berkelahi.

"Om, ajarin kita berantem kayak om. Kita mau balas dendam ke orang yang sudah bunuh papa dan mama kita."

Preman itu terkesan dengan cerita kelam kedua anak yang masih kecil itu. Dia berlutut didepan keduanya. Apa yang sebenarnya terjadi?

avataravatar
Next chapter